tag:blogger.com,1999:blog-87871540411259867222024-02-08T12:31:18.589-08:00leniyusrikaberjuanglah tuk raih cita2munasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.comBlogger18125truetag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-62300797634710602182009-02-10T09:34:00.000-08:002009-02-10T09:37:14.698-08:00nasarhttp://leni-riduku.blogspot.com/nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-53713233620405154942009-01-31T21:11:00.002-08:002009-01-31T21:12:08.858-08:00temankuPerkenalkan namaku Maya aku punya teman bernama Jenny. Kami sudah berteman sejak SMA kalau dihitung2 sekarang sekitar 15 tahun. Dan kami selalu terbuka dalam segala hal. Persahabatan kami boleh dibilang sangat dekat bahkan kami sudah begitu akrab dengan saudara dan orang tua masing2 sudah seperti saudara selayaknya. Begitupun dengan kedua orang tua kami dan saudara2 kami sangat akrab satu sama lain.<br />Setelah kami lulus kami tinggal di kota yang berbeda. Dia melanjutkan kuliah sedangkan aku lebih memilih bekerja secara langsung karena kemampuan ekonomi keluarga yang tidak mendukung.<br />Tapi pekerjaan aku banyak berurusan ke kota tempat tinggal dia sehingga kami kerap ketemu walaupun hanya untuk makan siang dan sekali2 aku menginap di kostnya karena letih menempuh perjalan yang agak jauh dengan sepeda motor ataupun hanya untuk sekedar tidur2 an melapas lelah. Dia sampai memberikan aku kunci cadangan kalau2 dia tidak ada di tempat dan aku mau kesana.<br />Kerap kalau aku gajian aku membeli sesuatu untuk dia sekedar hadiah atau kadang kami makan ketempat yang agak lumayanlah untuk ukuran anak kost.<br />Suatu hari ketika aku ke tempat dia aku lihat dia sedang tiduran, berselimut.<br />“Lho jam segini kok tiduran? Kamu sakit ya?” sambil aku raba keningnya agak panas.<br />“Kamu sudah makan belum?” Tanya aku lagi. <br />“Ga kepingin masih mual2″<br />“Kok mual kamu ngidam toh? He..he” aku candain dia sambil aku raba badannya basah semua.<br />“Baju kamu basah. Ganti dulu gih” sambil aku ambilin baju di almari dia.<br />Ini pertama kali aku liat dia telanjang di depan aku walaupun kami sudah temanan cukup lama. Memang badannya putih mulus beda sama aku yang kulitnya asia banget. (Kata orang kopi lebih mahal dari gula …tapi ga nyombong bule banyak yang suka boo sering muji katanya badanku seksi dengan payudara yang bisa dibilang lumayan lah…)<br />Habis itu dia tiduran lagi dan aku selimutin dia.<br />“Aku keluar dulu beli bubur ayam ya? Kamu minta apa lagi?” dia Cuma senyum dan menggeleng sambil bilang “Hati-hati !!”.<br />aku suapin dia sambil memberikan minum teh hangat. Baru aku makan.<br />“Kamu hari ini jangan pulang ya, tidur disini saja!” pintanya.<br />“Ya liat kamu begini ga mungkinlah aku pulang. Tapi aku pinjam baju kamu biar ini besok bisa dipake kerja lagi”.<br />Malam ini tidak seperti biasanya aku tidur disini, aku berbaring di sebelah dia sambil membaca buku dan dia tertidur lebih awal. Biasanya kami ngobrol sampe larut.<br />Tiba-tiba aku liat dia agak gelisah tidurnya dengan keringat mengalir di kening. Tanpa tersadar aku elus2 kepala dia untuk menenangkan. Dan dia terbangun.<br />“Kamu kok tidurnya gelisah banget ada apa?” sambil aku ambil tissue dan mengelap keringat dia. Dia hanya memandang aku sebentar kemudian melanjutkan tidurnya. Dan akupun ikut berbaring di sebelahnya. Dan tanganku masing mengelus elus rambutnya.<br />Aku tidak tau ada suatu perasaan aneh yang blm pernah aku rasakan walaupun kami sudah dekat begitu lama. Tiba2 dia terbangun lagi. Dan secara spontan dia meletakkan kepalanya di dada aku.<br />Dengan sedikit bingung aku Tanya lagi “Kamu ada apa kok tidurnya begini?”<br />“Ya pingin aja, biar lebih tenangan kamu ga suka ya”<br />Aku cuman tersenyum sambil tangan aku yang satunya pegang tangan dia dan yang satunya tetap mengelus2 rambut dia.<br />Tanpa sadar aku kecup kening dia. Mungkin terbawa suasana. Dia hanya melihat dan tersenyum. Senyum termanis yang pernah aku lihat.<br />Tiba-tiba dia bilang “Aku sayang banget sama kamu. Kamu gimana?”<br />Deg….aku agak kaget dan aku jawab “Ya sayang lah”.<br />Tangannya sedikit bergerak mengelus2 payudara aku, aku jadi agak terangsang karena tidak pakai bra. Tapi aku biarkan saja. Lama-lama nafasku agak cepat dan diapun begitu. Lalu aku turun dan mengecup bibirnya.<br />Tidak aku sangka dia membalas. Kami berpagutan lama sekali saling mempermainkan lidah kami berdua.<br />Dengan secepat kilat aku ubah posisi agar dia di bawah aku bergerak menciumi lehernya dia terus mendesah. Ssshhhhhhhhh……tanganku yang kiri bergrilya menuju payudaranya untuk meremas-remas sedangkan yang kanan tetap mengelus rambutnya. Lalu aku naik, aku gigit2 kecil kupingnya ku kecup dan kupermainkan lidah disana dia semakin menggelora ougghhhhh….sambil tanganku tetap memilin putingnya. Kecupanku pindah lagi ke lehernya dan kemudian satu persatu aku lepas pakainnya dan juga pakaiannku.<br />Aku turun lagi menuju ke payudaranya yang kanan sambil aku cium-cium aku tarik2 putingnya dan tanganku yang kiri memilin putingnya sambil sesekali meremas.<br />Dia mendesah ooouuughhhhhh sayang…..aku suka ini terus…oughhhh aku sayang kamu<br />Mendengar kata-kata itu aku menjadi lebih bernafsu. Aku ciumi payudaranya bergantian, aku kulum, aku tarik2 seperti bayi netek tangan yang satunya tetap meremas dan dia tambah mengigau kepalakupun makin di tekan ke teteknya. Terusin sayang oughhhhh…..ooooughhhhh shhhhhh…….<br />Akhirnya tanganku yang kiri aku turunkan dan menjalar ke bawah bermain2 di permukaan V nya. Dia semakin menggelinjang dan aku semakin bernafsu melihat rona mukanya akupun semakin liar menghisap, menarik, meremas dan kadang mempermainkan lidahku di putingnya sambil tanganku yang dibawah meraba area V nya. Ouugghhhhhh sayang……ooughhhh aku ga tahan dan tiba2 dia mendapatkan orgasmenya yang pertama.<br />Kemudian sasaranku turun. Aku ciumi dari perutrnya kemudian aku permainkan lidah di pusarnya, dia sedikit kegelian sambil tanganku yang satu tetap meremas tetenya.<br />Aku semakin ke bawah dan sampilah di selangkangannya. Aku ciumin pahanya kiri kanan, terus makin ke bawah ke daerah V nya aku permainkan dengan lidah dia semakin menggeliat, memohon, dan pandangan matanya membuat aku semakin bernafsu melihat dia begitu memohon.<br />Oooughhhhh sayang masukin jari kamu plssss aku pingin……<br />Aku masih mempermainkan lidah di sekeliling V nya dan tanganku yang satu mempermainkan tetenya meremas, menarik putingnya kadang aku pilin2. tangan yang satu tetap bermain di permukaan V nya.<br />Oughhhh sayang….masukin jari kamu dong plsssss!!!<br />Aku suka sekali melihat dia memohon dan akhirnya aku tidak tega. Aku masukin 2 jari sambil aku permainkan lidah aku di klentitnya. Aku tusuk2 permukaannya pakai lidah sedangkan tanganku bermain di area dalam. Keluar masuk seirama dengan lidah aku.<br />Dia mengerang, menjerit pantatnya sesekali mengangkat dan kadang bergoyang dengan liarnya.<br />Kepala aku ditekan dengan ganasnya sampai aku sulit bernafas. Aku gerakkan kepalaku naik turun sambil menusukkan lidah aku di area Vnya dan mengocoknya dengan jari.<br />Oughhhhhh…aaaaggghhhh sayang jarinya jangan dilepasin, kocok aku pls…aku suka ini….akkkhhhhhh<br />Pantanya semakin liar naik turun kadang memutar dan tangannya kadang menjambak kadang menekan kepala.<br />Tiba tiba dia aughhhh sayang…badannya bergetar dan dia orgasme dia menyiram aku dengan cairan kepuasannya.<br />Ini tidak aku hentikan sekarang aku isap kuat2 semua cairannya dan aku tarik2 kelentitnya. Dia meronta, kadang2 kepalanya mengangkat melihat aksi yang aku lakukan dan tanganya tetap menekan2 kepalaku seolah2 tidak mau dilepaskan.<br />“Oughhh sayang ini milik kamu semua” dan jariku tetap di dalam bermain2 dan kadang dia menjepit dengan kuatnya. Aku permainkan lagi lidah aku. Aku tusuk dengan sekuatnya bersamaan dengan jari dia merontah oooughhhhh…..<br />Berikutnya aku meminta dia menungging…<br />“Sayang kamu nungging ya????”<br />Dan dia pun menungging dalam keadaan dia begitu aku isap seluruh daerah Vnya dari belakang dan aku sedot cairan kepuasan yang masih tersisa. Kemudian aku permainkan lidah aku dari belakang. Dia menggelinjang dan berteriak oughhhhh sayang….<br />Kemudian aku masukkan lagi 2 jari dari belakang sambil terus aku ciumi dia jariku dengan kuat menyodoknya dari belakang dia semakin liar pinggulnya, badannya semua bergerak, dan tangaku yang satunya mempermainkan teteknya.<br />Dia mengigau menjepit sayang….kocok yang dalam ouughhh aku suka<br />akupun memenuhi keinginannya sambil lidah tetap bermain2 dari belakang. Tiba2 dia meremas bantal dan dia menempelkan wajahnya di bantal dia berusaha menjerit aaaauuugggggggghhhhhhhh……saaaaaa…..yyyaaaangggg aaaaggghhhhhh cairannya keluar banyak sekali sampai meleleh di tanganku. Akhirnya aku masukkan lagi kepala aku keselangkangannya.<br />Kemudian kami sama2 berbaring kelelahan. Dia tersenyum dan aku cium keningnya.<br />Kamu suka? Aku Tanya dia. “Iya..tks sayang” dan dia mengecup bibir aku<br />Akhirnya kamipun tertidur sambil berpelukan.<br />Besoknya aku bangun pagi2 sekali setelah membersihkan badan aku langsung keluar mencari sarapan untuk kami berdua dan sambil membeli obat penurun panas.<br />Kami sarapan bersama dan sebelum aku berangkat kerja aku cium keningnya tapi ternyata dia lebih ganas dengan mencium bibirku. Trus dia memberikan senyum “Tks untuk yang semalam”. Akupun tersenyum sambil menyuruhnya meminum obat.<br />Hubungan kami berlanjut begitu lama dan bersukur tanpa pernah ada masalah. Aku kasi dia kebebasan untuk bergaul dan dia juga begitu kami sangat menghargai dan menikmati hubungan ini dan kami tetap keept agar jangan sampai orang lain tahu. Aku menjadi lebih sering tinggal di kostnya secara tidak langsung pekerjaan aku yang bertambah banyak jadi aku pulang kadang 2 atau tiga hari sekali.<br />Hampir setiap malam kami berekspresi mewujudkan kasih sayang kami.<br />Pernah suatu hari aku ambil cuti 2 hari yang bertepatan dengan libur dia kuliah. Kami pergi ke tempat yang kami sudah idam2kan sejak SMA karena keindahannya. Kami menyawa hotel.<br />Aku berendam di kamar mandi tiba-tiba dia datang. Dia menyabuni seluruh badan aku dan yang paling lama dia menyabuni tetekku. Kadang ditekan, kadang di remas membuat aku tidak tahan. Aku tarik dia ke bathtub, kami berciuman sangat lama kemudian aku raba kebawah, dia mulai mendesah…nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-24133788733110925122009-01-31T21:11:00.001-08:002009-01-31T21:11:53.106-08:00temankunasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-9532242617686842592009-01-31T20:44:00.000-08:002009-01-31T20:48:31.173-08:00embak dewiMbak Dewi<br /><br />Ini adalah cerita tentang masa laluku, Namaku Willy, ketika itu aku berusia 21 tahunan, kala itu aku bekerja di salah satu perusahaan swasta. Aku datang dari sebuah kota di Jawa Barat. Karena saudara-saudaraku jauh dari tempat kerjaku, terpaksa aku harus mencari tempat kost yg dekat dengan kerjaanku.<br />Singkat cerita, aku dapat tempat kost di wilayah kwitang, jakarta pusat. Lumayan gak bagus tapi bisa nyenyak tidur, murah lagi bayarannya, cuma ya kamar mandinya masih bareng-bareng dengan warga sekitar. Kebetulan yg punya kost adalah orangtuanya temen kerjaku.<br />Tak terasa enam bulan sudah aku kost, makin banyak kenal juga aku dengan penduduk sekitar. Tapi herannya kenapa aku susah kenalnya dengan tetangga yang persis di samping tempat kostku. Kalo ketemu sih saling sapa cuma gak pernah ngobrol, dia adalah istri seorang pegawai Departemen Kehakiman, kalo dengan suaminya sih akrab, malah suka ngongkrong bareng ketika santai, sedangkan istrinya yang berwajah ayu yg kebetulah kelahiran daerah Jawa Tengah tidak begitu akrab, padahal kalo berpapasan….uhhhhh pandangannya itu menjadi tanda tanya bagi insting nakalku….tembus kedalam hati.<br />Si istri tersebut bernama Dewi, aku memanggilnya Mbak Dewi, kegiatan sehari-harinya adalah mengelola salon kecantikan yang tak jah lokasinya dari tempat kostku. Hampir setiap berpapasan tatapan matanya tak pernah lepas dari pandanganku sampai aku malu sendiri dan kalah pandangan. Dia selalu memandang dengan senyumnya yang manis. Kebetulan memang orangnya hitam manis.<br />Suatu ketika aku pulang larut dari kerjaan, sekitar jam 22.30, aku selalu melewati derah kamar mandi menuju ke kamar kost ku….tersentak hatiku melihat sosok wanita jongkok sedang cebok..krecek krecek…krecek bunyi airnya kala itu. Dia tak memperhatikan suasana sekitar dan tak tahu aku sedang mengamatinnya sambil pura-pura membetulkan tali sepatu……….dia langsung bangun dan membetulkan celana dalamnya setelah cebok. Deg deg deg jantungku berdebar melihat bokongnya yang mulus.<br />“Eh..ada orang…kirain sepi:, kaget dia ketika melihatku…berada sekitar dua meter darinya. Eh emmmba agak gugup aku, tali sepatuku lepas mbak…aku kira juga gak ada orang, kataku sambil menyeringai agak malu.<br />Hmmmm, betulin sepatu apa hmmmmm, katanya kepadaku. Semakin malu aku dibuatnya..”willy, kamu liatin mbak yah tadi”, katanya dengan pelan. Eng..engga mbak, mang mbak lagi ngapain, jawabku. “yang beneerrrrrrrrr”, serunya lagi. Hmmmm dikit mbak heheheh kataku sambil ketawa kecil. Tak sadar penisku sdah tegang, sehingga celana bagian depan menyembul.<br />“Dasar kamu tuh yah”, katanya lagi sambil mencubit tanganku dan langsung masuk ke rumahnya.<br />Setelah kejadian itu, malamnya aku gak bisa tidur membayangkan bercita dengan Mbak Dewi. Tak tahan aku, akhirnya melakukan onani sambil membayang kan apa yang baru aku lihat beberapa jam yang lalu.<br />***<br />Semakin hari semakin terbayang wajah Mbak Dewi, tak tahan rasanya ingin menyentu mbak Dewi. Ketika malam tiba aku nongkrong di depan kamar kostku, berharap bertemu mbak Dewi, sejam dua jam hingga 9 malam kala itu, terlihat mbak Dewi turun dari taxi, berdebar rasa jantungku, memikirkan rencana bagai mana caranya berdekatan dengannya.<br />Hampir sampai dia ke dekatku,aku berdiri pura pura mau jalan ke arahnya….seperti biasa tatapan dan senyumnya yang menggoda menembus hatiku..”dari mana mbak, kok malam pulangnya” tanyaku. Abis belanja cat rambur, kebetulan jalannya macet jadi kemalaman deh, jawabnya sambil tersenyum. Sambil berpapasan kuberanikan diri tuk menempelnya agak bertubrukan, …nyelllll terasa ada benda yg kenyal menyentuh sikutku…detik itu juga kemaluanku tegang. “Mmmaaf mbak gak sengaja”, kataku….”hehehehhehe kamu tuh bisa aja, ga apa apa kok wil, gak sengaja kan”, jawabnya sambil tersenyum dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya.<br />Ampuuuuuuuuuuuuun, makin bingun aku dengan sikap mbak Dewi, seolah olah meberi lampu hijau kepadaku. Semakin gila imajinasiku terhadap mbak Dewi. Semakin hari semakin senewen.<br />Akhirnya pada suatu hari aku mempunya ide tuk bertemu langsung dengannya, dengan cara mendatangi salonnya, dengan alasan memotong rambut. Hari itu aku tidak kerja, demi menjalankan misiku yang penuh gairah. Kudatangi salon mbak Dewi sekitar jam 11 siang. Kebetulan dia bekerja sendiri tanpa asisten.<br />“Siang mbak”, salamku terhadapnya. :Siang, eh willy ada apa, tumben kesini”, jawabnya. Mau potong rambut mbak, dan panjang neh biar rapih aja. oooo, boleh tunggu yah, kata mbak Dewi.<br />Hari itu dia memakan rok hitam dan kaos putih bak orang training, senyum dan pandangannya tidak berubah tetap menggoda hatiku. “ayo wil katanya mau potong rambut” tanya nya. Iya mbak, langsung aku duduk di kursi, dan mbak dewi siap memotong rambutku. Tak karuan rasa hatiku ketika mbak Dewi mulai memotong rambutku. Berkeringat tubuhku, “kenapa wil, gerah”, tanyanya. Nggak Mbak Dewi, nggak gerah kok, jawabku. “Nah itu berkeringat” tanya nya lagi sambil tersenyum.<br />“Mmmmm, aku berkeringat karena dekat dengan mbak Dewi “, upsss kelepasan aku ngomong….”hihihihihi mbak Dewi ketawa geli, kenapa kok deket saya jadi gerah emangnya saya kompor” katanya lagi.<br />Tak tahan dengan hasrat ku, kulepaskan penutuh tubuhku yang dijadikan alas rambut. Kutarik mbak Dewi ke bagian belakang…sini dulu bentar mbak…wilyyyy, ada apa sih, kata mbak Dewi tapi tetap menuruti ajakanku.<br />Setibanya di belakang, langsung kupeluk dia dengan erat, ohh mbak ini yg akuharapkan dari mbak, “wil, apa-apan sih kamu nanti takut ada tamu nih” gumam mbak dewi. Tpi tak kulepaskan pelukanku, semakin ganas diriku, ku pegang bokongnya yang membuat aku tergila-gila setelah dia pipis dulu. Dia sedikit berontak dan malah terjatuh ke dipan tempat creambath, dan posisi kami sekarang berubah. Dia berada dibawahku sementara aku menindih. Kusingkabkan rok hitamnya dan oohhhh terlihat sembulan indah yang terhalang celana dalam tipis warna putih.<br />Semakin jalang saja aku sambil menindih tangan kananku menyelinak ke celana dalamnya. ku elus-elus kemaluannya….hmmm mulai basah..”willllll kamu nih, pintunya belum ditutup biar aku tutup dulu pintunya” gumamnya dengan wajah yg mulai memerah. Takut itu hanya alasan akhirnya aku bilang, biar aku yg tutup pintunya, kalo mbak yg tutup nanti malah pergi mbak. sebelum pergi menutup pintu, kupelorotkan dulu celana dalamnya….oooohhh indahnya pemandangan kali ini, bulu vaginanya tipis. Langsung aku bergegas menutup pintu yg hanya berjarak tiga meter dari belakang.<br />Dengan penuh nafsu aku bergegas menuju belakang, alangkah kagetnya aku melihat mbak Dewi tidak ada di tempat Creambath…..langsung aku sibak gorden penghalang dekat kamar mandi belakang. Oh my god, leboh kaget lagi mbak dewi ternyata malah sudah telanjang bulat sambil tersenyum padaku…..langsung saja aku menyergapya, ooww putingnya sudah berdiri dan langsung saja aku menghisapnya, ohhhhohhhh, mbak dewi menggelinjang, tak kuhiraukan, bibirku menghisap terus putingnya yg mencuat, sementara tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Tangan kananku tak mau kalah…bergerilya di sekitar kemaluannya yg sudah basah.<br />Begitu juga mbak Dewi, di tak mau kalah, tangannya memegang kemaluanku dengan penuh perasaan…..15 menit kamu melakukan pemanasan. “Mbak, aku mau masukin yah” pintaku dengan penuh nafsu..mbak dewi hanya mengangguk. Kutuntun mbak dewi ke tempat creambath, kucelentangkan dia…oohhh vaginanya mengangga, tanpa basa basi langsung saja kumasukan kemaluanku…blesssssssssssssssssssss, mbak dewi sedikit tersentak sambil menyeringai….bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess ooohhh bleess bleess bleess kukeluar masukan penisku dalam vagina mbak dewi……..ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh willllll, mbak dewi baru terdengan suara kerasnya…..ssssssssst jangan terlalu keras nanti kedengaran yg lain, kataku. Kulanjutkan pergerakan ku, kulipat kaki mbak dewi keatas sehingga kemaluannya menyempit kugoyang kemaluanku dengan penuh rasa….srep srep srep srep sreppppp kutahan dan ku putar kemaluanku dalam vaginanya…mbaaaaaaaaaaaaakkk aku…oooohhhh cretttttttttt cretttttt crettttttttt ooohhh mbak dewi memeluku dengan erah oooooohh dia juga berteriak, ternyata dia juga merasakan ejakulasi. ooooh tubuh akmi berdua penuh keringat. ku kecup bibir mbak dewi….”terima kasih mbak” kataku/….sama-sama will harusnya mbak yg terima kasih….”loh kok”, tanyaku bingung. Gini will, aku gak pernah dapet kepuasan dari suamiku, selain dia ejakulasi dini, penisnya itu loh, kuecil kealingan perutnya yg gendut. Makanya aku terimakasih sama kamu karena sudah setahun mbak gak ejakulasi dari making love. Cuppppppppph katanya sambil mengecup bibirku.<br />Berarti lain kali bisa lagi dong mbak hehehehe….pintaku…”terserah kamu will”, mbak jadi suka ma kamu, lalu kami berpelukan lagi dengan erat… dah dulu yah will, takut ada tamu…katanya.<br />Aku langsung mengenakan pakaian dan mengelap keringat, setelah itu aku langsung pulang ke kost an dengan hati yang riang atas keberhasilanku. Hampir gak percaya semua itu akan terjadi dan ternyata memang mbak Dewi membutuhkanku.<br /><br />Bersetubuh Dengan Ibu Kandung<br /><br />Hallo semua, namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di kedah, dan tinggal di rumah di kawasan elite di keah utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak mula lagi aku dan adikku tinggal bersama nenekku di kedah, sementara ibu dan ayahku tinggal di KL karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Persekutuan, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di KL, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Kedah karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.<br />Saat itu aku baru lulus SPM dan sedang menunggu pengumuman hasil periksaan di Kedah, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali menjaga tubuhnya dengan senamerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.<br />Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow... aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai tuala yang dililitkan di tubuhnya.<br />Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan jeans yang agak ketat dan seluar panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat mandi. "Bob... kenapa kamu diem aja, dan kenapa seluar kamu sayang?" tanya ibuku mengejiutkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. "tiada apa," jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.<br />Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi... akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk "menidurkan burung"-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari ewek malam boleh saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan tuala dan underware yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.<br />Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh spendaku. Aku kemudian membuka spendaku dan keluarlah "burung perkasa"-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, "Bobi... kamu... apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang..." sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. "Cukup Bobi.. hentikan sayang... akh..." kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.<br />"Sayang kalau kamu mau...cakap aja terus terang.. Mami boleh kasi..." kata ibuku di antara desahannya. Aku terkejut setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka tuala yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.<br />Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. "Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini..." kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat seluar dalam yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium seluar dalam ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik seluar dalam ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.<br />Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, "Sayang sini Mami isep kontolmu," dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan... "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.<br />Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. "Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya..." kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.<br />Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah setubuh dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.<br />Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, "Cret... crett.. cret..." air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, " kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami sedap..." Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.<br />Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih Sekolah. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami berbual tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat kereta kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulum koteku. Kemudian membuka seluarku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian... "Cret.. cret.. crett.." maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam kereta.<br />Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan "bermain" lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku cakap ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku. dan hingga sekarang...<br /><br />Maafkan Saya Tante<br /><br />Nama saya Doni, saya siswa kelas 3 SMP di bilangan Menteng, saya mau menceritakan pengalaman seks saya dengan tante saya. Saya memiliki tante yang bernama Nina (bukan nama sebenarnya). Ia adalah WNI keturunan, begitu pula saya. Tante Nina telah mempunyai dua anak (9 dan 11 tahun). Walaupun ia telah mempunyai anak, tubuhnya masih seperti mahasiswi. Kulitnya putih mulus, beratnya sekitar 50 kg, tampangnya seperti Vivian Chow.<br />Hari Minggu kemarin, saya pergi ke rumah kakek saya. Sebagai informasi, Tante Nina masih tinggal bersama dengan kakek dan nenek saya di Jakarta Timur. Saya dititipkan di rumah kakek saya soalnya orang tua saya ingin menghadiri pesta perkawinan bersama kakek dan nenek saya. Kebetulan Tante Nina sedang ada di rumah. Suaminya (adiknya Papa saya) sedang pergi ke Bandung.<br />Singkat cerita, saya pergi ke kamar mandi Tante Nina (soalnya yang paling dekat dengan tempat saya duduk). Begitu saya mau pipis, saya melihat vibrator di pinggir bath tub. Nampaknya vibrator tersebut habis digunakan. Soalnya masih tercium jelas bau vagina dari vibrator tersebut. Setelah keluar dari kamar mandi, saya dipanggil tante saya ke kamarnya. Sesampainya saya di kamarnya, ia meminta saya untuk mengambilkan tasnya di tempat yang tinggi. Saat itu Tante Nina sedang memakai T-shirt tanpa lengan berwarna putih. Dengan begitu, saya dapat melihat sedikit payudaranya. Dengan keadaan seperti itu, saya langsung terangsang. Saya tidak dapat menahan nafsu saya lagi, saya segera menutup pintu dan menguncinya. Saya menghampiri tante saya dan menjatuhkannya ke ranjang. Saya segera menyergap tante saya yang terkulai di tempat tidur. Tante Nina terus menerus berteriak, tapi nampaknya tidak ada yang mendengar, soalnya rumahnya kakek saya termasuk besar (1500 m2). Saya segera mengikat tangan Tante Nina ke kepala ranjang. Saya mulai menciumi wajahnya yang halus, lalu lehernya dan terus turun sampai ke dadanya. Saya segera melucuti T-shirtnya (walaupun sedikit susah, karena kakinya menendang-nendang). Akhirnya semua bajunya berhasil saya lucuti. Sehingga tidak ada seutas benang pun yang masih menempel di badannya. Lalu saya segera masukkan jari saya ke vaginanya. Sekitar 5 menit kemudian, Tante Nina mulai tenang dan mulai menikmati permainan jari saya di vaginanya.<br />Ia mendesah “Sshh.. sshh.. Ssshh.. Sshh. Masukin penis kamu dong Don, tante sudah kagak tahan.” Mendengar perkataan tante saya, saya segera membuka celana saya dan memasukkan penis saya ke liang vaginanya “Blless”. Amblas sudah penis saya ke dalam vaginanya. Lubang vaginanya masih tergolong sempit bagi wanita yang sudah tidak perawan lagi. Saya mulai memaju mundurkan penis saya. “Ennaak.. Don.. terus masukin, teriak tante saya. Setelah 10 menit kemudian tubuh tante saya mengejang dan “Aahh.. aahh.. aahh.” Nampaknya tante saya sudah orgasme. “Tunggu sebentar lagi tante, saya sedikit lagi juga mau keluar”, sahut saya. Saya percepat laju penis saya sambil meremas-remas payudaranya yang kenyal. Akhirnya “Aahh.. aakhh”, sperma saya muncrat di dalam vagina Tante Nina. Lalu saya segera tarik penis saya dan meminta tante saya untuk membersihkannya. Ia pun segera menjilatinya sampai bersih. Kami terkulai lemas di atas ranjang. Lalu saya melepaskan ikatan Tante Nina. Tante Nina hanya tersenyum dan berkata “Lain kali kalau mau ngeseks sama tante bilang saja, nggak usah malu-malu.” “Jadi, tante nggak marah sama Doni?” sambung saya. “Enggak tante kagak marah, cuman tadi rada kaget and nerveous, soalnya tante sudah lama kagak ngerasain ngeseks yang kayak begini nikmat. Habis om kamu itu cepet keluar, jadi tante terpaksa harus mastrubasi sendiri supaya puas.”<br />Akhirnya saya berdua dengan tante saya mandi bersama untuk membersihkan diri dan sempet main sekali lagi di kamar mandi. Lumayan khan pengalaman saya, sudah pernah mencoba vagina tante sendiri. Cerita di atas benar-benar terjadi. Nanti saya akan ceritakan lagi pengalaman seks saya dengan Tante Nina dan adiknya Tante Nina di apartmen kakek saya di Singapora.<br />TAMAT<br /><br />Anakku Tersayang<br /><br />Marlina, 35 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Penampilan Marlina sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung, cara berpakaiannya selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan punya anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih banyak lelaki yang selalu menggodanya.<br />Anaknya yang paling besar, Jimmy, 16 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 14 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Sedangkan suami Marlina, Herman, adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.<br />Kehidupan sexual Marlina sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suaminya. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.<br />Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Marlina ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakinya, Jimmy, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, Marlina dengan jelas melihat Jimmy telanjang. Matanya tertuju pada kontol Jimmy yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.<br />Sejak saat itu Marlina pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakinya itu. Bahkan seringkali Marlina memperhatikan Jimmy bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.<br />"Ada apa si Mam, kok liatin Jimmy terus?" tanya Jimmy ketika Marlina memperhatikannya di ruang tamu.<br />"Tidak ada apa-apa, Jim.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa," ujar Marlina sambil tersenyum.<br />"Kamu sudah punya pacar, Jim?" tanya Marlina.<br />"Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?" tanya Jimmy.<br />"Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja," ujar Marlina.<br />"Kamu pernah kissing?" tanya Marlina.<br />"Ah, Mama.. Pertanyaannya bikin malu Jimmy ah..." ujar Jimmy sambil tersenyum.<br />"Yee.. Tidak apa-apa kok, Jim.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok..." ujar Marlina sambil menjewer pelan telinga Jimmy. Jimmy tertawa.<br />"Ya, Jimmy pernah ciuman dengan mereka," ujar jimmy.<br />"ML?" tanya Marlina lagi.<br />"ML apa sih artinya, Mam?" tanya Jimmy tidak mengerti.<br />"Making LOve.. Bersetubuh..." ujar Marlina sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.<br />"Wah kalau itu JImmy belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil..." ujar Jimmy. Marlina tersenyum mendengarnya.<br />"Kenapa Mama tersenyum?" tanya Jimmy.<br />"Karena kamu masih sangat polos, sayang..." kata Marlina sambil mencubit pipi Jimmy, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Herman akan segera pulang.<br />Malam harinya, Marlina, Jimmy, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.<br />"Ciuman rasanya gimana sih?" tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.<br />"Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu," ujar Jimmy sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.<br />"Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantinya..." ujar Marlina sambil menatap Jimmy.<br />"Begini, Yen..." ujar Marlina.<br />"Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu..." ujar Marlina lagi.<br />"Ah, nggak ngerti..." ujar yenny.<br />"Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk..." ujar Yenny.<br />"Ya sudah, tidurlah sayang," ujar Marlina. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.<br />Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Marlina bertanya kepada Jimmy, "Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?".<br />"Jimmy belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja," jawab Jimmy.<br />"Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?" tanya Marlina lagi sambil tersenyum.<br />"Ya namanya juga saling suka..." jawab Jimmy sambil tersenyum juga.<br />"Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?" tanya Marlina.<br />"Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama," ujarnya Marlina lagi. Jimmy menatap mata ibunya sambil tersenyum.<br />"Ya begitulah..." kata Jimmy.<br />"Ya begitulah apa?" tanya Marlina lagi.<br />"Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba..." ujar Jimmy malu malu. Marlina tersenyum.<br />"Hanya itu?" tanya Marlina lagi.<br />Jimmy melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.<br />"Mama jangan bilang ke Papa ya?" ujar Jimmy.<br />Marlina tersenyum sambil mengangguk. Jimmy lalu beringsut mendekati Marlina.<br />"Jimmy pernah oral dengan beberapa teman wanita..." ujarnya sambil berbisik.<br />Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Jimmy.<br />"Nakal juga ya kamu!" ujar Marlina sambil tersenyum.<br />"Rasanya bagaimana?" tanya Marlina sambil berbisik.<br />"Sangat enak, Mam..." ujar Jimmy.<br />"Tapi Jimmy dengar, katanya kalau punya Jimmy dimasukkan ke punya wanita rasanya lebih enak.. Benar tidak, Mam?" tanya Jimmy.<br />Marlina kembali tersenyum tapi tidak menjawab..<br />"Kamu mau tahu rasanya, Jim?" tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Jimmy mengangguk.<br />"Sini ikut Mama..." ajak Marlina sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Jimmy mengikuti dari belakang.<br />Sesampai di ruang belakang, Marlina menarik tangan Jimmy agar mendekat.<br />"Ada apa sih, Mam?" tanya Jimmy.<br />"Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusnya tahu tentang hal tersebut," ujar Marlina dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anaknya tersebut.<br />"Ciumlah Mama sayang..." kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.<br />Jimmy diam karena tidak tahu harus berbuat apa. Marlina terus melumat bibir anaknya itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy. Lalu dengan lembut diremas dan dikocoknya kontol anaknya. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, Jimmy dengan segera membalas ciuman Marlina dengan hangat.<br />Sambil terus mengocok dan meremas kontol Jimmy, Marlina berkata, "Kamu ingin merasakan rasanya bersetubuh kan, sayang?".<br />"Iya, Mam..." ujar Jimmy dengan nafas memburu.<br />"Mama juga sama, Jim.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu," ujar Marlina.<br />"Kapan, Ma?" tanya Jimmy sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur karena enak dikocok kontol oleh Marlina.<br />"Jangan sekarang ya, sayang..." ujar Marlina sambil melepaskan genggaman tangannya pada kontol Jimmy.<br />"Yang penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu..." kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.<br />"Jimmy juga sangat sayang Mama," ujar Jimmy.<br />"Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga..." ujar Marlina sambil meninggalkan Jimmy..Jimmy menarik nafas panjang menahan suatu rasa yang tak bisa diucapkan.. Tak lama Jimmy masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Herman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Yenni ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Jimmy masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarnya.<br />Setelah Herman dan Yenni pergi, dengan segera Marlina mengetuk dan masuk ke kamar Jimmy. Jimmy masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Marlina tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anaknya tersebut. Tangannya mengusap dada Jimmy. Dimainkannya puting susu Jimmy. Jimmy terbangun karena merasakan ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap dirinya sambil tersenyum.<br />"Bangun dong, sayang.. Sudah siang," ujar Marlina sambil tangannya berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy.<br />Diusap, dibelai, diremas, lalu dikocoknya kontol Jimmy sampai tegang dan tegak. Jimmy terus menatap mata MArlina sambil merasakan rasa nikmat pada kontolnya.<br />"Mau sekarang?" tanya Marlina sambil tetap tersenyum.<br />"Saya mau kencing dulu, Mam..." kata Jimmy sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarnya.<br />"Lama amat sih?" tanya Marlina.<br />"Jimmy kan sikat gigi dulu, Mam..." ujar Jimmy sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan Marlina.<br />"Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Jimmy?" tanya Jimmy. Marlina tersenyum sambil mencium pipi anaknya itu.<br />"Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yang paling Mama sayangi.. Kamu," ujar Marlina sambil kemudian melumat bibir Jimmy.<br />Jimmy membalasnya dengan hangat pula. Kemudian Marlina bangkit lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Jimmy terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.<br />"Buka celana kamu dong, sayang," ujar Marlina.<br />"Iya, Mam..." ujar Jimmy sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.<br />"Sini, Jim..." ujar Marlina sambil berjongkok.<br />Tak lama mulut Marlina sudah mengulum kontol Jimmy. Jilatan dan hisapannya membuat Jimmy bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.<br />"Mmhh.. Enakk, Mamm..." desah Jimmy sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.<br />Marlina melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Jimmy yang tengadah merasakan nikmat, tangannya terus mengocok kontol Jimmy.<br />"Gantian, Jim..." ujar Marlina.<br />"Iya, Mam..." ujar Jimmy.<br />Marlina lalu naik ke ranjang anaknya. Lalu segera dibukanya paha lebar-lebar.. Jimmy langsung mendekatkan wajahnya ke memek Marlina. Lalu segera dijilatinya seluruh permukaan memek Marlina. Marlina terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Jimmy bermain di kelentitnya.. Mata Marlina terpejam, tubuhnya bergetar sambil menggoyangkan pinggulnya.<br />"Ohh.. Enakk.. Teruss, Jimm..." desah Marlina.<br />Setelah sekian menit Marlina dijilati memeknya, tiba-tiba tubuhnya bergetar makin keras, ditekannya kepala Jimmy ke memeknya, lalu segera dijepit dengan pahanya.. Tak lama...<br />"Ohh.. Mhh.. Ohh..." desah Marlina panjang. Marlina orgasme.<br />"Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!" ujar Marlina.<br />Jimmy naik ke tubuh Marlina. Dengan segera Marlina melumat bibir Jimmy walau masih belepotan dengan cairan dari memek Marlina sendiri.<br />"Masukkin sayang..." bisik Marlina sambil menggenggam kontol Jimmy dan diarahkan ke memeknya.<br />Setelah itu, Jimmy langsung memompa kontolnya di memek Marlina. Mata Jimmy terpejam sambil terus mengeluarmasukkan kontolnya.<br />"Bagaimana rasanya, Jim?" tanya Marlina sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Jimmy.<br />"Nikmat sekali, Mam..." ujar Jimmy.<br />Marlina tersenyum sambil terus menatap mata anaknya. Tak lama, tiba-tiba tubuh Jimmy mengejang, gerakannya makin cepat..<br />"Jimmy mau keluar, Mam," bisik Jimmy.<br />"Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu..." bisik Marlina sambil memegang pantat Jimmy lalu menekankan ke memeknya keras-keras.<br />Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Jimmy muncrat banyak di dalam memek Marlina. Jimmy mendesakkan kontolnya dalam-dalam ke memek Marlina..<br />"Bagaimana rasanya sayang?" tanya Marlina.<br />"Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral..." ujar Jimmy sambil mengecup bibir Marlina.<br />"Jimmy sangat sayang Mama," ujar Jimmy.<br />"Mama juga sangat sayang kamu," ujar Marlina.<br />Lalu mereka berpelukan telanjang.<br />*****<br />Sesuai dengan penuturan Marlina langsung kepada saya, sejak saat itu mereka selalu melakukan persetubuhan setiap ada kesempatan. Hanya saja ketika Jimmy harus kuliah di Jogja, mereka terpaksa harus berpisah. Tapi bila Jimmy datang liburan atau Marlina sengaja datang ke Jogja untuk menengok Jimmy, mereka pasti akan melakukan "tanda kasih sayang" mereka itu sampai sekarang..<br />Demikian kisah nyata ini saya paparkan.<br />E N D<br /><br />Ibu mertuaku yang janda.....<br /><br />Keluarga istriku terdiri dari ibunya yang tak lain adalah mertuaku. Namanya Heny, umurnya baru 38 tahun, kelahiran tahun 1964. Mertuaku yang peracik jamu ini adalah istri ketiga dari camat di kampungya dari pernikahannya yang menghasilkan tiga anak. Anak pertama Cheny, 24 tahun, bekerja pada salah satu toko swalayan di Bandung, kedua Venny yang menjadi istriku, 22 tahun, seorang karyawati di perusahaan swasta dan ketiga Nony masih 20 tahun, baru lulus SMU dan masih menganggur. Ketiga wanita inilah yang pernah menjadi santapan seksualku.<br />Mertuaku yang biasa kupanggil Mama ini pindah ke Bandung setelah suaminya meninggal dan tinggal di rumah anak dari istri pertama suaminya. Sebenarnya suaminya memiliki cukup banyak harta tetapi karena mertuaku kawin di bawah tangan, jadi dia tidak mendapatkan harta warisan apa-apa selain perhiasan-perhiasan dari suaminya itu. Karena ada perselisihan, mertuaku dan ketiga anaknya pindah dari rumah itu dan memulai usaha menjadi penjual jamu gendong untuk menafkahi ketiga anaknya. Namun karena sekarang ini dia merasa sudah tidak mempunyai tanggungan apa-apa lagi dan juga telah mempunyai rumah di pinggiran kota Bandung, dia sudah berhenti dari kegiatannya itu. Aku dan istri setiap akhir bulan selalu menyempatkan diri ke rumah mertuaku sekaligus membawa uang ala kadarnya sekedar untuk menambah biaya hidup sehari-hari.<br />Namun pada hari itu, Sabtu, entah kenapa istriku tidak enak badan dan menyuruhku pergi sendiri saja. Kubawa motorku ke arah selatan kota Bandung hingga satu jam kemudian aku sampai di rumah yang sederhana tapi kokoh itu. Rumah itu sepi namun pintunya terbuka lebar-lebar. Seperti biasanya kurebahkan tubuhku di bangku bale-bale bambu yang ada di ruang tamu untuk melepas lelah. Tak lama kemudian mertuaku datang. "Eh, Dik Willy, sudah lama Dik?" Dia menyapaku memang kesannya basa-basi tetapi sebenarnya tidak.<br />"Enggak, barusan kok", jawabku menyambut sapaannya. "Mana Ida?", tanyanya. "Lagi sakit, Ma. Katanya demam tuh, kusuruh istirahat saja" jawabku. "Oh, wah, wah, wah, jangan-jangan tanda-tanda mau punya anak tuh", ujar mertuaku senang.<br />Memang dia ini sangat mendambakan cucu dari pernikahan kami. "Mudah-mudahan, Ma"<br />"Ya sudah, sudah makan belum. Mama punya sayur asem sama ikan asin pake sambel terasi, kamu mau nggak?", mertuaku menawariku makan. "Iya, aku mau banget tuh" Bergegas aku ke ruang makan dan melihat hidangan yang ditawarkannya itu masih belum disentuh siapapun. Sambil makan kami mengobrol lagi. "Nony ke mana Ma?" tanyaku. "Katanya piknik sama temen-temennya ke luar kota, kemarin sore berangkatnya" "Oh", jawabnya. Memang mertuaku hanya tinggal berdua dengan Nony karena Cheny lebih memilih kost di dekat tempatnya bekerja. Kami mengobrol tentang macam-macam sampai obrolan yang nyerempet-nyerempet.<br />"Kamu ini sudah hampir dua tahun kok belum punya anak juga?" "Ya enggak tahu tuh, Ma" "Apa kamunya yang nggak bisa? Kalo nggak bisa sini Mama ajarin" "Ajarin apa, Ma?" "Mama buatin jamu biar subur" "Ah bisa aja Mama nih" Obrolan sengaja kupancing dan kuarahkan ke masalah seksual. "Ma saya boleh nanya nggak?" "Apa?" "Dulu Pa'e sering dibuatin jamu nggak?" "Ya kalo lagi sakit aja" "Untuk yang lain?" "Yang lain tuh apa?" "Jamu kuat lelaki misalnya?" "Ha, ha, ha, kamu ini ada-ada saja. Nggak usah pake begituan juga mertua lakimu itu sudah kuat, kok. Malah sebelum mati dia nambah lagi satu" "Jadi nggak pernah sama sekali, Ma?" "Pernah sich sekali-kali. Itu juga dia yang minta" "Terus Mamanya gimana?" "Ya tokcer lah, ha, ha, ha, eh, kamu kok tanya itu sih?" "Terus sekarang ini Mama kalo lagi pengen gimana?" Wajahnya sedikit memerah tetapi dijawabnya juga, "Ya, banyak-banyakin aja kerjaan, ya masak, nyuci piring, nyapu pekarangan, entar juga lupa, terus sudahnya, capek, ya tidur" "Oh", jawabku. "Kamu ini nanyanya ngawur, aja" "He, he, he.." "Sudah sore sana mandi"<br />"Iya Ma" Sementara aku mandi, kurasakan penisku yang sudah berdiri tegak. Kukocok penisku sambil membayangkan tubuh mertuaku. Mertuaku ini masih lumayan kencang walau sudah memiliki anak tiga. Menurut istriku, dia rajin luluran kulit sawo matang disertai dengan minum jamu rutin. Perutnya masih cukup ramping walaupun sudah ada sedikit lipatan-lipatan lemak. Buah dadanya yang berukuran 36B itu tetap kencang karena ramuan dari luar disertai jamu-jamuan demikian juga dengan bongkahan pantatnya. Satu hal lagi, dia ini tidak pernah memakai daster, atau baju apapun. Pakaian sehari-harinya adalah kain kebaya dengan kemben yang dililit hingga dadanya.<br />"Dik Yanto, nanti kalau sudah airnya diisi lagi ya?" "Iya, Ma". Setelah mandi kupompa air di luar kamar mandi sementara itu mertuaku berjongkok mencuci piring di bawah pancuran pompa tangan. Ember yang telah terisi kubawa ke kamar mandi untuk diisikan ke bak, begitu seterusnya hingga penuh. Sambil memompa kuperhatikan belahan buah dada mertuaku hingga membuat penisku berdiri lagi hingga tak sadar handukku terlepas. "Wah, semalem belum dikasih 'makan' ya?", begitu sindir mertuaku. "Iya nih, Ma" "Kenapa sih kamu kok cuma liat nenek-nenek aja langsung berdiri?" "Abis Mama montok sih", jawabku asal saja. "Hus, apanya yang montok" "Itu belahan teteknya, makanya saya jadi begini" "Oh ini, mau lihat?" "Iya, mau, mau Ma" Sejenak dia berbalik terus membuka kembennya hingga perutnya yang cukup ramping itu terbuka. "Nih, liat aja", katanya sambil kupegang buah dadanya. "Eh katanya cuma liat?" "Ya liat sama pegang, Ma"<br />Kuremas-remas buah dadanya hingga nafasnya tersengal. "Sudah To, sudah" Tapi aku terus saja meremasnya dengan bersemangat.<br />"Sudah To, Mama mau mandi dulu" "Bener mau mandi apa mau yang lain?" "Bener Mama mau mandi" "Nanti lagi ya?" Mertuaku tidak menjawab, hanya berlalu ke kamar mandi. Aku tunggu di kamar tidurnya hingga beberapa menit kemudian mertuaku sudah masuk ke kamarnya lagi. Tubuhnya hanya berbalut kain saja. Yang membuatku kaget adalah mertuaku membuka begitu saja kainnya di hadapanku yang masih berbaring. Kulihat buah dada yang cukup sekal tadi disertai dengan perut yang ramping dan pantat yang montok. Yang membuatku tak tahan adalah belahan vaginanya yang berbulu sangat lebat berbentuk segitiga. Pelan-pelan kudekati dia dengan pelukan yang cukup hangat dan ciuman yang kuat di bibirnya, mertuaku hanya pasrah saja. Kuteruskan tindakan yang tadi kulakukan di luar. Kali ini aku berjongkok lalu kumainkan vaginanya dengan mulutku sementara tanganku naik turun bergantian. Kuremas-remas bongkahan pantatnya yang padat itu dengan tangan kanan dan tangan kiriku memelintir-melintir puting susunya dengan sesekali menjumput dan meremas buah dadanya itu. Begitu terus bergantian dengan tangan kanan dan kiri. Pada saat yang bersamaan kuhisap-hisap dengan ...gemas bibir vaginanya. "Aghh, aghh, aghh", suara itu keluar dari mulut mertuaku di iringi dengan suara dari mulutku yang terus menghisap vaginanya yang banjir itu. Begitu seterusnya hingga, "Udahh, aghh, masukin aja punya kamu, To".<br />Aku rebahkan mertuaku ranjang dengan pantat dan pinggulnya berada di pinggir ranjang, kedua kakinya kuangkat ke bahuku. Aku berlutut di lantai dengan penisku berada tepat di pintu liang vagina itu. Kumain-mainkan dulu kepala penisku di kelentitnya dengan berputar-putar lalu baru kuturunkan ke vaginanya. Perlahan tapi pasti kumasukkan penisku ke liang vaginanya. "Eghh.., sstt, pelan-pelan, To"<br />"Mama kayak perawan aja" Setiap dorongan sepertinya ada yang mengganjal penisku di dalam vaginanya. "Eghh, aduh sakit, To"<br />"Hah, sakit?" Sambil mendorong kugoyang-goyangkan juga pinggulku ke kiri dan ke kanan supaya lorong vaginanya agak melebar. Setiap dorongan juga kutarik sedikit penisku keluar lalu kudorong lagi supaya bagian yang sulit ditembus itu agak terbuka. Lalu, sleb, sleb, sleb, dengan tiga kali dorongan penisku sudah masuk semua ke dalam rongga vagina mertuaku. Aku berdiam sesaat hingga kurasakan denyutan kecil seperti hisapan-hisapan lembut. Ternyata mertuaku mempunyai vagina yang bisa menghisap-hisap penis. Mungkin karena jamu-jamuan yang rutin diminumnya sehingga dia bisa seperti ini. "Ayo To, nunggu apa lagi?"<br />Kutarik dengan diiringi helaan nafasku, lalu ku dorong lagi hingga bless, bless, bless, penisku tertancap hingga pangkalnya. Keluar juga suara kecipak dari vagina mertuaku. Dari mulut kami juga keluar suara-suara desahan dan lenguhan nafas kami mewarnai suasana yang erotis. "Aghh, aghh, aghh, shh, ohh, aghh", begitu suara deru nafas mertuaku. Aku tetap berkonsentrasi supaya penisku tidak menembak lebih dahulu dan orgasme namun karena nikmatnya vagina mertuaku ini membuatku tak tahan. Namun dengan mengatur nafas aku bisa mengimbangi permainannya. Sudah hampir satu jam kami saling asyik masyuk sampai tanda-tanda akan orgasme terasa pada kami.<br />Kulihat gerakan mengejang dari perut mertuaku dan juga wajahnya yang semakin terlihat gelisah disertai keringat dan matanya yang turun seperti fly, kepalanya yang bergeser ke kiri dan ke kanan, tangannya juga berusaha menggapai apa yang bisa diremas. Itu biasanya gejala wanita yang akan orgasme. Tak lama kemudian, "Aghh, cepetan To, aku mau nyampe nih" "Aku juga, aghh" "Iiihh, aghh, ehmm, aghh"<br />Begitu jeritan kecil dari mulut mertuaku disertai deru nafasnya menandakan bahwa dia telah orgasme. "Ughh, ughh, ughh", begitu sisa nafasnya menikmati sensasi orgasme yang tiada tara. Aku juga merasakan hal yang sama dengan mengejangnya seluruh tubuhku dan menyemprotnya spermaku, entah berapa kali kusemprotkan cairan penuh kenikmatan ini ke dalam rahim mertuaku.<br />Tubuh kami langsung lunglai. Aku langsung berbaring telungkup diatas mertuaku dengan kondisi penis yang masih menancap di vaginanya. Tak lama kemudian peniskupun layu dan terlepas dengan sendirinya dari liang vagina yang nikmat itu. "Kamu hebat juga, To"<br />"Iya dong, Ma" "Jangan panggil Mama lagi" "Siapa dong?" "Heny aja" "Iya Hen, ughh gimana enak nggak?"m"Enak tenan, lho"<br />Mata mertuaku langsung sayu dan terpejam lalu tertidur. Aku turun dari tubuhnya dan juga merasa mengantuk sekali hingga aku juga tertidur. Tak terasa kami tertidur hingga aku terbangun dan mertuaku masih di sisiku sambil memeluk tubuhku. Tubuh kami masih telanjang bulat ketika itu. Tiba-tiba, "Ehmm, he, he, gimana kamu puas nggak?" "Iya Hen, aku puas banget. Aku sudah pengen begini sama kamu sejak lama tapi nggak tahu harus gimana dan takut kamunya marah" "Hhh", mertuaku menghela nafas lega. "Yah, kan sekarang sudah", kataku. "Tapi To, aku masih serr-serran lho", begitu katanya sambil menggenggam penisku yang sedari tadi agak lunglai terasa seperti ingin bangun lagi. Sepertinya mertuaku ini tahu bagaimana cara membangunkan kembali penis melalui tekanan-tekanan pada urat-urat di tempat lain. Aku langsung menciumi buah dadanya dan tanganku mengobok-obok vaginanya. Mertuaku mulai terangsang kembali dan dengan cepat aku berada di posisi siap di atas tubuhnya. Dengan sekali dorongan, penisku sudah menancap di dalam vagina yang sudah becek itu.<br />Mertuaku berkata, "To, aku yang di atas yah?" "Emangnya bisa?" "Bisa dong, kan udah nontonn filmnya Cheny", rupanya mertuaku sering menonton VCD blue film dengan anaknya, Cheny. Jadi tidak heran kalau dia faham posisi-posisi dalam bercinta. Dengan berguling kini posisi tubuhnya berbalik berada di atasku. Mertuaku mencoba duduk dengan melipat kakinya lalu dia mulai bergoyang maju-mundur dan memutar ditingkahi dengan suara dari vaginanya hingga menambah gairahnya untuk memacu goyangannya. Aku dari bawah hanya memegangi buah pantatnya dan tanganku yang satu memainkan kelentitnya yang berada tepat berada di perutku. Hanya sekitar setengah jam mertuaku mulai menampakkan gejala ingin orgasme. Dalam hitungan detik dia sudah orgasme. Tubuhnya kembali lunglai dan berbaring di atas dadaku. Namun aku belum, hingga secepat kilat aku berbalik dan berada di atasnya dan langsung bergoyang untuk mengejar orgasmeku. "Aduhh udahh To, aughh, gelii, To..", hingga beberapa detik kemudian aku merasakan orgasmeku yang kedua begitu nikmat dengan tembakan spermaku yang masih cukup kuat. Kami kemudian mengobrol hal-hal yang berbau pornografi dan erotis hingga terangsang kembali dan kami bersenggama lagi, begitu seterusnya hingga subuh. Entah sudah berapa kali kami melakukan hal yang sebenarnya merupakan aib bagi keluarga kami sendiri. Sekarang ini mertuaku sudah mempunyai cucu dan lebih menjaga jarak denganku. Dia merasa hal yang sudah kami lakukan itu adalah aib dan tidak sepantasnya dilakukan, dan jika kusinggung soal hal itu dia nampaknya agak marah dan tidak suka. Dia telah menjadi nenek yang baik bagi anakku.<br /><br />Pengalaman Bersama Suami Adiku Sendiri<br /><br />Edwin mendesah panjang. Nafasnya memburu, sementara goyangan tubuh bagian bawahnya mendesak kedua pahaku semakin terbuka lebar. Kedua lengannya berdiri tegak menahan badannya di kiri-kanan kepalaku. Dadanya menutupi semua pandanganku. Aku hanya bisa melingkarkan lengan kepunggungnya. Tanpa bisa kutahan, desahanku terdengar keras mengikuti irama gerakan Edwin. Derit ranjang<br />tempat kami bercinta semakin cepat. Kulirikan mataku keatas, kulihat mata Edwin terpejam sambil menggigit bibir bawahnya. Aku berusaha menyilangkan kaki ke atas pinggulnya, terlihat Edwin tersenyum tanda ia senang akan apa yang aku perbuat. Lengannya tertekuk sedikit dan bibirnya mengecup dahiku. Ketekan pantatku ke bawah, mulutnya bergumam. “Ouh…enak San, lagi…,” Edwin merengek meminta saya melakukan hal yang sama berulang-ulang, sementara ia terus menggoyangkan pantatnya. Merasa nikmat, Edwin malah semakin buas. Nikmat sekali memang jika gerakannya semakin cepat seperti itu. Pelan-pelan aku rasakan puncak kenikmatan semakin dekat. Mataku mulai terpejam, ah…, saat-saat seperti ini yang aku tunggu setiap bercinta dengan laki-laki. Desahku semakin terdengar tak beraturan. Darah ditubuhku mengalir dengan cepat. Dan, tak berapa lama, tubuhku terasa bergetar. Aku menggelinjang, punggung Edwin aku dekap erat, sementara kakiku menekan pantatnya sekuat tenaga. “Terus Win…terus….” Gerakan Edwin semakin cepat. “Sedikit lagi…sedikit lagi.” Kenikmatan itu aku rasakan semakin dekat, dan….. “Ooooooh…..,” desahku panjang dan terdengar keras. Kakiku menghentak-hentakkan pantatnya, nafasku memburu, dan pinggulku terlonjak-lonjak. Edwin memperlambat gerakannya dan melihatku sambil tersenyum.<br />Kemudian, nafasku mulai tenang. Mataku masih terpejam saat Edwin mencium bibirku lembut. Aku membuka mata. Edwin mulai lagi bergerak dengan buas. Penisnya menghujam vaginaku tanpa ampun. Hanya reda beberapa saat, desahku mulai kembali<br />memburu, demikian juga dengan Edwin. “Uuh…uh, Ayo Win,…aku sudah,” Aku bergumam berusaha memacunya agar cepat menyelesaikan adegan percintaan ini. Penisnya terasa makin keras, guratan di sekujur alat kelaminnya terasa sekali membentur dinding vaginaku. “Sandraaaa!!!” teriaknya memanggil namaku. Seketika, goyangannya terputus-putus, tubuhnya bergetar, desahnya membahana memenuhi ruangan, diiringi denyut penisnya, dan cairan hangat yang memenuhi kemaluanku. Ia terjerebab menimpaku. Aku memeluknya erat dan menciumi dadanya yang menimpa wajahku. Edwin tergolek lemas, kepalanya terkulai di atas dadaku, ia tampak berusaha mengatur nafasnya. Lantas tubuhnya terguling ke sisiku. Di wajahnya tersungging senyum tanda kepuasan. Kuhampiri wajahnya, dan kurebahkan kepalaku ke dadanya. “Enak, Win?” Ia mengangguk dan membuka matanya. Tanpa berkata-kata, ia mencium bibirku dan<br />memelukku erat. Ia tersenyum lagi dan mencium dahiku lembut. Kami berpelukan agak lama. Keringat terasa membasahi tubuh kami. Aku usap dahinya yang berpeluh. Ia membelai rambutku lembut, kucium lengannya yang kekar dan mendekapnya. “Yuk, kita tidur…,” ajak Edwin. Aku mengangguk dan menarik selimut. Namun, hingga setengah jam kemudian, aku masih belum bisa tidur. Kupandangi<br />Edwin yang tertidur pulas meyimpulkan kenikmatan bagi dirinya. Kulihat wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang tinggi besar tergolek lemas di sampingku. Ah, saya masih tak habis pikir, bagaimana semua ini bisa terjadi? Kekhilafan itu seakan melupakan kita akan status masing-masing yang seharusnya aib jika melakukan hubungan layaknya hubungan suami istri. Pikiranku menerawang jauh, tak ada<br />duanya memang, sensasi yang kami lakukan.——– Namaku Sandra, lengkapnya Sandra Damayanti. Anak keempat dari lima bersaudara.<br />Ketiga kakakku semuanya laki-laki, hanya aku dan adikku, Shinta, yang perempuan. Jarak usiaku dengan ketiga kakakku cukup jauh. Dengan kakak sulung, Mas Adi, saya berselisih hampir sepuluh tahun. Sementara dengan Mas Oki dan Mas Nanto, masing-masing delapan dan lima tahun. Hanya aku dan Shinta yang dekat sekali (satu tahun), sehingga wajar jika aku dan Shinta menjadi amat akrab. Aku bukan gadis alim. Jujur saja, di SMA aku sudah mengenal hubungan intim pria-wanita. Ah, pengalaman masa muda yang sulit dilupakan. Usiaku saat ini 25 tahun. Di keluarga, hanya aku satu-satunya yang belum menikah. Calon sudah ada, Rico, tapi peresmiannya masih harus menunggu pacarku selesai sekolah. Kedekatanku dengan Shinta juga yang membuatku bisa menumpang di rumahnya. Shinta sudah menikah bulan Juli tahun lalu dengan pria mapan seusia Mas Adi. Saat menikah, Shinta masih amat lugu. Sebagai anak bungsu, ia memang dilarang ayah dan ibuku bersekolah di luar negeri seperti halnya aku dan ketiga kakakku. Kepindahannya ke Jakarta mengikuti suaminya, mungkin adalah yang pertama baginya keluar dari kota kelahiran kami, sebuah kota di Jawa Tengah. Tak lama setelah Shinta menikah, aku selesai sekolah dan kembali ke Indonesia. Tawaran tinggal di Jakarta datang dari Shinta. Tentunya Shinta berpikir lebih baik aku menetap di Jakarta agar lebih mudah mencari kerja. Apalagi, rumahnya, di daerah elit Jakarta, hanya dihuni berdua dengan suaminya. Tawaran tersebut aku sambut baik. Aku hijrah ke Jakarta mengikuti apa yang dikatakan Shinta, Desember tahun lalu. Di Jakarta, saya sibuk melamar pekerjaan. Pahit juga nasibku, disaat lulusan-lulusan luar negeri dengan mudahnya memperoleh pekerjaan, saya justru terbalik.<br />Lama-lama, tidak enak juga tinggal di rumah orang, walaupun itu adik sendiri, tanpa memberikan kontribusi apapun. Dengan kesadaran sendiri, aku mengurus rumah sebagaimana layaknya ibu rumah tangga. Shinta juga bukan pemalas, di tengah kesibukannya berkarir, ia masih sempat mengurus rumah sebelum dan sesudah bekerja. Ia tidak tersinggung ketika perlahan-lahan tugas utamanya di rumah<br />mulai aku ambil alih. Memasak adalah pekerjaan rutin saya di rumah. Situasi berubah kira-kira tujuh bulan yang lalu. Shinta mendapat kesempatan belajar di AS dari kantornya. Tentunya, kesempatan ini tidak disia-siakan Shinta. Suaminya setuju melepas Shinta untuk masa kurang lebih dua tahun. Pesan Shinta kepadaku sebelum ia berangkat amat singkat, hanya satu kalimat. “Mbak, tolong urus Mas Edwin selama Shinta di Amerika, ya.” Sepeninggal Shinta, aku dan Edwin hanya berdua di rumah. Agak aneh memang, tinggal serumah dengan laki-laki yang bukan suami. Aku memang menggantikan peran Shinta di rumah. Semua kebutuhan Edwin aku yang menyiapkan. Shinta yang meminta aku melakukan ini. Kecuali kebutuhan biologis, bisa dikatakan semua kebutuhan Edwin aku layani. Paling tidak hingga lima bulan kemudian. Memasuki bulan ketiga, aku dan Edwin mulai sering mencari hiburan di luar rumah berdua. Biasanya, kami pergi nonton film atau makan malam. Sesekali, Edwin menemaniku melihat pameran rumah atau lainnya. Beberapa kali, kami juga hinggap ke cafe-cafe. Dan tampaknya, hobi datang ke cafe ini adalah yang paling kami nikmati. Aku dan Edwin jadi keranjingan mendatangi cafe. Satu persatu kami jelajahi. Coba di sini, coba di sana, pokoknya hampir semua kami coba. Sedikit mendengar musik, ngobrol, dan minum, cukup membuat kami segar kembali. Shinta juga tahu kebiasaan kami ini. Dia juga yang menyuruh suaminya menemaniku jalan-jalan. Dari aksi jalan-jalan ini saya jadi tahu, Edwin memang seorang pria lembut. Seiring dengan itu, kerinduanku dengan Rico semakin memuncak. Maklum, sudah hampir setahun kami berpisah. Dulu, saat masih bersama, aku dan Rico tinggal serumah, sehingga kebutuhan biologis bukanlah masalah yang serius. Beruntung, aku punya kesibukan di rumah, sehingga selama ini semua keinginan untuk berhubungan intim bisa kuredam. Namun, setiap pulang dari cafe, apalagi di sana aku juga mengkonsumsi minuman beralkohol (walaupun tidak banyak), keinginan tersebut kerap muncul. Dan, seringkali aku memupuskannya dengan cepat tidur, sehingga lupa. Sampai suatu hari, aku agak lepas kontrol dalam menenggak minuman. Singkatnya, aku sedikit mabuk. Berjalan ke mobil aku memang masih bisa, tapi sesudahnya tubuhku lemas dan setibanya di rumah, badanku terasa berat dan sulit untuk bisa beranjak keluar mobil. Edwin-pun sama, walaupun kadarnya masih lebih banyak aku. Ia masih bisa mengendalikan diri dan membantuku berjalan. “Ayo San, aku bantu,” ujarnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggangku. Aku rangkul pundaknya dan kepegang tangannya erat. Pelan-pelan kami berjalan ke<br />kamar. Edwin membantuku merebahkan tubuh di ranjang. “Mau air putih?” tanyanya. Aku menggeleng. “Thanks Win. Sorry, aku kebanyakan<br />minum,” ujarku. “Ngga pa-pa, biasa kok, sekali-sekali mabuk itu normal.” Ia berjalan hendak keluar kamar. Apa yang aku rasakan mendadak berubah. Lima bulan tinggal bersama di rumah ini, atau setahun lebih sejak aku pindah, baru sekali ini Edwin menyentuh tubuhku. Rasanya memang berbeda, tubuhku terasa bergetar. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba aku seperti ingin diperlakukan lebih. Aku tersenyum memandang wajahnya. Edwin juga tersenyum. Edwin mengurungkan niatnya untuk keluar kamar. Ia mendekat dan membelai rambutku. Kusambut belaiannya dengan mencium tangannya. Tangannya menggenggam tanganku dan tanpa aku sadari, kutarik tubuhnya mendekati tubuhku. Sebuah kecupan lembut mendarat di bibirku. Tanpa pikir panjang, aku sambut kecupannya dan akhirnya kami bercumbu.<br />Pengaruh alkohol seakan semakin memanaskan adegan percintaan kami. Tangan Edwin mulai meraba sekujur tubuhku, membuat aku semakin lepas kendali. Kecupannya juga sudah merambat ke leher. Aku hanya bisa memeluknya erat dan menarik polo shirtnya ke atas. Kuciumi pundaknya dengan ganas. Edwin meronta kegelian, dan kini giliran lidahnya menari-nari diatas dadaku. Kerah kaus yang aku pakai<br />semakin turun dan sedikit demi sedikit lidahnya terasa membasahi dadaku. Edwin semakin ganas, tanpa meminta persetujuanku, kancing di kausku mulai terbuka satu per satu. Dengan sigap, tangannya juga melepas bra hitam milikku. Ia tersenyum menyaksikan payudaraku polos dihadapannya. Dirabanya lembut seluruh permukaan payudaraku itu. Kami kembali berciuman, kali ini lebih ganas. Aksi pagut-memagut<br />terjadi. Sambil terus berciuman, ia mulai membuka kancing celanaku dan perlahan-lahan menurunkannya. Jemarinya menelusup ke sela-sela celana dalamku. Seketika aku mendesah keras saat jari-jari menyentuh organ paling intim di tubuhku. Rabaannya halus dan sungguh merangsang nafsu birahiku. Tak sampai sepuluh menit, kami sudah berpelukan polos tanpa batas. Nikmat sekali rasanya didekap oleh tangan Edwin yang kekar. Bulu-bulu tubuhnya seperti menggelitik sekujur tubuhku. Kami makin lupa diri. Tanpa perlawanan, aku<br />memang rela menyerahkan tubuhku pada Edwin dalam kondisi seperti itu. Edwinpun sepertinya semakin bernafsu. Nafasnya semakin memburu. Penisnya mulai menyentuh bibir vaginaku, seperti hendak mencari jalan masuk. Saat itu, bagiku tidak ada pilihan selain menerima penisnya terbenam di liang vaginaku, setahun lebih aku menanti saat-saat seperti ini. “San…?” Aku mengangguk pelan dan sesaat kemudian tubuhnya mulai menekan tubuhku. Kugenggam penisnya dan membantunya mengarahkan ke vaginaku. Sekali lagi ia<br />menciumku, tak lama kemudian penisnya sudah bersarang di vaginaku tanda sebuah perselingkuhan telah terjadi.<br />——–<br />Aku terbangun oleh bunyi telepon yang berdering kencang. Edwin terlonjak dari tidurnya dan berjalan menuju ruang tengah. Tubuhnya masih telanjang. Seadanya aku mengenakan kimono. Langkahku terhenti di pintu dan menguping pembicaraan Edwin.<br />“…Iya sayangku, sebentar lagi aku berangkat,…baru keluar kamar mau sarapan,….ada, di kamar,…iya..iya nanti aku sampaikan,…kamu di<br />mana?….ooh, kasihan…, capek?….Ya udah, kamu cepat pulang terus istirahat,…nanti aku telpon dari kantor….baik,…i love you too, bye…”<br />Mata Edwin beralih ke diriku. Sorot matanya sedikit berbeda dibanding tadi malam. “Shinta…?”<br />Edwin mengangguk. Aku menunduk, tak terasa, ada genangan air di mataku. Edwin mendekat dan memeluk diriku erat. Ia membelai rambutku dan mencium keningku. “Maafkan aku San. Aku khilaf,” ujarnya singkat. Aku tak kuasa berkata-kata, mulutku seperti kaku. Aku memang jahat, telah mengkhianati adikku sendiri, adikku yang paling aku sayangi. “Kita semalam mabuk,” ucap Edwin berusaha mencari pembenaran. Aku tetap diam tak bereaksi apa-apa. Aku hanya bisa memandang wajahnya dan tersenyum tipis. Ia membalas senyumku dan kembali memeluk erat tubuhku. Aku segera menyadari, hubungan kami tidak akan seperti lima bulan terakhir, karena pembatas itu sudah<br />jebol, walaupun lewat sebuah perselingkuhan. Pagi itu, aku merasa semakin dekat dengan Edwin. Aku seperti mendapat peran<br />tambahan, seperti menjadi istri baru bagi Edwin. Untuk pertamakalinya, aku mengantarnya berangkat ke kantor sampai ke mobil. Edwin terlihat senang sekali diperlakukan seperti itu. Sebelum pergi, ia mencium bibirku lembut, persis seperti yang dilakukannya pada Shinta. Ah, kejadian malam itu seakan mengubah semua sikap kami berdua. Malam itu, habis-habisan kami bertempur. Dua jam kami<br />bergumul di ranjang kamarku sampai akhirnya kami kelelahan. Kenikmatannya memang tiada tara, ada sensasi tersendiri yang terasa menyelinap. Kenikmatan yang sama selalu kami usahakan berulang lagi. Aku selalu siap melayaninya kapan saja ia butuh, demikian juga dengannya. Tanpa pernah menolak, Edwin selalu meladeni permintaanku. Rasanya, aku tak bisa melewatkan satu hari<br />tanpa bertemu dengan penisnya yang sudah memberikan kenikmatan padaku. Jadwal rutin kami adalah pagi sebelum Edwin berangkat ke kantor dan malam hari. Di hari libur, frekuensinya meningkat. Tanpa mengenal waktu, setiap saat kami bisa melakukannya sesuka kami. Lebih-lebih jika kami khusus pesiar ke suatu tempat. Bak pengantin baru, kami memuaskan diri dengan hubungan intim yang luar biasa.<br />Kemampuannya memang lain dibanding Rico. Jika kekasihku itu punya kelebihan dalam mencari variasi baru dan membuatku nyaman, maka Edwin lain lagi. Daya tahannya memang bagus. Mungkin akibat ia rutin berolahraga. Nafsunya juga besar, melihat aku memakai pakaian sedikit seksi saja, ia langsung mendekapku dan biasanya berakhir dengan persetubuhan. Jiwa petualangannya juga sedikit di luar<br />batas. Dalam dua bulan ini saja, sudah berulangkali ia mengajakku berhubungan intim di tempat-tempat yang agak mengandung resiko. Yang paling saya ingat adalah saat ia mengajakku bersetubuh di kolam renang sebuah hotel di Bandung. Padahal, saat itu banyak orang di sekitar kita. Caranya memang unik. Tanpa keluar dari kolam, ia mengeluarkan penisnya di dalam air dan memasukkannya ke<br />vaginaku sambil berdiri. Aku disuruhnya tetap diam dan ia yang mengontrol permainan kami. Maksudnya agar orang-orang tidak curiga.<br />Dari dia juga saya jadi tahu ternyata Shinta tidak seperti yang saya kira. Adikku ini pendiam dan tidak banyak maunya. Tadinya aku berpikir, Shinta akan pasif di tempat tidur. Ternyata aku salah besar. Menurut Edwin, sejak malam pertama, Shinta selalu berusaha mencari sesuatu yang baru dalam berhubungan suami istri. Nafsu seksualnya juga besar, kadang, masih menurut Edwin, mereka melakukannya tiga sampai empat kali sehari. Dalam hati aku berkata, sama saja dengan kakaknya. Kami amat menyadari, apa yang telah terjadi diantara kita<br />adalah sebuah perselingkuhan. Kami juga sepakat tidak mengaitkan hal ini dengan keberadaan Shinta. Dengan Rico, walaupun kami sangat terbuka, saya juga tetap merahasiakan hubungan gila ini. Mengapa? Semata-mata agar kami tidak merasa bersalah. Nikmati saja dulu apa yang kini sudah terjadi<br /><br /><br />Ibu mertua tersayang...<br /><br />Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Pento, Indri istriku Berusia 29 Tahun. Kami baru dikaruniai seorang anak lelaki yang lucu yang ku beri nama Piko, berusia 2,5 tahun. Pada hari yang sudah kami tentukan aku sekeluarga berangkat ke Kota Surabaya. Penumpang kereta Argo Lawu tidak terlalu penuh! Mungkin, dikarenakan hari libur masih beberapa hari lagi, jadi aku istri dan anakku lebih leluasa beristirahat selama dalam perjalanan.<br />Jam 5:30 pagi kereta tiba di stasiun kota Surabaya, Kami di jemput Ibu mertuaku dan pakde Man sopir keluarga Mertuaku. Ibu mertuaku begitu bahagianya dengan kedatangan kami, anak kami Piko pun langsung dipeluk dan diciumi, maklum anak kami Piko cucu lelaki pertama bagi keluarga bapak dan Ibu mertuaku.<br />Akhirnya, kami sampai juga di Lamongan tempat tinggal mertuaku, suasana desa yang cukup tenang langsung terasa, ditambah lagi rumah mertuaku yang begitu besar, hanya dihuni oleh Bapak dan Ibu mertuaku saja. kelima anak bapak dan Ibu mertuaku semuanya perempuan, dan sudah pada menikah semua! kecuali Adik iparku yang paling bungsu saja yang belum menikah! dan saat ini sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negri di kota Bandung. "Bapak mana Bu? Tanya Indri istriku".<br />"Bapakmu lagi kerumah temannya, Biasalah paling-paling ngomongin proyek!", Jawab Ibu mertuaku.<br />Ibu mertuaku seorang wanita yang berumur kurang lebih 48 tahun, kulitnya putih bersih. Bapak dan Ibu mertuaku menikah disaat usia mereka masih remaja, namun begitu, Ibu mertuaku masih tetap terlihat cantik walaupun usianya hampir memasuki kepala lima. Istriku sendiri anak kedua dari 5 bersaudara. Setelah mandi dan beristirahat kamipun makan pagi bersama. Kami bercerita kesana kemari sambil melepas lelah dan rasa rindu kami, tanpa terasa haripun sudah menjelang sore . Selepas mahgrib bapak mertuaku kembali dari rumah bupati, kami pun kembali bertukar cerita, semakin malam semakin sepi padahal baru jam 8 malam. Maklumlah didesa!<br />"Ini minum wedang buatan Ibu! Biar kalian segar saat bangun pagi harinya". Aku, istriku dan bapak mertuaku pun langsung memimum wedang buatan Ibu mertuaku. "Enak sekali Bu! apa ini Tanya Indri istriku ". "Itu wedang ramuan Ibu sendiri! Gimana, seger kan?".<br />Kamipun melanjutkan obrolan kami kembali, kurang lebih setengah jam kami ngobrol, rasanya mata ini kok berat sekali. Istiku pamit menyusul anak kami yang sudah duluan tertidur. Aku mencoba bertahan dari rasa ngatuk! dan melanjutkan cerita kami, namun apa daya! rasa ngantuk ini sudah terlalu berat. Akupun pamit tidur pada bapak dan Ibu mertuaku. Sambil menguap aku berjalan menuju kamar tidur kami yang cukup besar, kulihat istri dan anakku sudah tertidur dengan nyenyaknya. Tumben dia nggak nungguin aku? Akupun langsung merebahkan diri karena rasa ngantuk yang begitu berat. Tak lama aku pun langsung tertidur.<br />Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku merasakan seperti ada yang menciumku, membelaiku, aku mencoba untuk membuka mataku, namun aku tetap tidak sanggup untuk membuka mataku ini. Rasanya seperti ada yang mengganjal dimataku, yang membuat aku terus tertidur. Aku juga merasakan nikmat saat berejakulasi. Dan Aku berangapan bahwa semua ini hanya mimpi basah saja. Ketika pagi harinya aku terbangun, kulihat istri dan anakku masih lelap tertidur, aku ke kamar mandi untuk kencing! begitu aku melihat kemaluanku, ada bekas sperma kering? Kupegang kemaluanku dan jembutku kok lengket? ketika kucium, aku mengenal betul bau yang begitu kas, bau dari lendir kemaluan perempuan. Aku berpikir kok mimpi basah ada bau lendir perempuannya?, apa semalam aku diperkosa setan? Saat kami semua sarapan pagi, aku hendak menceritakan peristiwa yang kualami semalam, tapi aku malu, takut ditertawakan, jadi aku diamkan saja peristiwa semalam. Hari kedua disana, aku, istri dan anakku tamasya ke daerah wisata, kami pulang sudah malam. Seperti hari kemarin, setelah ngobrol-ngobrol dan istirahat Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya, aku dan istrikupun langsung meminumnya. Herannya kurang lebih 30 menit setelah aku menghabiskan wedang buatan Ibu mertuaku, rasa ngantuk kembali menyerang aku dan istriku.<br />Karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa ngantuk yang begitu sangat, kami berdua pamit hendak tidur, untungnya anak kami sudah tertidur dalam perjalanan pulang. "Mas aku ngantuk! selamat tidur ya Mas!". Langsung istriku merebahkan badan dan tertidur dengan pulasnya. Akupun ikut tertidur. Apa yang kemarin malam terjadi, malam ini terulang kembali. Pagi harinya setelah aku melihat bekas sperma dan bekas lendir perempuan yang sudah mengering dan membuat kusut jembutku, aku bertanya tanya dalam hatiku?, apa yang sebenarnya terjadi? Hari ketiga, aku tidak ikut pergi jalan jalan!, hanya istri anak serta Ibu mertuaku saja yang pelesir ke tempat sanak pamily keluarga istriku. Aku hanya rebahan ditempat tidur sambil melamun dan mengingat kejadian yang kualami selama 2 malam ini. Apa ada mahluk halus yang memperkosaku disaat aku tidur? Kenapa setiap habis meminum wedang, aku jadi ngantuk? apa karena suasana desa yang sepi? Padahal aku biasanya kuat begadang, atau karena wedang? Nanti malam aku coba untuk tidak meminum wedang buatan Ibu, batinku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku, karena lelah akhirnya akupun tertidur. Saat malam menjelang, kami sekeluarga berkumpul dan berbincang bincang. Seperti hari kemarin-kemarin pula, Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya. Istri dan bapak mertuakupun sudah menghabiskan minumannya, sementara aku belum meminumnya. "Kok nggak diminum Mas wedangnya", tanya Ibu mertuaku?<br />Aku memang mencoba untuk tidak meminum wedang tersebut, walaupun badan segar saat bangun tidur! namun aku berniat untuk tetap tidak memimumnya. Karena aku penasaran dengan apa sudah aku alami beberapa hari ini. Saat aku hendak meminumnya aku berpura pura sakit perut, sambil membawa wedang yang seolah olah sedang kuminum aku berjalan kearah dapaur menuju toilet. Padahal sesampainya dikamar mandi, aku langsung membuang wedang tersebut. Aku berkumpul kembali ke ruang keluarga, kurang lebih tiga puluh menit! kulihat istiku dan bapak mertuaku sudah mengantuk dan berniat untuk tidur. Namun hal itu tidak terjadi denganku, apa karena aku tidak meminum wedang tersebut? Aku masih segar dan belum mengantuk. Aku pun berpura-pura seperti orang mengantuk, kami berdua pamit dan masuk kekamar, istrikupun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur yang cukup nyaman dimata.<br />"Mas aku ngantuk sekali! Kamu nggak kepengen kan? Besok aja ya Mas! aku ngantuk sekali Mas" Kukecup kening istriku dan dia pun langsung tertidur. Aku masih melamun, kenapa hari ini aku tidak mengantuk seperti biasanya? Apa karena aku tidak meminum wedang buatan Ibu? Hampir setengah jam setelah istriku terlelap, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kearah kamarku! Langsung aku pura-pura tertidur. Kulihat ada yang membuka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku ternyata Ibu mertuaku! Mau apa beliau? Aku terus pura-pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang jadi ketika aku sedikit membuka kelopak mataku tidak terlihat oleh Ibu mertuaku. Deg.. jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku, langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan .....apa yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali. Blass lepas sudah celanaku! Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura-pura terdidur dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku. Aku menahan napas saat Ibu mertuaku mulai menjilati dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesih, aku mencoba terus bertahan agar tidak mendesis dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga, aku bangun, langsung menerkam, mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku. Kutahan semua gejolak birahiku, dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus memperhatikannya, dan bless.. mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi. Aku sangat berdebar, dag.. dig.. dug suara jantungku saat menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur, langsung mengangkangiku tepat diatas burungku, makin tak karuan detak jantungku. Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesek-gesekan ke memek Ibu mertuaku. Aku sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku! Sambil berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku! perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke sarangnya.<br />"Ahh.. ahh nikmat", jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas masuk tertelan memek Ibu mertuaku. Sambil terus berpura-pura tertidur aku menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak. "Ahh.. Ibu mertuaku menjerit tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang beliau rasakan. Ibu mertuaku terus menjerit, mendesah, tanpa takut aku, istri dan anakku atau bapak mertuaku terbangun. Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun. Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh Ibu mertuaku mengejang.<br />"Ahh nikkmatt", jerit panjang Ibu mertuaku. Rupanya Ibu mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya. Ibu mertuaku langung rebah menindih tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku. "Jadi selama ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!".<br />Ibu mertuaku bangkit karena kaget "Mass ka.. mu ndak ti.. dur? kamu nggak meminum wedang yang Ibu bikin?".<br />"Tidak Bu! aku tidak meminumnya", Ibu mertuaku salah tingkah dan serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa. Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, "Mass..", Ibu mertuaku menangis sambil duduk dan memeluk kakiku.<br />"Ammpuni Ibu, Mass". Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu mertuaku tadi. "Bu aku belum tuntas!", aku angkat mertuaku, aku peluk, kucium bibirnya. "Sudah Bu, jangan menangis!, aku juga menikmatinya kok Bu!". Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya. "Ahh Mas.. nikmat.. Mas..", saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur.. "Ah.. Mas nikmat..", kutelusuri seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut. "Ahh Mass", jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit gigit kecil. Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan menari-nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya. "Ahh.. Mass Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh", jerit ibu mertuaku. Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas. "Enak Bu?"<br />"Enak sekali Mas". Kucium kembali mertuaku. "Bu.. apa Indri nanti nggak bangun?" "Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling ampuh!" "Tidak berbahaya Bu?" "Tidak Mas" Kugeluti kembali mertuaku.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku. "Oohh Mass masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas". Dengan gaya konvensional langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk sudah. "Oh.. Mas nikmat sekali..".<br />"Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat sekali.., goyang terus Bu..". Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi. Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami.<br />"Ohh Mas.. Ibu mau keluar lagi..". Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment. "Tahan Buu!, sedikit lagi akuu juga keluarr..", sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku.<br />"Akk Mass, Ibu sudah nggak kuatt". Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku! "Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..", akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku.<br />"Bu!, jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?" "Iya Mas, maafin Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas pento sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak sudah lama terserang impotensi". "Kenapa harus seperti pencuri Bu?". "Ibu takut ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel". "Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan seperti ini?". Sambil melotot Ibu mertuaku berkata, "Tidak Mas! Mas pento adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi". Kucium kembali mertuaku, kupeluk.<br />"Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau". Kamipun bersetubuh kembali, tanpa mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk nikmatnya persetubuhan kami. Saat ayam berkokok dan jam menunjukan pukul 3:30 kami menyudahi pertarungan yang begitu nikmat, lalu Ibu mertuaku dengan santai berjalan keluar dari kamar kami sambil berkata, "Mas Pento terima kasih!".<br />Pagi Harinya, saat aku terbangun waktu sudah menunjukan pukul 10:15, kulihat disampingku, istri dan anakku sudah tidak ada lagi. Ahh.., akupun termenung mengingat kejadian semalam, aku masih tidak menyangka. Ibu mertuaku, orang yang sangat aku hormati, dan sangat aku kagumi kecantikannya, dengan suka rela menyerahkan tubuhnya kepadaku. Malah ibu mertuaku juga yang memulai awal perselingkuhan kami. ..."Selamat pagi Ma", sapaku saat kulihat di dapur istriku sedang membuatkan kopi untukku, "Kok sepi pada kemana mah?" "Kamu sih bangunnya kesiangan, Bapak pergi ke mojokerto, Ibu pergi ke pasar sama Piko". Kupandangi wajah istriku, tiba-tiba saja terlintas bayangan wajah Ibu mertuaku, akupun jadi terangsang, karena peristiwa semalam masih membekas dalam ingatanku.<br />"Ihh.. apa-apaan sih Mas.. jangan disini dong Mas..", protes istriku saat kutarik lengannya, langsung kupeluk dan kulumat bibirnya..<br />"Mas.. malu.. ahh, nanti kalau Ibu datang bagaimana?" Aku yang sudah benar benar terbakar birahi, sudah tidak perduli lagi akan protes istriku, kuremas teteknya, ku lumat bibirnya, yang aku bayangkan saat itu adalah Ibu mertuaku. Kubalik tubuh istriku, dalam posisi agak membungkuk, kusingkap ke atas dasternya kuturunkan celana dalamnya dan, "Uhh Mas pelan pelan dong."<br />Aku tak perduli, kuturunkan celanaku sebatas lutut, langsung kuarahkan burungku yang sudah tegak berdiri kelobang memek istriku.<br />"Mass.. pelan pelan.. dong.. sakit.. Mas." Semakin istriku berteriak, gairahkupun semakin meninggi, aku terus memaksa memasukan kontolku ke lubang memek istriku, yang belum basah benar. "Ahh..", jeritku, saat burungku amblas tertelan memek istriku.<br />Entahlah, saat itu aku merasakan gairahku begitu tinggi, langsung ku kugoyang maju mundur pantatku. "Ahh nikmat Ndri..", kugoyang dengan keras keluar masuk kontolku. "Mas.. enak mass." Terus kugoyang maju mundur, mungkin karena terlalu bernafsu, baru beberapa menit saja, rasanya ejakulasiku sudah semakin dekat, denyutan di kontolku semakin membuat aku mempercepat kocokan kontolku di lubang memek istriku. "Ndri .. aku mau keluarr nihh." "Tahann mass, jangan dulu.., tahan sayang", pinta istriku.<br />Namun, semua permintaan istriku itu sia-sia, aku sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku, sedetik kemudian aahh, seluruh syaraf tubuhku menegang dan cret.. cret.. crett.. uhh.. aku menjerit tertahan sambil dengan erat kupeluk tubuh istriku dari belakang. Kulihat, raut wajah kekecewaan diwajah Indri istriku, "Maaf.. ya.. sayang. aku sudah ngak tahan, aku terlalu bernafsu, habis kamu sexy sekali hari ini", rayuku. "Ndak apa-apa Mass..", kukecup keningnya. "Kamu aneh deh Mas?, ngak biasanya kamu kasar kayak tadi?", tanya istriku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kasihan istriku. padahal saat bersetubuh dengannya, aku membayangkan, yang sedang kusetubuhi adalah ibu mertuaku. Saat siang menjelang, setalah makan siang, istriku dijemput oleh teman-teman genknya waktu di SMA dulu, rupanya istriku sudah janjian untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya dulu, kebetulan salah satu sahabat karib istriku yang sekarang ini tinggal dilampung, saat ini sedang pulang kampung juga. "Pada mau kemana nih?" Tanyaku<br />"Mumpung kita lagi pada kumpul nih Mas, kita mau jalan- jalan aja Mas. Ya.. Paling-paling ke kota Surabaya makan Soto Ayam", Jawab mereka. Setelah berbasa basi, mereka pamit padaku dan ibu mertuaku. "Da.. da piko jagain mamah ya..", kukecup anakku.<br />"Bu aku pergi dulu ya", pamit istriku. "Mas aku jalan jalan dulu yahh, bye Mas" Saat aku masuk kedalam rumah aku lihat Ibu mertuaku sedang mengunci pintu gerbang. "Kok digembok bu? "Biar aman", katanya, sambil berjalan dan masuk ledalam rumah, dan klik.. Pintu rumah pun di kunci oleh Ibu mertuaku. Aku dan Ibu Mertuaku saling berpandangan, seperti sepasang kekasih yang lama sekali tidak berjumpa dan saling merindukan, entah siapa yang memulai aku dan Ibu mertuaku sudah saling berpelukan dengan mesranya, Kukecup keningnya, dan kuremas remas bongkahan pantatnya. "Mas Pento, Saat-saat seperti inilah yang paling ibu tunggu-tunggu"<br />kupandangi wajah ibu mertuaku, sunguh cantik sekali, kucecup kening mertuaku, kulumat bibirnya, kami berciuman dengan buasnya, saling sedot, saling hisap, kuangkat dan kulepas daster yang dipakai ibu mertuaku. Terbuka sudah, ternyata ibu mertuaku sudah tidak memakai Bh dan celana dalam lagi, kuhisap teteknya, kujilati inhci demi inchi seluruh tubuh Ibu mertuaku. "Ahh Mass, terus Mas.. sshh enak sayang.."<br />Kuajak Ibu mertuaku pindah ke sofa. "Kamu duduk Mas..", dilepasnya kaos dan celanaku, aku dan ibu mertuaku sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh kami berdua. "Ahh.. nikmat bu.., ohh hisap terus bu, hisap kontolku bu.. ahh"<br />Nikmat sekali kuluman ibu mertuaku, kami berdua sudah lupa diri, saling merangsang saling meremas. "Ohh.. bu.., akupun bangkit untuk merubah posisi, kurebahkan ibu mertuaku dilantai, kakinya mengangkang, kupandangi memeknya, yang telah melahirkan istriku, kuhisap, kukecup dengan lembut memek ibu mertuaku, kujilati dengan penuh perasaan, kuhisap semua cairan yang keluar dari lubang sorga Ibu mertuaku "Ohh.. Mas.. jangan siksa Ibu sayang.., Mass, Pentoo.., masukin sekarang Mas.., Ibu sudah mau keluar sayang"<br />Langsung kuarahkan batang kontolku kelubang surga ibu mertuaku. yang sudah pasrah dan siap untuk di sodok-sodok kontolku. Kugesek-gesek perlahan kontolku di itil Ibu mertuaku yang sudah mengeras dan.. belss.. uhh, rintih Ibu mertuaku saat kepala kontolku menerobos memasuki lubang nikmatnya. "Ohh.., Mas masukin semuanya sayang.. jangan siksa ibu.. sayang.."<br />Lalu kuhentak dengan kasar.. ahh.. jerit mertuaku saat seluruh batang kontolku amblas meluncur dengan indahnya terbenam dijepit memek Ibu mertuaku, yang rasanya membuat aku jadi ketagihan mengentoti ibu mertuaku. Kupeluk ibu mertuaku, kamipun saling melumat, kuangkat perlahan-lahan kontolku kuhujam kembali dengan keras. "Aahh..", jerit ibu mertuaku. "Mas.. Pento.. entotin Ibu Mass.. entotin Ibu.. Mas .. ohh mass. puasin Ibu.. sayang.., uhh ahh." Akupun semakin terangang dan bersemangat mendengar rintihan dan jeritan-jeritan jorok yang keluar dari mulut Ibu mertuaku. Kunaik turunkan pantatku dengan tempo yang cepat dan kasar. "Ahh.. ahh .. Ibu.., jeritku, aku mau keluar.. buu." "Iyaa.. sayang ibu juga mau keluarr." Kupercepat kocokan keluar masuk kontol ku, plak.. plak.. plak..<br />"Mass.. ayo Mass.. keluar.. bareng.. sayang. Ahh.." Tubuh ibu mertuaku pun mengejang, kakinya menjepit pinggangku. "Mass ahh ahh"<br />"Ibuu, arrgg", jerit kami bersamaan saat nikmat itu datang seperti ombak yang bergulung gulung. "Cret.. crett.. crett..", kusirami rahim ibu mertuaku dengan spermaku. Aku dan Ibu mertuaku terus berpelukan menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang begitu dahsyat yang kami raih secara bersamaan, "Bu.." kulihat ibu mertuaku masih memejamkan matanya, dengan nafas terengah-engah. "Iya Mas.."<br />"Rasanya aku jatuh cinta sama ibu..", kulihat ibu mertuaku tersenyum. manis sekali.. "Ibu maukan jadi kekasihku bu".<br />Ibu mertuakupun hanya tersenyum dan mengecup keningku dengan mesranya, sambil berkata, "Mas ini nikmat sekali..", dikecup kembali keningku. Hari itu sampai .....magrib menjelang kami berdua terus berbugil ria, aku dan ibu mertuaku seperti layaknya pengantin baru, yang terus menerus melakukan persetubuhan tanpa merasa bosan, tanpa lelah kami terus menumpahkan cairan nikmat kami, di dapur, dikamar tidur ibu mertuaku dan di kamar mandi. Yang paling dasyat, setelah aku dan ibu mertuaku, meminum jamu buatan ibu mertuaku. Badanku segar sekali, dan kontolku begitu keras dan kokoh.., kukocok kontolku dilubang surga Ibu mertuaku, sampai banjir memek Ibu mertuaku danIibu mertuaku memohon kepadaku agar aku memasukan kontolku di lubang anusnya. Nikamat sekali .. saat kutembakan spermaku didalam liang anus Ibu mertuaku. Saat istriku kembali selepas isya, kusambut istriku dan teman temannya, setelah ber bincang bincang sebentar teman teman istriku pamit pulang. Istrikupun masuk menuju kamar hendak menaruh anak kami yang sudah lelap tertidur ke pembaringan. "Mas aku taruh Piko di kamar dulu ya..", kulirik Ibu mertuaku dan kuhampiri beliau sambil berbisik. "Bu.., Indri adalah istri pertamaku, dan Ibu istri keduaku", ujarku. Ibu mertuaku pun tersenyum dengan manisnya, sambil mencubit pinggangku. Hari itu benar benar dahsyat. Dua lubang, lubang memek dan lubang anus Ibu mertuaku sudah aku rasakan. Pada hari keenam liburan kami di Lamongan, aku dan istriku terpaksa harus pulang ke Jakarta, karena dikantor istriku ada keperluan mendadak dan membutuhkan kehadiran Istriku. Mau tidak mau aku dan Istriku membatalkan semua acara liburan kami di Surabaya. Kulihat Ibu mertuaku tampak sedih dan murung, beliau bilang sama Bapak mertuaku kalau beliau masih kangen sama kami, dan kalau menunggu hari raya nanti, rasanya terlalu lama buat beliau. Padahal itu adalah alasan Ibu mertuaku, Ibu mertuaku masih belum mau berpisah denganku, kurayu istriku agar membujuk Bapak mertuaku, berkat bujukan istriku akhirnya Bapak mertuaku membolehkan ibu mertuaku ikut kami ke Jakarta. Ibu mertuaku sangat gembira sekali dan kulihat sekilas matanya melirik kearahku. Besoknya Aku memesan tiket kereta Api, karena hari itu hari kerja, maka Akupun dengan mudah memperoleh tiket, Aku membeli empat tiket dan sedikit oleh-oleh untuk teman teman kami. Sesampainya aku dirumah, kami pun langsung berkemas kemas merapikan barang bawaan kami., Jam sudah menunjukan pukul 6:30 sore. Saat aku hendak menuju kekamar mandi aku berpapasan dengan Ibu mertuaku yang hari itu tampak cantik sekali, kubisikan kepadanya, agar Ibu mertuaku tidak usah memakai celana dalam, ibu mertuakupun tersenyum penuh arti. Dengan diantar Pakde Man dan Bapak mertuaku Jam 8:30 malam kami tiba di stasiun Balapan, setelah menunggu sekitar kurang lebih setengah jam keretapun berangkat. Kuputar bangku tempat duduk kami, biar kami bisA saling berhadapan. Istriku duduk bersama anakku yang sudah teridur dipangkuan istriku sementara aku duduk bersama ibumertuaku. Setelah lewat stasiun yogyakarta, kulihat bangku disamping tempat duduk lami kosong. Berarti sudah tidak ada penumpang.., akupun pindah tempat duduk di sebelah kami, ternyata penumpang kereta hari ini tidak begitu penuh. Dinginnya AC di kereta membuat banyak penumpang yang menarik selimut dan tertidur dengan lelapnya. Kulihat istri dan ibu mertuaku pun sudah tertidur. Jam 2 pagi aku terbangun kulihat istri dan anakku masih tertidur, aku bangkit dengan perlahan lahan kucolek Ibu mertuaku, beliau membuka matanya, sstt, akupun memberi kode kepada Ibu mertuaku. perlahan lahan Ibu mertuaku bangkit, kulihat istri dan anakku masih tertidur. "Bu.. aku kepengen.. bisikku..", Ibu mertuakupun tersenyum, kami berjalan ke arah belakang melewati penumpang lain yang masih lelap tertidur.<br />Sesampainya kami di gerbong belakang, tepat dibelakang gerbong kami, ternyata hanya ada beberapa penumpang yang sedang terlelap dan masih banyak kursi yang kosong. Setelah mendapat tempat duduk yang kurasa aman kuputar bangku didepan biar aman dan lega bagian tengahnya. Langsung kupeluk Ibu mertuaku, kamipun saling berpagutan, kuremas tetek Ibu mertuaku, dengan perasaan yang sangat berdebar, kubuka celanaku sampai sebatas lutut, kontolku sudah tegak dengan sempurna, kuangkat rok panjang Ibu mertuaku.. woww ternyata Ibu mertuaku sudah tidak memakai celana dalam lagi. "Kamu yang suruh.. katanya", sambil memencet hidungku.<br />Aku duduk di lantai kereta, badanku bersandarkan tempat duduk, Ibu mertuakupun bangkit mengangkangiku, perlahan-lahan di arahkan memeknya ke burungku yang sudah tidak sabar menerima sarangnya. Diturunkan perlahan lahan dan bless.. amblas semua kontolku masuk kedalam tertelan lobang nikmat Ibu mertuaku yag sudah sangat basah sekali.<br />"Ahh rintih kami bersamaan.." Goncangan kereta api dan goyangan naik turun pantat Ibu mertuaku menambah nikmatnya persetubuhan kami. Dengan cepat Ibu mertuaku menaik turunkan pantatnya, kami berdua bersetubuh dengan rintihan perlahan. takut kalau-kalau ada penumpang yang terbangun dan melihat perbuatan kami. Hanya beberapa menit saja.., "Aahh, hh.. Ibuu aku.. aku.. mau keluarr..".<br />"Cret.. cret.. crett.." Kuangkat badanku dan kupeluk dengan erat tubuh Ibu mertuaku, tanpa sadar Ibu mertuakupun mengigit pundakku saat ejakulasi dan orgasme bersamaan hadir melanda dua insan manusia yang sedang lupa diri dan dilanda asmara.<br />"Deg-deg-deg-deg", suara jantungku, untungnya tidak ada seorangpun yang lewat.. modar mandir.<br />Buru buru Aku dan Ibu mertuaku merapikan pakaian kami dan bergegas kembali kegerbong kami, kulihat anak dan istriku masih lelap tertidur, Aku dan Ibu mertuaku kembali keposisi kami masing-masing dan tertidur dengan senyum penuh kepuasan.<br /><br />Janda Muda<br /><br />Saya Firman Rusadi 23 tahun dan saat ini saya kuliah dan bekerja. Cerita ini bermula pada saat saya jalan-jalan dengan teman-teman saya di suatu kawasan di Jakarta yang memang sudah cukup terkenal di kalangan anak muda.<br />Saat saya sedang melintas di jalan Sudirman saya melihat seorang wanita dan saya menghentikan kendaraan saya lalu kami pun berkenalan. Wanita tersebut bernama Nia dan dia masih berumur 19 tahun dengan tinggi kurang lebih sekitar 175 dan dengan ukuran bra sekitar 36 C akhirnya saya menawarkan dia untuk mengantar pulang dan dia pun setuju, maka akhirnya kami jalan pulang tanpa ada apa-apa. Kesokan harinya pada pukul 10.00 Nia menghubungi saya via HP saya “Hallo, Firman Rusadi ya?” “Siapa nih?”, tanya saya<br />“Nia, masa lupa yang semalam kenalan..” “Oh, iya.. lagi dimana nih.” “Lagi di Blok M, kamu ada acara nggak hari ini?”<br />“Ehmm, nggak ada tuh kenapa?”, jawab saya “Bisa jemput?” “Ya udah dimana?” “Di McDonald Blok M aja ya jam 11.00″ “Ok”<br />Singkat cerita langsung saya meluncur ke arah Blok M Sesampainya disana kami ngobrol sejenak lalu kami memutuskan untuk pergi.<br />“Mau kemana nih?” tanya saya “Terserah kamu aja..” “Main kerumahku sebentar yuk mau nggak?” “Ok”, jawabnya dengan santai.<br />“Ga takut?”, tanya saya “Takut apa?” “Kalo diperkosa gimana?” Tapi dia dengan santainya menjawab, “Ga usah diperkosa juga mau kok.. he.. he..” sambil melirik kearahku dan mencubit manja pinggangku. Kemudian saya bertanya, “Bener nih?”<br />Dia menjawab, “Siapa takut?” Lalu segera kita meluncur ke arah rumahku di bilangan Tebet yang memang sehari-harinya selalu kosong. Begitu sampai saya lalu mempersilahkan Nia untuk masuk lalu kami duduk bersebelahan dan saya menggoda dia.<br />“Bener nih nggak takut diperkosa?” Dia malah menjawab, “Mau perkosa aku sekarang?” ujarnya sambil membusungkan dadanya yang montok itu. Aku tidak tahu siapa yang memulai tiba-tiba bibir kami sudah saling bertemu dan saling melumat, dan memainkan lidah nya di mulutku. Tangan kirinya melepas bajuku dan aku tak mau ketinggalan, saya ikut membuka kaos ketatnya itu dan melepas BH nya.<br />Ciumanku menjalar menyusuri leher dan belakang kupingnya. “Ahh.. esst.. terus yang..”, Nia udah mulai meracau tidak jelas saat lidah saya turun ke dadanya diantara kedua bukitnya. Lidah saya terus menjalar di buah dadanya namun tidak sampai pada pentilnya.<br />Nia mendesah-desah, “Man isep Man ayo Man gue pingin elo isep Man..” Namun aku tidak memperdulikannya dan masih bermain di sekitar pentilnya dan turun ke perut sambil perlaha-lahan tanganku membuka celananya dan masih tersisa celana dalamnya.<br />Akhirnya kepalaku ditarik Nia dan ditempelkannya teteknya ke mulutku. “Ayo Man isep Man jangan siksa gue Man..”<br />Akhirnya mulutku menghisap tetek sebelah kirinya sedangkan tangan kanan ku meremas-remas tetek sebelah kanannya.<br />“Ohh.. aah.. esst.. enak Man terus sedot yang keras Man gigit Man ohh..”, racaunya.<br />Sambil kusedot teteknya bergantian kiri dan kanan tanganku bergerilya di bagian pangkal pahanya sambil menggosok- gosok klitorsnya dari bagian luar celana dalamnya. Nia pun tidak sabar, akhirnya dia membuka celanaku termasuk celana dalamku sehingga mencuatlah ‘adekku’ yang sudah berdiri tegak itu dan Nia terpana. “Gila gede banget Man punya elo..”<br />Dan tanpa dikomando langsung Nia memasukan kontolku ke dalam mulutnya yang mungil, terasa penuh sekali mulut itu, Nia menjilat-jilat ujung kemaluanku terus turun ke bawah sampai selurh batangnya terjilat olehnya. “Ah.. enak Ni terus Ni” aku pun menahan nikmat yang luar biasa. Akhirnya aku berinisiatif dan memutar tubuhku sehingga posisi kami menjadi 69. Sesaat aku menjilati bagian bibir vaginanya Nia mendesah. “Ah.. enak Man esst.. terus Man..” Akhirnya Nia menggelinjang hebat ketika lidahku menyentuh bagian klitorisnya.<br />“Ahh.. Man aku sampai Man..” sambil mulutnya terus mengelum penisku sedotan Niapun semakin cepat dan kuat pada penisku maka aku merasakkan denyut-denyut pada penisku. “Ni, gue juga mau sampai Ni ahh..”<br />“Barengan ya..” Mendengar itu Nia makin bernafsu menyedot-nyedot dan menjilati penisku dan akhirnya..<br />“Acchh.. ach..”, crot.. crot.. crott.., 8 kali penisku menyemprotkan sperma dalam mulut Nia dan dia menelan semuanya sehingga kamipun keluar secara bersamaan. Akhirnya Niapun menggelimpang disampingku setelah menjilati seluruh penisku hingga bersih.<br />“Makasih ya Man aku dah lama nggak orgasme sejak suami gue kabur..”, kata Nia “Emang suami kamu kemana?”<br />“Ga tau tiba-tiba dia ngilang setelah gue ngelahirin anak gue” “Lho kamu dah punya anak?” “Udah umur setahun, Man”<br />Kemudian Nia memeluk saya dengan eratnya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke arah saya, lalu saya cium bibirnya lembut dia pun membalasnya tapi lama-kelamaan ciuman itu berubah menjadi ciuman penuh nafsu. Kemudian Nia memgang kemaluan saya yang masih terbuka dan meremas-remasnya sehingga secara otomatis ‘adikku’ langsung berdiri dan mengeras.<br />Kemudian Nia menaiki tubuh saya lalu menjilati habis seluruh tubuh saya mulai dari mulut hingga ujung kaki.<br />“Ach..” desahku sejalan dengan jilatan di tubuhku. Kemudian Nia mengulum penisku terlihat jelas dari atas bagaimana penisku keluar masuk mulutnya yang mungil itu. “Ah. sst.. enak Sayang terus sedot Sayang achh..” desahanku semakin mengeras.<br />Lalu kuputar tubuhku sehingga posisi 69 dengan Nia diatas tubuhku lalu aku menjilati vagina Nia dan kuisep klitoris Nia.<br />“Ahh.. enak Man terus Sayang, aku Sayang kamu achh..” desah Nia meninggi. Kemudian Nia memutar tubuhnya kembali dan dia memegang ‘adikku’ yang sudah siap tempur itu, dipaskannya ke liang vagina setelah pas perlahan-lahan diturunkannya pantat Nia. Sehingga perlahan-lahan masuklah penis saya ke liang senggama Nia “Auw.. sst.. ohh.. geede banget sih punya kamu yang” lirih Nia.<br />“Punya kamu juga sempit banget Yang, enak.. ah..” kataku. Perlahan-lahan aku tekan terus penisku ke dalam vaginanya yang sempit itu. Akhirnya setelah amblas semuanya Nia mulai mengerakan pinggulnya naik turun sehingga membuat penis saya seperti disedot-sedot.<br />Nia berada diatasku sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia mengerang. “Ahh.. Sayang aku keluar Yang, ahh..” racaunya.<br />Setelah itu tubuh dia melemas dan memeluk aku namun karena aku sendiri juga mengejar puncak ku maka langsung kubalik tubuhnya tanpa melepas penisku yang ada di dalam vaginanya. Setelah aku berada diatasnya maka langsung kugenjot Nia dari atas terus menerus hampir kurang lebih 20 menit hingga akhirnya Nia mengalami orgasme yang ketiga kali dalam waktu yang singkat ini.<br />“Ahh.. Sayang aku keluar lagi Sayang ahh..” Desah Nia. “Kamu lama banget sih Sayang” desah Nia sambil terus menggoyangkan pinggulnya memutar. “Ahh terus Sayang sstt enak Sayang terus..” racaunya. “Iya aku juga enak Sayang terus Sayang ahh.. enak Sayang mentok banget ah..” racauku tak kalah hebatnya. Akhirnya setelah aku menggenjot Nia selama kurang lebih 40 menit aku merasakan seperti ada yang mendesak ingin keluar dari bagian penisku. “Sayang, aku mau keluar Sayang” “Mau di dalam atau diluar Sayang?” kataku. “Bentar Sayang aku juga mau keluar lagi nih ahh..” desah Nia. “Di dalem aja Sayang biar aku tambah puas” desah Nia lagi.<br />“Ahh.. sst.. Sayang aku keluar Sayang ahh..” racauku “Barengan Sayang aku juga sampai ah.. ahh.. oh..” desah Nia.<br />“Ahh.. Sayang aku keluar Sayang ahh.. sst.. ohh..” desahku. “Aahh” menyemprotlah spermaku sebanyak 9 kali.<br />“Emmhh..” saat itu juga si Nia mengalami orgasme. “Makasih ya Sayang” kata Nia sambil mencium bibirku mesra.<br />Setelah itu kami langsung membersihkan diri di kamar mandi dan didalam kamar mandi pun kami sempat ‘main’ lagi ketika kami saling membersihkan punya pasangan kami masing-masing tiba-tiba Nia jongkok dan mengulum punyaku kembali dan au dalam posisi berdidi mencoba menahan nikmatnya. Namun aku tidak tahan menahan gejolak yang ada maka aku duduk di ws dan Nia duduk di atasku dengan posisi menghadapku dan dia memasukkan kembali penisnya kedalam vaginanya. “Bless.. ahh.. sst.. enak Sayang ahh..” racaunya mulai menikmati permainan. Namun setelah 15 menit aku merasa bosan dengan posisi seperti itu maka aku suruh memutar tubuhnya membelakangi aku dan aku angkat perlahan tanpa melepas penisku dan aku suruh Nia menungging dengan berpegangan pada tepian bak mandi dan ketika dia menungging langsung aku genjot maju mundur sambil meremas-remas buah dadanya yang mengayun-ayun.<br />“Ah.. Man aku mau keluar Man..” desahnya. “Man aah..”, terasa cairan orgasme Nia kembali membasahi penisku.<br />Karena kondisi Nia yan lemas maka aku memutuskan untuk melepaskan penisku dan Nia melanjutkannya dengan mengulum penisku hingga akhirnya.. “Ni aku mau keluar Sayang.. ah..”, Sambil kutekan dalam-dalam kepalanya ke arah penisku sehingga terlihat penisku amblas semua ke mulutnya yang mungil itu. Dan ketika Nia menyedot penisku maka.. “Ah.. Ni..” akhirnya aku semprotkan seluruh spermaku ke mulut Nia dan aku lihat Nia menelan semua spermaku tanpa ada yang tumpah dari mulutnya bahkan dia membersihkan penisku dengan menjilati sisa-sisa seluruh sperma yang ada. Setelah itu kami saling membersihkan tubuh kami masing-masing dan kami kembali ke kamar dengan tubuh yang sama-sama telanjang bulat dan kami tiduran sambil berpelukan tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami dan kami saling mencium dan meraba serta ngobrol-ngobrol sejenak.<br />Tanpa terasa kami sudah berada di rumahku hampir selama 4 jam. Maka akhirnya kami mengenakan baju kami masing-masing dan setelah itu aku mengantarkan Nia pulang ke kostannya di daerah Blok M dan berjanji untuk saling menghubungi. Hingga saat ini diturunkan kami masih sering melakukan hubungan intim.<br /><br /><br /><br /><br />Anakku Iparku<br /><br />Apakah dengan menceritakan aib ini dapat meringankan beban yang selama ini kuemban? entahlah, mungkin di antara pembaca ada yang pernah mengalami kisah yang pernah aku jalani. Aku hanya ingin berbagi bahwa anda tidak sendirian atau satu-satunya yang memperoleh pengalaman itu, atau justeru aku lah yang sendirian?<br />This is The Story. Saat itu aku, seorang wanita berumur 24 tahun, baru saja melepas masa lajangku dalam mahligai pernikahan bersama seorang pria pujaan hatiku dan amat kucintai. Mas Hadi namanya, seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta . Kebahagiaan selalu menghias hari-hari kami meskipun kami masih menumpang di rumah ayah Mas hadi, seorang duda mantan lurah berumur 65 tahun dan sepasang kakinya telah lumpuh karena penyakit darah tinggi. Selama ini mas Hadi lah yang merawat ayah mertuaku karena anak-anaknya yang lain hidup di perantauan. Mulai dari memandikan, mengantar berobat dan lain-lain. Ayah mertua menolak dirawat pembantu yang sempat di bawa mas Hadi dengan alasan lebih comfort jika dirawat anak sendiri. Untungnya mas Hadi adalah tipe anak berbakti dimana hal itu pula yang semakin menambahkan kekagumanku padanya. Sayangnya kebahagiaan kami terasa belum lengkap karena kami belum dikaruniai anak.<br />Sudah hampir 2 tahun kami berupaya dengan berbagai macam cara untuk dapat menghasilkan keturunan. Mulai dari mengikuti saran tetangga, minum ramuan tradisional, orang pintar, dukun, sampai pengobatan medis modern. Namun sejauh ini belum mendapatkan kemajuan berarti, sampai suatu ketika dokter langgananku memanggilku khusus aku sendiri yang harus datang. Bagaikan di sambar petir dan dadaku di timpa gunung ketika pak dokter menyampaikan bahwa suamiku tercinta divonis tidak akan mampu menghasilkan keturunan alias mandul, dan mengharapkan aku sendiri yang harus menyampaikan kenyataan itu padanya. Hatiku miris dan bingung, tak mungkin hal itu kulakukan, aku begitu amat mencintai suamiku dan hal itu pasti akan sangat melukainya, bagaimana jika dia depresi, bagaimana jika ia meninggalkanku, segala macam kemungkinan buruk melintas dalam pikiranku.Namun selama berbulan-bulan berikutnya aku mampu menjaga sikapku di hadapan suami hingga tidak menimbulkan kecurigaan. Apakah aku harus berselingkuh?bagaimana jika rupa anakku nanti tidak sama dengan suamiku? Sampai suatu hari, ditengah keputus asaanku timbul ide gila yang menurutku saat itu adalah solusi terbaik.<br />Malam itu, usai kami berhubungan intim dan melihat suamiku terlelap, aku beranjak dari tempat tidur dan perlahan-lahan keluar dari kamar tidur menuju satu tempat : kamar ayah mertuaku. Perlahan pintu kamar ayah kubuka dan di temaram cahaya kulihat ayah mertua tengah tertidur pulas dengan suara mendengkur.Dengan mengendap aku mendekati ranjang ayah yang saat itu,seperti biasanya memakai oblong dan sarung. Perlahan tanganku menyingkap sarung ayah sampai kepangkal paha sehingga dengan jelas terlihat kemaluannya yang terkulai layu namun cukup besar. Dengan lembut tanganku mengusap-usapnya dan kini mulai bereaksi degna semakin memanjang, agak sedikit terkejut bathinku menyaksikan ternyata penis mertuaku lebih besar dari milik suamiku. Suara dengkuran mertuaku berhenti dan kini hanya tarikan nafas tenang yang terdengar meskipun aku yakin ia masih tertidur. Tanganku masih mengelus-elus batang kemaluannya tetapi belum menegang sempurna, hingga aku putuskan untuk menggunakan mulutku untuk merangsangnya seperti adegan film bf yang pernah kusaksikan. Kepalaku segera menunduk, kucium aroma khas kelelakian ayah mertuaku, lalu lidahku mulai menjilatinya hingga daging panjang itu berkilat-kilat tertimpa cahaya redup lampu kamar. Kemudian , hap...., separuh batang kontol itu tenggelam dalam kuluman mulutku sambil tanganku mengocok-ngocoknya lembut. Nafas mertuaku kini mendengus-dengus dan mulutnya menceracau, agaknya ia menggigau, pikirku. Aku terus mengulum,menghisap dan mengunyah lembut alat kejantanan mertuaku hingga kurasakan sudah amat keras tanda ereksi yang sempurna. Inilah saatnya, pikirku, namun tiba-tiba ayah mertuaku terbangun dan dengan suara parau berkata " Diah, apa yang kamu lakukan nak?aku ini ayah mertuamu bagaimana jika....!tanganku segera membekap mulut ayah mertuaku, dengan terisak aku berkata.."ayah,mas Hadi sudah divonis mandul, aku tidak ingin memberitahukannya, aku kasihan mas Hadi, dan aku mengharapkan bantuan ayah dalam hal ini..."kepalaku terkulai di dada ayah mertuaku namun satu tanganku masih menggenggam dan mengocok batang penis ayah mertua. "....ahhh, Diah...tapi...ssshh...sudahlah, lakukanlah...tapi untuk sekali dan terakhir...ayah juga sudah lama tak merasakan tubuh wanita sejak ibunya Hadi meninggal", ujar mertuaku sambil membelai rambutku lembut. "Terima kasih...ayah" kataku seraya beranjak naik ke atas tempat tidur ayah mertua lalu merangkak di atas tubuhnya. Dengan berlutut tepat di atas selangkangannya aku loloskan gauun tidurku di mana aku tidak menggunakan sesuatupun di baliknya. Mata ayah mertua membelalak kagum dan penuh hasrat melihat kemolekan tubuh telanjangku yang dibalut kulit kuning langsat itu, matanya terpaku pada sepasang payudara ranum milikku yang cukup besar. Manakala aku sedikit menunduk di atas dadanya untuk memudahkan penetrasi rudalnya kedalam vaginaku tangannya langsung menangkap buah dadaku dan meremas-remasnya dengan gemas sehingga aku merasa sedikit kesakitan,"...pelan..pelan dong yah, sakit", ujarku lirih. Sejujurnya aku sama sekali tidak begitu nafsu melihat tubuh mertuaku yang sudah banyak keriput dan sedikit timbunan lemak di sana sini, apalagi jika mengingat suamiku, maka kucoba membayangkan aku tengah bersetubuh dengan suamiku sendiri. Ayah mertua kebetulan juga sangat mirip dengan mas Hadi.<br />Penetrasi itu gagal berkali-kali, apakah karena kemaluan ayah yang terlalu besar atau karena aku yang belum terangsang sehingga memekku masih kering?!. Entahlah, karena kulakukan ini bukan untuk bersenang-senang tapi untuk membahagiakan mas Hadi dengan memberikan keturunan meski dengan cara yang salah.Kuludahi batang kontol ayah namun belum mampu juga menembus vaginaku. Kemudian ku lepas tangan ayah yang tengah merermas-remas payudaraku lalu aku merangkak ke depan kemudian berlutut tepat di atas wajah mertuaku, dengan perlahan kuturunkan selangkanganku sehingga menyentuh hidung dan mulut mertuaku.."ayah..jilat", pintaku pada ayah mertua. Dengan penuh nafsu lidah mertuaku mengusap-ngusap menjilati mount veneris, labia mayora dan minora serta clitorisku. Tangannya pun ikut membantu dengan menekan dan menggaruk-garuk pelan klentitku, sesekali ia hujamkan jarinya ke lubang senggamaku, sementara tangannya yang lain menekan-nekan mencoba menembus lubang anusku. Saat itu pula hasratku berdesir mengaliri setiap pembuluh darahku, tanpa terasa aku mulai mendesah-desah dan kurasakan vaginaku mulai membengkak dan memproduksi cairan pelicin yang dengan rakus dihisap-hisap oleh mertuaku. " Ayah,..cukup", ujarku dengan suara bergetar. Lalu beringsut mundur ke posisi semula. Ku genggam batang kemaluan ayahku untuk kuarahkan tepat di mulut liang senggamaku lalu perlahan tapi pasti tongkat daging keras itu tertelan dalam vaginaku,"sshhh...ayaahhh", aku mendesah merasakan rangsangan yang amat hebat di tengah-tengah antara dua pangkal pahaku.Pantatku segera mengayun ke atas-bawah, ke samping kanan-kiri. "Ohhhhss...Diah mantuku..hhhh", desah mertuaku yang tangannya dengan trampil meremas-remas payudaraku yang montok. Sesekali kudekatkan di wajahnya sehingga ia bisa menghisap putingnya dengan rakus, menyebabkanku menggerinyit menahan ....sakit karena ayah nyaris menggigitnya. "ayahhh...kalo mau keluar..... bilang ya? kataku sambil terus berkelojotan di atas tubuhnya.Dan semenit kemudian ayah memberikan isyarat bahwa ia akan orgasme,"diah..aku sudah tidak tahan..uuhhhg", erang mertua nyaris berteriak jika saja tak keburu kubekap mulutnya. Dengan segera tubuhku rebah di atas dadanya, kurangkul erat lalu dengan sekuat tenaga aku berguling membawa tubuh ayah mertuaku yang telah lumpuh itu sehingga kini posisi tubuhnya berada di atas tubuhku. Dengan segera kurangkul pantatnya dengan kedua kakiku, menariknya kebawah sehingga kurasakan ujung kontolnya menyentuh mulut rahimku dan sedetik kemudian tubuh mertuaku menegang seiring dengan semprotan-semprotan kuat cairan hangat dalam rahimku..crot...crot...crot...crot, banyak sekali sampai semenit semprotan sperma itu dengan deras keluar dari ujung penis mertuaku. Maklum hampir 10 tahun tidak pernah berhubungan sex dengan lawan jenis. Lama tubuhnya terkulai lemas di atas tubuhku yang basah kuyub oleh keringat. Dengan pelan kudorong tubuh mertua kesamping. Nafasnya masih ngos-ngosan dan matanya menerawang. Aku sendiri cukup lama berbaring telentang di sampingnya, kakiku kutumpangkan di atas sandaran ranjang, berharap spermanya tidak tumpah keluar dan berharap pembuahan segera terjadi. 1 jam kemudian aku bangkit di mana mertuaku sudah kembali mendengkur kelelahan namun dengan wajah bahagia. Sarungnya masih tersingkap dan kemaluanya masih berselemotan sperma. Kurapikan pakaianya dan segera kupakai kembali gaun tidurku, kukecup kening ayah mertuaku lalu berjalan meninggalkan kamarnya dengan salah satu tangan mendekap memekku takut kalau cairan sperma ayah mertuaku segera tumpah. Kemudian kembali aku menyelinap ke balik selimut di sisi suamiku yang masih terbawa mimpi.<br />Esoknya hari berjalan seperti biasa. Hanya ada sedikit perubahan pada sikap mertuaku yang tadinya cenderung murung kini agak lebih rileks. Walau terkadang tatapan matanya kepada suamiku menyiratkan suatu beban tapi its oke. Sebagai manusia normal hal itu ku anggap wajar, manusia mana sih yang tidak merasa berdosa karena menyelingkuhi menantunya kendati dalam masalah ini akulah yang memulai. Tetapi ayah memang memegang janji, bahwa peristiwa malam itu adalah pertama dan terakhir, meskipun matanya kadang memandang nakal kepadaku. Demikian pula halnya denganku yang hanya menginginkan timbulnya kehidupan di dalam rahimku. Namun aku harus menghadapi kenyataan pahit manakala harapanku tidak tercapai. 2 minggu kemudian aku mengalami haid. Aku sedemikian panik hingga nyaris depresi meskipun aku mampu menyembunyikannya di depan suamiku. Mertua ku pun tidak mengetahui hal ini. Sampai suatu ketika menjelang suamiku berangkat ke kantornya aku berkata, "mas, ayahmu kan berarti ayahku juga, bagaimana bila besok pagi aku saja yang mandikan ayah, mas sorenya, aku kasihan melihat mas pulang malam, bangun pagi-pagi mempersiapkan kerjaan harus dibebani pula ngurusi ayah"."Diah, itukan memang sudah kewajibanku sebagai anak, emangnya kamu gak risih dan malu?tanya suamiku. "Ngga mas, kan tadi sudah kubilang kalau..." sssst..!, desis suamiku memotong ucapanku,"oke kalau memang itu maumu nanti aku bilang sama ayah, kamu memang istri ideal, sayang suami dan sayang mertua, cup"katanya seraya mengecup pipiku lalu segera pamit.<br />Keesokan harinya ketika suamiku sudah berangkat, kudekati ayah yang sedang membaca koran di atas kursi rodanya di halaman belakang rumah." Ayah,...waktunya mandi", ujarku lirih seraya meletakan koran ayah dan mendorong kursi rodanya menuju kamar mandi yang cukup besar dan telah disiapkan kursi khusus untuk mandi ayah. Setibanya di sana aku segera memapah dan mendudukan ayah lalu melepaskan kaus oblong dan sarungnya sehingga kini telanjang. Dengan rikuh ia memandangiku, sementara aku mulai menyiraminya dan menyabuninya. Sengaja agak lama kusabuni kemaluannya sehingga lambat laun berdiri tegang, tiba-tiba ayah mertua memegang tanganku yang masih mengusap-usap alat kejantanannya,"ada apa nduk?", tanyanya lembut. "Ayah,...hampir dua minggu yang lalu aku mens,...dengan kata lain...benih ayah tidak berhasil membuatku hamil", jawabku dengan suara bergetar nyaris terisak. Lama ayah mertuaku tercenung sampai akhirnya ia berkata,"baiklah, mungkin perlu kesempatan kedua, tapi Diah,...setelah ini ayah tidak sanggup lagi, orangtua yang tinggal matinya seperti ayah ini mestinya tidak lagi berbuat dosa, kamu mengerti kan?" katanya lembut. Aku mengangguk. Lalu kembali melanjutkan memandikan ayah mertuaku dan setelah usai segera melap tubuhnya dengan handuk. Aku berjalan mendekati pintu kamar mandi dimana kapstok tergantung, lalu mulai melepaskan pakaianku satu per satu di hadapan mertuaku yang menatapku dengan tajamnya. Kerongkongannya naik turun seiring dengusan nafasnya yang terbakar nafsu. Kudekati tubuhnya lalu dengan berlutut kutundukan kepalaku di pangkuannya dan sekali lagi batang kontol mertuaku kembali berada dalam kekuasaan mulutku. Haru aroma sabun membuatku semakin bergairah untuk menjilat, mengulum dan menghisap-hisap penis tegang mertuaku sampai kuarasakan cairan asin mulai keluar dari ujungnya.Mertuaku dengan mengerang-erang menggerumusi rambutku dan meremas-remas payu daraku."Diahh.....cepat lakukan, oohhh", perintahnya sambil mengerang, aku berdiri,"tapi ayahh, aku belum basah", jawabku sambil mendekati tubuhnya sehingga ujung payudaraku menyentuh wajahnya.Mulutnya segera menelan puting buah dadaku lalu mengunyah-ngunyahnya dengan buas sehingga kembali aku meringis menahan sedikit rasa sakit dan geli.Tangannya menggaruk-garuk klitorisku sementara tangannya yang lain dari belakang pantatku menerobos lubang memekku dan menekan-nekan lubang duburku. Tubuhku bergetar tanda hawa nafsu telah bergejolak dalam setiap simpul urat syarafku kendati wajah suamiku lah yang selalu kubayangkan.Tiba-tiba tangan mertuaku melepaskan eksplorasinya dari area sekitar selangkanganku,selintas kulirik tangan itu menggapai potongan sabun yang ada di dekatnya, mengusap-usapnya hingga timbul busa, dan,"ahhhh...ayahhh", aku terkejut menahan sakit dan nikmat sekaligus manakala satu jari ayah mertua berhasil tertanam dalam lubang anusku sementara satu jari lainnya menghujam lubang kenikmatanku. Dengan segera ia memasuk-keluarkan jemarinya di dalam dua rongga tubuhku sekaligus, dan yang aku rasakan adalah kenikmatan luar biasa. Vaginaku segera menghasilkan cairan pelumas yang cukup banyak sehingga gerakan jari-jari mertuaku menimbulkan suara berkecipak.dan sepuluh detik kemudian ledakan-ledakan nikmat mendera lubang senggamaku.. "ayahhh...auh..auhhh.."teriakku seiring orgasme dahsyat di dalam organ kewanitaanku. Semburan cairan ejakulasiku membasahi pangkuan dan kaki mertua ku yang dengan giat tangannya terus beraktivitas menusuk, menggelitik,dan berputar-putar di lubang memek dan anusku sampai aku kembali mengerang, merintih dalam kerasukan birahi."ayo, Diah...tunggu apa lagi?", tanya mertuaku. Aku segera membelakangi mertua ku mencoba duduk di atas pangkuan...dan...jleb, batang kontol besar itu sukses tenggelam dalam cengkraman liang vaginaku, dan aku mulai bergerak maju mundur di mana mertuaku membantu dengan merangkul pinggangku menarik dan mendorong. Kali ini aku ingin menikmatinya usai kurasakan orgasme paling sensasional tadi.Keringat membasahi kening, punggung, dan dadaku. Mertuakupun kini berkeringat padahal baru saja dimandikan.Beberapa menit kemudian aku bangkit merubah ...posisi, kini dengan berhadapan kembali aku duduk di pangkuan ayah mertuaku yang kedua kakinya lumpuh, tapi tidak kaki tengahnya. Dengan segera payudaraku dilahap oleh mulut mertuaku setelah sebelumnya lidahnya menjilati leleran keringatku."Diaahhh,...ayah mau keluaarrrr...", erangnya denga parau."Ayo...ayaahhh, bentar lagi yahh, Diah..juga mau keluarrr,..ssshh, ayahhhh, keluarin sekarang,...aahhhhh", teriakanku seiring datangnya orgasmeku yang kedua bersamaan dengan muncratnya lahar sperma ayah di dalam vaginaku. Lama sensasi nikmat itu kami rasakan. Hingga akhirnya kulepaskan rangkulanku dari tubuh ayah. Kemudian aku rebah di atas lantai kamar mandi dengan kaki tertekuk sambil mengatur nafas.Ayah mertua mengawasiku dengan wajah puas. 2 jam kemudian aku bangkit berdiri, segera cairan sperma ayah mertua mengalir keluar dari mulut vaginaku, membanjiri paha dan terus ke betisku hingga menggenang di lantai, banyak sekali, pantas punya anak sampai 7.Aku segera membilasnya, lalu berjongkok, kencing, tepat di hadapan dan di bawah tatapan tajam ayah mertuaku yang sekilas kuperhatikan kontolnya kembali berdiri . Kami lalu mandi berdua dan kuantar ayah kekamarnya untuk beristirahat.<br />3 Minggu kemudian aku dinyatakan positif hamil. Dan suamiku menyambut kabar gembira ini dengan amat bahagia. Demikian juga ayah mertuaku yang sebenarnya punya andil besar atas kehamilanku.Sebagai ucapan terimakasihku pada ayah, sesekali aku puaskan dirinya secara sexual sampai usia kandunganku 5 bulan ketika ia memutuskan untuk tidak lagi melakukannya lagi . Ketika anakku berumur 1 tahun ia meninggal dunia. Anakku mirip sekali dengan suamiku, tentu saja, karena tak lain ia adalah adiknya sendiri. Namun kini aku kembali menemui dilema, suamiku menginginkan adik untuk anakku. Adakah pembaca yang bisa membantu?<br /><br />Banjir Membawa Kehangatan<br /><br />Saya benar benar tidak menduga Jakarta akan kebanjiran seperti itu dan semua di luar perkiraan. Di hari yang mereporkan itu seperti biasa saya pergi bekerja, hanya saja hari itu saya harus keluar kantor ke tempat lain yang berada agak jauh dari pusat kota. Sebenarnya saya sudah malas untuk pergi hari itu karena cuacanya juga tidak enak, tapi terpaksa harus pergi juga. Dari kantor saya diantar mobil kantor sampai ke tempat tujuan melalui jalan toll arah ke Merak. Sesampai di tujuan saya di drop saja karena waktu itu saya pikir nanti sore biar mobil saya saja yang menjemput ke tempat saya.<br />Urusan kerjaan di tempat itu lancar tidak ada masalah, bahkan sempat sedikit santai di restoran dekat sana untuk sedikit makan makanan ringan dan minum bersama relasi. Kami berempat dan hanya saya sendiri yang wanita, cerita sedikit soal kerjaan dengan diselingi cerita di luar itu. Cukup enak juga suasananya, entah mengapa mereka begitu antusias mendengarkan cerita saya, tapi kadang agak kikuk juga ya dilihat tiga pria yang matanya semua melihat ke saya. Tapi biasalah namanya pria, kadang kadang matanya mencuri curi pandangan melihat sekitar dada saya dan kadang ke arah paha saya yang sedikit terliaht karena rok saya yang mini itu, yang penting kan mereka tetap sopan.<br />Menjelang sore ketika saya akan pulang, saya telpon ke suami menanyakan apakah supir sudah menuju tempat saya, karena belum juga tiba, tapi menurut suami mobil sudah dari tadi menuju tempat saya. Melihat saya agak kebingungan, salah satu dari mereka menawarkan untuk ikut mobilnya dan mau mengantarkan saya. Tapi saya merasa tidak enak jadi saya tolak. Karena sudah sore maka kami keluar dari restoran kemudian berpisah di sana. Tinggal saya sendiri yang masih di sekitar sana. Tidak lama setelah itu handphone saya berbunyi dan itu dari suami dan katanya dia dapat telpon dari supir, mengatakan supir tidak bisa menuju tempat saya karena jalanan yang akan di lewati banyak yang tergenang air dan jalan toll macet hampir tidak bergerak. Suami sendiri pulang pakai mobil dari kantor dan sedang menuju rumah dan katanya dia juga mengalami macet.<br />Saya jadi semakin khawatir dan bingung. Akhirnya saya beritahukan suami biar saya pulang pakai taksi saja yang kebetulan banyak terliaht di sekitar saya.<br />Saya lupa nama taksinya tapi yang penting ada kendaraan untuk pulang walaupun pasti mahal nantinya. Hujan mulai turun agak lebat, tapi jalanan lancar lancar saja dan saya pikir akan tidak ada masalah, paling hanya macet sedikit nanti di pintu keluar toll. Tapi ternyata salah dugaan saya. Mau keluar jalan toll, padahal masih jauh tapi sudah macet dan hampir tidak bergerak. Entah seberapa lama baru bisa keluar dari toll, tapi diluar sudah mulai gelap dan jalanan tetap macet.<br />Ahirnya taksi yang saya tumpangi keluar juga dari jalan toll, tapi yang jelas memerlukan waktu lebih dari sejam bahkan mungkin lebih, saya sendiri sudah tidak peduli lagi waktu itu. Padahal pada hari biasa mungkin kurang dari setengah jam sudah bisa keluar dari toll yang saya maksud.<br />Tapi saya belum bisa tenang, karena perjalanan masih jauh dan jalanan begitu macet hingga tidak bergerak sama sekali. Sementara itu hujan di luar semakin lebat dan jalanan yang awalnya hanya tergenang air sedikit, semakin lama semakin tinggi. Sampai selang beberapa waktu supir taksi mengatakan sesuatu yang membuat saya shock. Supir taksi minta saya turun di jalan saja karena taksinya sudah kehabisan bensin dan tidak bisa terus lagi. Tentu saja ini membuat saya sangat bingung karena bagaimana selanjutnya untuk bisa pulang. Saya juga tidak bisa bilang apa apa lagi ke supir taksi, segera saya bayar dan keluar dari taksi. Di luar hujan masih turun tapi tidak lebat tapi tetap saja baju menjadi basah, apalagi tidak membawa payung saya.<br />Dengan berjalan kaki menyelusuri trotoar saya berusaha mencari tempat bisa berteduh. Air sudah dari tadi terasa masuk ke dalam sepatu dan bajupun semakin basah. Sampai akhirnya saya mendapatkan tempat untuk berteduh yang agak luas, tapi itu juga sudah ada beberapa orang yang bertujuan sama dengan saya. Tepatnya itu di depan toko yang sudah tutup dan depannya sedikit luas dan terlindung dari hujan yang sedang turun, selain itu lampu penerangannya cukup terang jadi terasa agak aman.<br />Ketika saya datang untuk ikut berteduh, pandangan semua orang yang berada di situ yang kebetulan semua pria, tertuju ke saya. Tadinya saya tidak begitu menghiraukan karena mungkin karena melihat seorang wanita yang sedang basah kuyup. Baru saya sadar setelah beberapa menit di situ. Saya melihat baju atasan yang berwarna putih yang dipakai sudah basah sekali hingga melekat di badan. Karena bahannya tipis maka terlihat benar badan saya mendekati transparan. Dalam keadaan biasa saja bra yang saya kenakan terlihat dengan jelas, apalagi sekarang. Ditambah lagi hari itu saya memakai bra yang tipis mendekati transparan. Jadi kalau kena air seperti itu sudah pasti dada saya kelihatan dan mengecap, terutama bagian tengahnya. Kalau di luar negeri mungkin saya masih bisa tenang sedikit karena tidak terlalu banyak yang memperhatikan dan peduli dengan penampilan saya. Begitu kikuknya sampai sengaja kedua lengan saya tempelkan ke dada saya, pura pura seperti orang kedinginan.<br />Dalam keadaan bingung seperti itu tiba tiba pria di sebelah saya yang juga sedang berteduh mengajak bicara saya. Sepertinya pria kantoran yang juga hampir senasib dengan saya. Bicaranya cukup sopan walaupun pandangan matanya tetap saja mencuri curi kesempatan melihat badan saya yang sudah basah itu. Awalnya dia menanyakan mengapa saya bisa sampai basah kuyup begitu. Sayapun mulai menceritakannya secara garis besarnya saja. Ada beberapa pria lain yang ikut juga mendengarkan cerita saya.<br />Entah karena kasihan dengan saya atau ada maksud tertentu, dia menawarkan sama sama mencari kendaraan lain yang bisa sampai ketempat tinggalnya yang relatif tidak begitu jauh dari situ dan kemudian dari sana dengan kendaraan pribadinya dia mau mengantarkan sampai ke rumah. Sesaat saya anggap suatu ide yang bagus, tapi terus setelah lebih lama saya pikir akhirnya saya menolaknya dengan halus dengan mengatakan saya lagi menunggu kenalan untuk menjemputnya di situ. Pada saat itu memang saya terpikir sesuatu yang lain.<br />Saya teringat dengan teman saya yang rumahnya yang tidak jauh dari tempat itu. Saya coba menelpon rumahnya, setelah agak lama baru ada yang mengangkat, ternyata hanya anaknya saja yang ada, tapi saya di beritahu nomer hp nya dan segera saya menghubunginya. Dia cukup surprise juga mendapat telpon dari saya karena sudah lama kami tidak berhubungan. Dia sedang dalam perjalanan pulang bersama suaminya juga. Saya ceritakan masalah saya dengan ringkas dan kemudian minta tolong apakah bisa mampir sebentar di rumahnya. Mendengar itu teman saya segera mempersilahkan untuk mampir ke rumahnya. Tapi karena dia juga dalam perjalanan pulang dan kondisi jalanan juga macet maka dia mau menghubungi anaknya di rumah supaya menjemput saya. Seperti mendadak mendapat suatu jalan keluar, hati menjadi senang dan lega rasanya. Berarti saya tinggal tunggu saja untuk di jemput di tempat saya berteduh.<br />Mungkin setelah menunggu sekitar setengah jam, baru anak teman saya datang. Ketika datang saya tidak sadar dan tidak begitu memperhatikannya karena tidak di sangka anak itu menjemput saya dengan motor trail nya. Saya juga sedikit lupa wajahnya karena sudah lama tidka bertemu. Tadinya dia hanya melambai lambaikan tangan saja ke arah saya, baru setelah dia memanggil mangil nama saya ..."tante!...tante!...tante Rxxxx !!..." saya sadar itu adalah anak teman saya.<br />Sebutlah namanya Aris. Waktu terakhir ketemu dengan Aris, dia masih di smp dan tidak setinggi sekarang. Umurnya beberapa tahun diatas umur anak saya yang paling besar. Dia sekarang terlihat lebih dewasa. Dia minta maaf karena menjemput saya pakai motor karena menurutnya lebih cepat pakai motor dan tidak terkena macet. Saya katakan tidak apa-apa, saya juga dulu waktu muda senang naik motor, dan memang cukup lama juga tidak merasakan naik motor, apalagi ini di bonceng, padahal dulu saya lebih sering membonceng orang termasuk suami saya sendiri ketika masih muda. Ketika dibonceng saat itu saya tidak begitu merasakan apa apa selama perjalanan ke rumah dia, tapi kalau sekarang saya ingat mungkin telah mengganggu perasaan si Aris, apalagi lagi masa puber. Saya dibonceng dengan duduk seperti tidak memakai rok saja, karena memang tidak biasa dari dulu kalau duduk miring di bonceng. Waktu itu saya tidak sadar memeluk Aris dari belakang dengan erat dan begitu merapat. Saya sendiri mungkin refleks karena kedinginan sehingga begitu hangat rasanya.<br />Awal perkenalan saya dengan ibunya Aris, Frida (bukan nama sebenarnya) ini agak unik. Sebenarnya suaminya lah yang teman suami saya sejak dahulu. Sampai suatu waktu ketika kami bersama sama berlibur keluar kota, saya mengenal mereka lebih dekat dan akrab, terutama dengan Frida. Sebelum dengan Frida, suaminya sudah pernah menikah dengan wanita lain dan Aris adalah anak dari perkawinan dengan istri sebelum Frida. Istri pertamanya kalau menurut suami saya, sudah tidak ada karena sakit. Saya sendiri tidak pernah menanyakan soal itu ke Frida karena segan untuk menanyakannya. Frida sendiri baru berumur sekitar awal tiga puluhan, agak jauh jaraknya dengan suaminya.<br />Singkatnya, waktu kami pertama kali berlibur itu dengan ide suami dan suaminya, kami berempat menikmati permainan sex bersama sama di hotel kami menginap. Di double bed yang lebar itu kami bersama sama melakukan sex. Awalnya kami mulai pemanasan dengan pasangan masing masing dan sedikit melakukan oral sex. Tapi kemudian dengan tuntunan suami dan suaminya, saya dan Frida seperti disatukan dan suami kami saling menikmati tubuh kami dengan meraba dan mencium berbagai tempat pada badan saya dan Frida. Saya menikmati permainan kami, ada rasa nikmat yang berbeda kalau dibanding dengan sex berdua saja.<br />Pada saat itu saya baru mengetahui dan tebakan saya ternyata memang benar, Frida adalah wanita yang memiliki kepribadian bi-sex. Itu terlihat ketika mulut suaminya sedang menikmati mulut vagina dan clitoris saya, Frida dengan semangat dan agresifnya menciumi dan menjilati kedua payudara saya dengan selingan menciumi bibir saya sesekali kali. Tentu saat itu begitu nikmatnya sehingga saya sendiri sudah tidak begitu memperdulikannya lagi. Padahal saya bukan orang yang suka dengan sejenis, tapi ciuman Frida di sekitar dada dan bibir saya menambah kenikmatan dan benar benar terangsang saya saat itu. Mungkin karena kami ada prianya di situ dan kami menikmati bersama sama, kalau itu semua wanita mungkin saya tidak mau.<br />Pada akhir dari permainan kami itu, para suami saling menikmati klimaksnya dengan pasangan temannya, jadi suami Frida benar benar "in" dan sampai klimaks di dalam vagina saya. Sejak pengalaman menarik dengan mereka, setelah itu sempat beberapa kali kami bermain seperti itu di tempat lain. Sudah lama juga saya tidak bertemu dan ngobrol ngobol dengan Frida, mungkin kalau tidak musibah banjir ini saya tidak menghubungi dia, masing masing sibuk.<br />Ketika sampai di rumah Frida memang tidak ada orang di sana selain Aris dan pembantunya. Rumahnya terasa sepi sekali. Aris mempersilahkan saya masuk dan menawarkan mandi dan ganti baju di tempatnya, karena dia sudah di pesani oleh orang tuanya.<br />Dia mengantarkan saya ke kamar mandinya yang berada di dalam kamarnya yang agak besar dan dia mengatakan akan kembali lagi untuk mengantarkan handuk dan pakaian sementara yg saya bisa pakai.<br />Kamarnya seperti umumnya anak pria zaman sekarang, tapi terlihat cukup rapih. Disamping tempat tidurnya yang lebar terlihat meja belajar dan stereo set. Di salah satu sudut kamarnya juga ada tv yg agak besar. Saya segera masuk ke kamar mandinya yang hanya di sekat dengan kaca buram yang besar, tidak ada pintu. Saya sudah tidak tahan untuk segera membuka baju yang sudah melekat dan basah itu. Celana dalam dan bra saya juga sudah basah dengan air hujan, segera saya cuci supaya besok bisa dipakai lagi. Rasanya begitu nikmat ketika shower yang hangat membasahi badan dari ujung kepala sampai ke kaki. Ketika lagi mandi yang sampai sekarang masih saya ingat adalah terasa payudara terasa kencang dan kedua puting saya keras dan tegang. Terutama ketika saya menyabuni seluruh badan, sempat saya menekan nekan sedikit kedua payudara, seperti ada perasaan yg memanas di dalam hati saat itu.<br />Ketika sedang asyik shower tiba tiba terdengar sekat kaca kamar mandi di ketuk dan segera saya menoleh ke arah sekat kaca itu. Ternyata si Aris yang mengetuk dan dia membawakan handuk dan pakaian dan dia letakkan di luar kamar mandi. Saya agak curiga sepertinya dia sudah dari tadi ada di sana, karena tadi sebelum kaca di ketuk, seperti ada suara orang yg memanggil manggil. Mungkin dia sempat mengintip atau melihat saya yg sedang telanjang dari balik kaca buram itu. Maklum anak lagi dalam masa puber.<br />Sebelum meninggalkan kamarnya dia berpesan agar setelah selesai mandi saya diminta ke ruang makan. Selesai mandi dan mengeringkan badan dengan handuk yg tadi disediakan Aris, saya memakai baju yg dipinjamkannya. Ternyata dia menyediakan baju model kimono untuk tidur yang seperti biasanya ada di hotel hotel. Apaboleh buat terpaksa saya pakai. Sebenarnya agak kurang sreg juga dengan mekai kimono ini tanpa didalamnya memakai celana dalam dan bra. Penutup kimono ini hanya tali pengikat di pinggang, kalau kurang rapih memakainnya tentu bagian dada bisa di intip dan juga paha.<br />Di ruang makan saya dan Aris makan malam berdua saja, Frida dan suaminya belum juga sampai di rumah. Selesai makan kami pindah ke ruang keluarga dan sambil menonton tv kami pun berbincang bincang. Beberapa kali sejak di meja makan beberapa kali dia mencuri curi pandangan ke saya. Memang dia sekarang semakin dewasa dan mukanya cakep mirip bapaknya, perawakannya juga sudah postur orang dewasa. Di ruang tamu ketika bicara, beberapa kali saya membetulkan belahan kimono saya, karena duduk di sofa yg agak rendah. Itu pun selalu setelah saya melirik ke mata Aris yg mulai resah duduknya dengan mata memandang ke bagian kaki saya. Cukup lama juga kami berbincang bincang, sempat menanyakan ke dia soal hobby nya dan masalah pacar dan lain lain.<br />Orang tuanya baru tiba di rumah setelah agak malam. Merekapun terjebak macet karena hujan dan banjir. Karena sudah lama tidak bertemu, membuat suasana menjadi begitu meriah. Ketika bertemu Frida, dia segera merangkul saya dan menciumi kedua pipi saya. Saya juga menyalami suaminya dan dia tersenyum dengan senyuman khasnya sambil mencium kedua pipi saya. Saya juga membalasnya dengan ciuman di pipinya. Kita berbincang bincang sebentar di ruang keluarga, terutama cerita soal banjir. Frida segera minta maaf ketika dia melihat kimono yg saya kenakan, dan dia berjanji mau meminjamkan baju yg lainnya. Tidak lama setelah itu saya di antarkan Frida ke ruang tidur tamu dan kunci pintu kamar dia bukakan dan dia serahkan ke saya, tidak lupa saya ucapkan terimakasih karena ....sudah merepotkan mereka. Kamar tidur Frida dan suaminya terletak di sebelah kamar tamu.<br />Kamar tamunya terlihat rapih dan memang jarang dipakai selain oleh tamu. Antara kamar tamu dengan kamar Frida ada connecting door yang bisa di kunci dari kedua sisi. Saya sempat rebahan sebentar di tempat tidur dan menelpon suami agar tidak perlu khawatir lagi dan minta besok pagi di jemput.<br />Tidak lama setelah saya berbaring di tempat tidur, terdengar ketukan dan suara Frida memanggil saya dari balik connecting door. Saya segera membuka kunci pintu dan membuka pintunya. Frida dengan membawa beberapa bajunya masuk ke kamar tamu dan semua baju di letakkan di tempat tidur. Saya diminta mencobanya satu satu. Dia juga membawa celana dalam baru yang masih dalam pelastik, tapi saya menolaknya. Baju atasan dan bawahan saja yg saya pilih pilih. Frida ukuran badannya sedikit lebih kecil dari saya sehingga saya harus memilih baju yang ukuran free size atau yg dari bahan elastis, seperti bahan kaos. Frida juga sibuk membantu memilih baju. Sementara dia memilih saya membuka baju kimono yg saya pakai, Frida sedikit tersenyum ketika saya membuka baju, mungkin karena saya tidak memakai apa apa lagi di dalamnya. Dua tiga baju di coba tapi kurang pas di saya, semua bajunya kebanyakan baju yang ngepas di badannya. Ketika saya melepas baju yang dicoba, dia juga membantu melepaskannya dan dengan sedikit memandang ke badan saya dia memuji muji bentuk postur badan saya. Sempat tangannya menyentuh pinggang dan payudara saya dengan ringan. Ukuran payudara dia sedikit lebih kecil dari saya. Sepertinya dengan basa basinya dia ingin lebih menyentuh badan saya, tapi saya segera mengalihkan pembicaraan agar dia berhenti menyentuh badan saya. Saya kurang biasa kalau disentuh wanita, apalagi kami hanya berdua saja. Sementara saya sedang sibuk mencari baju, terdengar suara suami Frida dari ruangannya memanggil Frida, sepertinya baru selesai mandi. Frida memberi tahu bahwa dia ada di kamar sebelah sedang memilih baju untuk saya. Suaminya kemudian mengatakan ke Frida kalau sudah selesai, saya di suruh ke kamar mereka untuk ngobrol ngobrol kalau belum mau tidur. Kamar tidur mereka cukup besar dan di dalamnya ada ruangan lain kecil untuk duduk duduk dan menonton tv, hanya di sekat dengan sederhana. Kamar itu dilapisi permadani yang tebal bulunya seakan kulit binatang buas dan sekelilingnya tersedia bantal bantal duduk, jadi kita bisa duduk di permadani dengan santai sambil menonton tv.<br />Akhirnya saya memilih baju atasan kaos lengan panjang berwarna cream dengan kancing di depan, bahannya agak tipis tapi bagian dadanya cukup tertutup kalau kancing yg atas di tutup, karena ukurannya tidak pas dengan saya, terkesan sempit dan kancing kancingnya seperti tertarik ke samping terutama bagian dadanya, sehingga baju sedikit terangkat dan bagian pinggul dan puser saya sedikit terlihat. Bawahannya hanya dapat celana jeans pendek yang ujungnya berserat serat, sebenarnya kalau bisa mau cari yg lain lagi karena terlalu pendek, hanya sebatas pangkal paha lebih sedikit, tapi ya sudah lah. Tapi baju dan celana itu tidak segera saya pakai, sayang, untuk besok pagi saja setelah mandi, sekarang biar dengan kimono ini.<br />Suasana ruangan duduk di kamar tidur mereka cukup menyenangkan, kami bertiga duduk berderet, Frida duduk di tengah. Sambil menonton tv kami berbincang bincang dengan santainya dan penuh tawa. Awal pembicaraan suami Frida menanyakan keadaan keluarga saya termasuk suami saya. Suami Frida sangat gembira bisa bertemu saya, apalagi menurutnya sudah lama kami tidak bertemu, mungkin sudah setahun lebih. Sebenarnya saya tahu setelah pertemuan terakhir kami waktu itu, Frida sempat bertemu dengan suami saya dan mereka sempat menikmati tidur bersama, semua itu suami pernah cerita ke saya, tapi karena Frida diam saja soal itu maka saya juga pura pura tidak tahu dan mungkin Frida memang tidak cerita ke suaminya.<br />Ada satu hal yg membuat terpancing hati saya memanas, suami Frida sempat bicara katanya mereka suami istri tidak menyiapkan acara khusus karena saya datang mendadak ke rumah mereka. Dia sempat bicara ke Frida dan saya di rungan itu bahwa malam ini kita harus ada acara khusus. Frida tersenyum penuh arti dan begitu juga saya.<br />Fokus pembicaraan kembali soal saya yg kehujanan, suami Frida sampai bertanya soal baju saya yang basah berikut bra dan celana dalam saya dengan penuh humor. Kira kira pembicaraannya seperti berikut waktu itu;<br />"jadi kamu benar benar basah kuyup sampai kedalam..."<br />"ya iya lah mas...lihat saja sekarang apa yg dia pakai", kata Frida.<br />"ini dia didalam kimononya tidak pakai apa apa lagi...", Frida meneruskan.<br />Suami Frida tertawa dengan penuh arti yang sedikit ngeres.<br />"Tuh kan...mulai pikiran kotor" kata Frida sambil tertawa, dan kami pun bertiga tertawa.<br />"Dia ini Rxx, sekarang lagi enggak mood sama aku, padahal aku sudah pakai baju tidur tipis seperti ini...", kata Frida sambil kedua tangannya meremas payudaranya dari luar baju tidurnya.<br />Memang malam itu Frida pakai baju tidur yang begitu sexy, kelihatan kedua payudaranya membayang bayang dibalik bajunya.<br />"Dia lagi kepingin megang ini kamu...", kata Frida sambil salah satu tangannya memegang dada saya dan menggenggam payudara saya dari atas baju saya.<br />Saya agak kaget, tapi entah kenapa waktu itu, saya hanya diam saja membiarkan tangan Frida menggenggam payudara saya, dan anehnya suasana tetap saja penuh humor.<br />Suaminya pura pura tidak mendengar, matanya di alihkan ke tv, Frida juga mulai iseng dengan tangan yg satunya segera menuju ke daerah bawah puser suaminya yang juga mengenakan baju tidur kimono seperti saya. Tangan Frida menyelinap ke balik kimono suaminya dan sepertinya mengelus elus penis suaminya.<br />"Tuh...kan Rxx, lihat ini...dia sudah tegang", kata Frida sambil meminta saya melihatnya.<br />Sebenarnya saya juga sudah mulai terangsang ketika Frida meremas dada saya, terasa dari dalam vagina saya cairan sedikit keluar dan terasa basah.<br />Begitu cepatnya kejadian berlangsung, tangan Frida yang tadi menggenggam payudara juga menyelinap ke balik belahan kimono di dada saya dan telapak tangannya langsung menggenggam payudara saya. "Rxx, kamu juga sudah keras begini...", Frida berbisik di kuping saya.<br />Saya sama sekali tidak bereaksi, malah membiarkan tangan Frida memainkan payudara saya. Pada saat itu saya masih ingat, suami Frida menoleh ke kami berdua dan pandangan matanya beretemu dengan mata saya saling memandang.<br />Setelah itu saya sudah tidak ingat lagi kejadian selanjutnya dan tidak ingat lagi urut urutannya. Pokoknya waktu itu terus kami saling memulai permainan yg mengasyikan. Yg masih ingat dan terkesan ketika Frida dan saya ber posisi 69, dia terlentang di bawah dan saya diatas seperti anak bayi merangkak, dan suaminya berlutut tepat dia depan saya, penisnya diberikan ke saya dan saya melakukan oral, terasa begitu keras dan tegang di dalam mulut. Sementara itu kedua tangan suami Frida terus meremas remas dan mempermainkan payudara dan puting saya. Terasa mulut frida dan lidahnya menjilat jilat mulut vagina dan clitoris saya dan kadang kadang terasa lidahnya memasuki vagina saya. Rasanya ketika itu susah untuk diceritakan, pokoknya saya begitu terasngsang, semakin lama semakin basah mulut vagina saya, banyak mengeluarkan cairan, tapi Frida terus tidak henti hentinya menjilatnya, terdengar suara lidahnya.<br />Penis suami Frida juga terus saya mainkan, ...sepertinya dia juga begitu terangsang, dari ujung penisnya terasa cairannya keluar sedikit sedikit setiap sedikit saya hisap, rasanya asin dan agak lengket dan setiap itu juga tangannya semakin keras memainkan payudara saya.<br />Suami Frida dengan baiknya memperlakukan Frida dan saya, bergantian kami dipeluk, begitu juga ketika kami memasuki permainan utamanya, secara bergantian suami Frida memasuki saya dan Frida. Kami bertiga seakan bersatu menjadi satu saling merangsang dengan permainan sex itu. Pada saat saat terakhir suami Frida mencapai klimaks, Frida menyuruh suaminya menyelesaikannya dengan saya, tqpi walupun begitu suami Frida tetap minta izin ke saya dengan berbicara dekat kuping saya untuk menyelesaikannya di dalam saya. Saya menyetujuinya dengan aba aba kepala saya, pada saat itu mulut saya sudah tidak bisa bicara apa apa lagi, yg keluar dari mulut hanya suara yg sedang menikmati sex. Sampai akhirnya saya merasakan sesuatu yg panas menekan masuk di dalam vagina, suami Frida mencapai klimaks di dalam vagina saya. Saya juga sudah tidak ingat persis kejadiannya waktu itu, hanya terkesan waktu itu begitu nikmat dan mengesankan walaupun sebenarnya saya belum mencapai klimaks. Setelah selesaipun suami Frida menciumi Frida dan saya dan kami berdua dipeluknya. Kami sempat terdiam tidak bergerak disana.<br />Setelah selang waktu beberapa saat kemudian saya kembali kekamar saya menginap dan connecting door saya kunci kembali. Begitu capai dan ngantuknya, saya langsung merebahkan diri di tempat tidur dan tidak sadar saya sudah tertidur dengan lelapnya sampai tidak sempat memakai kimono tidur saya, dibiarkan tergeletak di sudut tempat tidur.<br />Pagi hari saya terbangun dengan sedikit kaget karena pintu kamar ada yg mengetuk dan saya lihat jam, ternyata saya sudah tertidur begitu lelap sampai hari sudah agak siangan.<br />Ternyata yg mengetuk adalah Aris. Begitu tergesa gesa mau membukakan pintu, saya tidak sempat memakai rapih kimono tidur saya. Tanpa mengikat tali kimono dan hanya dirapatkan dengan tangan kemudian pintu saya buka. Aris tidak langsung bicara tapi dia sempat memandang saya yang agak kacau penampilannya, dia tersenyum dan menanyakan ke saya apakah tidurnya nyenyak, sayapun membalsnya dengan senyum. Kemudian saya tanya tentang orangtuanya. Ternyata mereka sudah pergi kerja dan sengaja tidak membangunkan saya. Aris hanya dipesani oleh ibunya untuk nanti mengajak sarapan pagi saya dan menemani saya sampai supir saya menjemput.<br />Karena ingin mandi saya minta izin ke Aris untuk pinjam kamar mandinya, selain itu saya masih menjemur celana dalam dan bra saya di kamarmandinya Aris. Mungkin karena selama ini Aris saya anggap masih kecil jadi tidak terlalu peduli menjemur pakaian dalam saya di kamar mandinya.<br />Saya sendiri masuk ke kamar Aris dan menuju kamar mandinya. Ternyata celana dalam dan bra saya belum kering, sayapun terus mandi saja di situ. Ketika mandi dan menyabuni badan, saya masih merasakan payudara saya kencang dan puting saya terus mengeras seperti kemarin.<br />Selesai mandi dan mengeringkan badan saya memakai baju Frida yg tadi malam di pinjamkan ke saya, baju kaos lengan panjang dengan kancing baju didepan yg agak kekecilan sedikit dan celana jeans pendek. Waktu memilih baju tadi malam karena lampu kamar tidak begitu terang maka tidak terlalu perhatikan benar, ternyata di kamar Aris yg terang ini ketika saya pakai baju itu, sayapun langsung sedikit tersenyum. Karena bahannya agak tipis, kalau tidak pakai bra terlihat payudara agak membayang sedikit walaupun tidak begitu ketara. Tapi yg agak membuat menantang dan menjadi perhatian adalah puting saya terlihat jelas mengecap di baju, dan karena agak sempit kancing kancingnya sedikit tertarik dan terlihat celah celah diantara kancing. Begitu juga bagian bawah baju, karena terangkat di bagian dada sehingga puser dan pinggul sedikit terlihat, tapi kalau kedua tangan keatas, perut terlihat jelas. Saya jadi ketawa sendiri dalam hati.<br />Kalau celana lumayan cukup, hanya saja paha jadinya kelihatan kemana mana. Tapi sudahlah, waktu itu saya pikir hanya baju sementara untuk pulang ke rumah, tidak untuk dipakai kemana mana. Setelah beres semua saya menuju ruang keluarga dan menemui Aris dan minta kantong plastik kecil untuk menyimpan pakaian dalam saya yg masih basah itu. Aris sempat bertanya untuk apa, sayapun tanpa ada perasaan apa apa dengan polosnya saya katakan untuk menyimpan pakaian dalam yg masih basah sambil menunjukkan ke Aris. Di segera ke kamarnya dan kembali dengan kantong plastik yg bagus, saya surprise juga begitu perhatiannya ke saya. Ketika saya memasukkan bra dan celana dalam kedalam pelastik sepertinya aris dengan teliti memandang saya dari ujung rambut sampai kaki, terutama bagian dada saya, berkali kali dia melirik mencuri pandangan. Begitu juga ketika kami berdua sarapan duduk berhadap hadapan. Ketika sarapan itu saya baru sadar anak ini sudah dewasa, sudah mengenal wanita walaupun tidak tahu sejauh mana. Perasaan selama ini menganggap masih kecil dan memang saya kenal waktu dia di smp.<br />Ketika sedang makan saya baru merasakan kepala agak pusing dan badan seperti mau flu, mungkin karena kehujanan kemarin, tapi saya tahan dan memeruskan sarapan pagi. Setelah selasai kami kembali ke kamar keluarga dan Aris menyalakan tv untuk saya. Kemudian dia minta izin mau ke garasai untuk mengerjakan sesuatu, dan kalau ada perlu minta di dipanggil saja. Sepertinya dia sedang asyik dengan hobynya mengotrak atrik mobilnya. Saya duduk sebentar di ruang keluarga dan sempat membaca koran dan majalah yg ada di dekat situ. Acara tv tidak ada yg bagus, berita di tv banyak membahas masalah banjir. Saya sempat menelpon ke rumah untuk menanyakan jam berapa saya akan di jemput, ternyata menurut pembantu, suami saya pagi itu tidak mengantor.<br />Ternyata pusing saya tidak hilang, malah sepertinya bertambah saja dan mulai bersin bersin. Karena takut keterusan, segera saya menuju garasi untuk bertemu Aris untuk minta obat pusing dan flu. Di garasi saya temui Aris sedang mengerjakan sesuatu di bawah dashboard tempat duduk kanan. Saya masuk kemobil dari pintu kiri dan memanggil Aris, dia sedikit kaget dan terjedut dashboard. Melihat itu saya jadi ketawa dan diapun ikut ketawa dan katanya kaget. Kemudian saya bilang bahwa saya agak pusing dan minta obat pusing atau flu. Aris minta waktu sebentar karena sedang tanggung kerjaannya. Selagi menunggu saya duduk di kursi kiri sambil memperhatikan dia bekerja, tapi tidak lama dia berhenti dan meninggalkan kerjaannya, sepertinya tidak konsentrasi di lihat oleh saya.<br />Setelah mencuci tangan dia terus menuju meja bar yg ada di salah satu sudut ruangan keluarga dan saya mengikutinya dari belakang. Di dekat meja bar itu ada rak tempat obat, tapi sepertinya dia tidak menemukan obat sakit kepala. Sementara menunggu saya duduk di kursi bulat untuk meja bar, meja dan kursinya persis seperti yg ada di bar bar itu. Kemudia Aris melihat ke atas meja bar persis di atas saya duduk, ada laci kecil disana. Dia minta tolong saya membuka laci itu. Karena agak tinggi terpaksa saya harus jinjit dan membuka laci itu. Di dalamnya ada kotak kecil dan Aris minta itu diturunkan. Karena agak tinggi saya tidak bisa memegang dengan benar kotak itu dan kepeleset. Kotak itu hampir jatuh meniban saya. Untung Aris segera menolong merauk kotak itu hingga tidak jadi menjatuhi saya. Tapi ketika dia mau menolong itu badannya menubruk saya dan saya juga refleks takut tertiban, dengan cepat memeluk Aris.<br />Setelah kotak itu ditaruh Aris di meja bar, ...saya dan dia sedikit terdiam, dia minta maaf karena kejadian itu, tapi saya hanya senyum saja. Ternyata obat pusing ada di kotak itu.<br />Ketika dia mau memberikan obat itu tiba tiba dia bicara yg agak lucu. Dia minta izin mau mencium saya. Tentu saja saya tidak ada perasaan apa apa dan langsung memiringkan pipi saya untuk di cium. Tapi kemudian dia bilang bahwa dia masih ingat dahulu waktu pesta ulang tahunnya, saya memberi selamat dan mencium bibirnya. Kemudian saya jadi teringat waktu itu, memang saya cium dia dengan ringan bibirnya. Rupanya dia masih teringat terus ketika itu dan sekarang dia ingin membalasnya rupanya, tapi tentu dia sekarang bukan Aris yg dulu kecil itu. Tapi sudahlah, saya izinkan dia mencium saya, soalnya dia begitu lucu sekali cara bicaranya.<br />Dia mencium bibir saya dengan lembut awalnya, tapi semakin lama dia semakin berani dan memang pintar dia cara mencium saya. Secara refleks ciuman dia saya balas dengan mesra, tapi ini malah membuat perasaan dan suasananya menjadi aneh, karena terus terang menjadi terangsang ciuman Aris ini. Takut keterusan, segera saya lepas bibir saya dari bibir Aris, tapi sepertinya dia seakan tidak mau berhenti. Saya bilang ke Aris dengan pelan dan halus untuk menyudahkannya karena saya terus terang bilang nanti keterusan dan itu tidak baik karena saya ini kan seperti tante nya saja, bukan temannya. Seperti tidak mau berhenti disana, dia minta sekali lagi saja dan entah kenapa waktu itu saya membolehkannya, seakan tindakan saya tidak sesuai dengan ucapan saya ke dia. Aris kembali mencium saya dan sayapun menyambutnya, tapi kali ini dia lebih berani lagi, lidahnya berusaha mau membuka mulut saya dan inginmelakukan french kiss sepertinya. Karena memang pintarnya, sayapun kalah dengan kemauan Aris. Saya memerimanya dengan membuka mulut saya dan lidahnya dengan cepat masuk ke mulut saya. Sayapun menyambutnya dengan lidah saya sampai akhirnya kami melakukan deep kiss. Terus terang saya waktu itu jadi terangsang.<br />Tapi Aris ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tangannya mendadak memegang dada saya, kaget saya karena sangat terasa sekali tangannya menyentuh payudara saya yg hanya ditutupi baju kaos tipis. Saya pegang tangannya dan saya coba menariknya dari dada saya, tapi seperti tidak mau menyerah, dia semakin kuat bertahan. Tapi kemudian dia melepas ciumannya dan mengatakan ke saya sejak tadi malam dia terbayang terus tentang saya dan mengganggu pikiran dia. Dia bilang mulai merasakan sesuatu ketika saya di bonceng dengan motornya, ketika saya mandi malam itu dia sempat mengintip lama, baru setelah itu dia mengetuk kaca kamar mandi. Begitu juga ketika sarapan pagi, dia terus berusaha memandang dada saya dan puting yang mengecap di baju, begitu juga paha saya. Dia sengaja tidak mememani saya di ruang keluarga pagi ini karena kalau tidak katanya semakin kacau pikirannya.<br />Sementara dia bercerita begitu, tangannya sudah membuka hampir semua kancing baju saya. Akhirnya saya kalah dengan alasan dia dan membiarkan tangannya terus bergerak. Saya hanya bisa memejamkan mata saja dan sayapun tidak sadar sudah terangsang. Dengan tangannya dia memainkan payudara dan puting saya dan kemudian mukanya pun membenamkan ke dada saya dan menciumi payudara saya yg sebelahnya. Entah kenapa hari itu terasa begitu tinggi naluri sex saya, padahal semalam baru saja saya bermain dengan Frida dan suaminya bertiga.<br />Terasa bagian vagina saya mulai basah. Sayapun akhirnya berusaha membuka celana Aris dan dengan mudah bisa terbuka dan bersama celana dalamnya saya tarik kebawah hingga penisnya tampak jelas. Perlahan lahan saya mainkan penisnya, dia sudah seperti bapaknya saja. Penisnya keras sekali terasa. Kemudian Aris saya dorong dia duduk di kursi bar dan saya berlutut. Saya mulai mainkan penis Aris dengan mulut. Ketika pertama kali masuk kemulut, terasa penisnya bergetar dan spertinya Aris begitu menikmati seakan belum pernah mengalami hal yg demikian. Ketika saya hisap beberapa kali, dia sdikit mengeluarkan suara dan menggenggam pudak saya. Dari ujung penisnya terasa banyak sekali keluar cairan asin terus menerus. Saya tahu dia tidak bisa lama lama. Ketika sedang menikmati oral itu tiba tiba pembantu rumah Frida masuk ke ruang keluarga dan dari jarak agak jauh dia mengatakan ke Aris bahwa supir saya sudah datang menjemput. Dari balik meja bar saya yg sedang berlutut tidak terlihat sehingga pembantu menyangka hanya ada Aris yang sedang duduk di sana. Pembantunya tadinya sudah mau ke kamar tamu mau memanggil saya, tapi segera Aris memotongnya dan dia bilang biar dia yg memanggilnya dan dengan nada agak maksa pembantunya disuruh keluar dari ruangan keluarga.<br />Setelah di dengar pembantu sudah tidak di ruangan keluarga kemudian saya berhenti mencium penis Aris dan berdiri. Saya pandang mata Aris dan saya bilang sudah ya....<br />Kelihatan muka Aris sedikit kecewa. Saya terus meninggalkan dia dan menuju kamar tamu tempat tadi malam saya tidur untuk mengambil tas yg masih di ruangan itu. Di kamar tamu itu saya sedikit merapihkan pakaian yg sedikit sudah kusut dan menyisir rambut. Sebenarnya saya ada rasa tidak enak juga karena harus mendadak berhenti, perasaan hati ini tidak tenang, seakan tensi darah masih tinggi.<br />Tiba tiba terdengar suara pintu di ketuk, saya menjawabnya dan ternyata Aris yg mengetuk. Dia membuka pintu pelan pelan dan sedikit agak ragu, terus saya suruh masuk dia ke kamar. Aris masuk dan hanya berdiri di dekat pintu. Dia minta maaf atas kejadian tadi karena merasa tidak sopan dan minta jangan dilaporkan ke orang tuanya, dia mengaku sudah tidak tahan dan sabar lagi ketika di meja bar bersentuhan untuk mengambil kotak obat. Terlihat mukanya agak pucat dan sedikit ketakutan. Saya jadi kasihan dan iba dengan Aris.<br />Saya suruh Aris pintu kamar ditutup yg rapat dan dikunci. Kemudian dia saya suruh mendekat dan saya berdiri dari tempat tidur. Di depan saya Aris hanya menunduk saja, mungkin takut akan dimarahi oleh saya. Kemudian saya peluk Aris dan dengan suara pelan saya bilang ke dia bahwa saya tidak akan laporkan ke orang tuanya. Ketika berpelukan saya merasakan penisnya masih tegang dibalik celananya. Dengan suara pelan mendekati berbisik, saya minta dia membukakan kancing celana jeans yg saya pakai dan resletingnya. Dengan agak ragu ragu dia melepaskan kancing celana saya berikut resletingnya. Saya merasakan bagian bawah sudah basah dari tadi. Kemudian saya berbaring terlentang di atas tempat tidur dan menunggu Aris menghampiri saya. Seperti sudah diberi lampu hijau, Aris dengan tergesa gesa melepas celananya, dam memang ketika celananya dilepas terlihat penisnya sudah begitu tegang. Dia segera naik ke tempat tidur dan seakan mau menerjang saya. Tetapi ketika dia memeluk saya dan berusaha membuka kancing baju saya, saya katakan agar pelan pelan dan jangan tergesa gesa. Dia begitu nafsunya menciumi payudara saya, dan terasanya pinggulnya bergerak kekiri kekanan seakan mencari posisi yg tepat untuk masuk ke saya. Penisnya segera saya pegang dan saya tunjukkan ke mulut vagina. Seperti sudah mengetahinya saja, Aris segera mendorong pinggulnya dan secepat itu pula penisnya masuk kedalam vagina. Saya sempat mengelurkan suara ketika penisnya masuk, karena begitu merangsang.<br />Sepertinya Aris sudah pernah melakukan hubungan sex, terasa gerakan pinggulnya begitu membuat saya nikmat, awalnya saya masih bisa mengontrol diri. Saya biarkan dia yg aktif bergerak, hanya kadang kadang saja saya jepit penisnya. Begitu menggebu gebu dia, tapi itupun tidak bisa bertahan lama. Akhirnya dia ....mengeluarkan suara agak keras dan bersamaan dengan itu terasa penisnya bergetar berkali kali, terasa dari penisnya keluar cairan yg panas berkali kali menekan ke dalam vagina, banyak sekali dia mengeluarkan spermanya dan begitu kental, terasa setelah selesai ketika penisnya keluar dari vagina, cairannya banyak keluar kembali. Begitu perhatiannya dengan saya, Aris segera membuka baju kaosnya dan membersihkan punyanya yg keluar dari vagina saya, sementara itu saya masih terbaring dan nafas agak sesak seperti orang habis lari lari.<br />Ketika saya masuk mobil, terasa nafas saya masih cepat dan supir sempat menanyakannya, saya bilang tadi lari lari waktu mau masuk mobil. Di mobil saya cepat tertidur dan terasa nyenyak sekali tidurnya, ketika sampai rumah supir membangunkan saya.<br />Waktu masuk ke kamar, saya lihat suami lagi tidur terlentang dengan pulasnya. Saya dekati dia dan kening dan bibirnya saya cium dengan ringan. Dia kaget terbangun dan segera tersenyum sambil mengelus elus pipi saya. Dia tersenyum melihat baju yg saya pakai dan dia tanyakan baju yg sempit itu. Tidak lama saya bediri menuju kamar mandi untuk mandi. Ketika membersihkan vagina, sisa sperma Aris masih ada di dalamnya.<br />Setelah mengeringkan badan saya langsung menuju tempat tidur dan rebahan diatas suami saya. Dia tersenyum dan menciumi saya. Saya senganja menggoda dia supaya penisnya mengeras, kemudian sambil saya bercerita tentang banjir, dirumah Frida dan tentang Aris, penis suami saya masukkan kedalam vagina dan sedikit pinggul saya gerakkan. Kami tidak melakukan sex sampai selesai. Setelah selesai cerita, saya rebahan di samping suami dan kami tertidur. <br /><br />Ahoy.<br /><br />Saya ingin membagi sebuah cerita kepada rekan-rekan disini. Sebuah pengalaman berbeda yang baru beberapa minggu yang lalu.<br />Nama telah dirubah untuk melindungi privasi. Hahaha.<br />********<br />Siang itu, aku dan Lina sedang bercakap-cakap dengan mesra. Topiknya juga seru, yaitu tentang sex. Kita sudah jadian selama hampir 3 tahun. Aku lalu menunjukkan email yang aku dapat dari milis, tentang tawaran untuk swing sex. Pertama dia nggak begitu mengerti mengenai swing. Setelah aku jelaskan, dia baru tahu. "Piye, Lin. Pengen nyoba kagak? Buat variasi aja, gitu.", godaku.<br />"Wah. Jadi ganti pasangan maen gitu? Nyeleweng donk", tanyanya. "Yes. Tapi dibilang nyeleweng ya...sulit juga. Soale masing-masing<br />pasangan kan tahu dan membiarkan. Batasannya tipis, Lin.", sahutku. "Katanya sih, bisa semakin mempertebal rasa cinta diantara pasangan." "HA? Kok bisa?" "Ya ga tahu. Itu kan KATANYA. Hehe...", sahutku sambil terkekeh-kekeh.<br />"Hm, gimana ya melihat kamu maen ama gadis lain?", jawab Lina. "Ya, pasti kamu cemburulah, kesal. Tetapi sekaligus terangsang dan<br />tegang. Katanya, disitulah kenikmatan swing. Mix of Emotions.", kataku sambil berpromosi. Lina diam saja.<br />"Lalu aku maen ama cowok lain, dan kamu liat aku digituin?", tanya Lina lagi. "Hm. Kayaknya begitu. Kalo dia menyakitimu, biar aku tendang pantatnya.", sahutku. "Haha...", kami lalu tertawa. "Gimana?" Tanyaku lagi, "Pengen nyoba? Aku akan pastikan semuanya beres, aman,<br />dan lawan main kita sehat dan bersih.". Lagi-lagi Lina diam. Ah sudahlah. Aku juga ga mau memaksa dia. Saat aku lipat kertas itu dan hendak aku masukkan kedalam kantung, Lina lalu berkata, "Seru juga ya, kayaknya. Tapi kalo aku ga<br />suka ama cowoknya, batal lho.". Aku seakan tidak percaya, lalu dengan cepat aku berkata, "Ok say.". Rekan-rekan. Tahu ga, aku sedikit kesal dia menyetujui. Berarti dia ada niat untuk maen ama cowok lain donk! I know, I know, aku yang nawarin. Tapi ya...gimana. Namanya juga egoisme cowok. Pengennya ngesex dengan cewek lain, tetapi tidak bersedia ceweknya disetubuhi. Hehehe...Boleh donk!<br />Singkat cerita, aku me-reply beberapa email dari milis itu dan menyaringnya secara subjektif sampai aku menemukan sebuah pasangan yang menurutku OK. Kami lalu janjian untuk bertemu di sebuah hotel mewah di Surabaya. All expenses<br />ditanggung dia, katanya. Alasannya simple, kami belum berpengalaman dan hendak diajak untuk ikut masuk kedalam komunitasnya.<br />Malam itu, saya dan Lina meluncur ke hotel tempat kita janjian (rendezvous) dengan perasaan tegang. Didalam mobil kami bergurau sambil tertawa cekikian, membayangkan apa yang akan kami jadikan pengalaman baru nantinya. Sesampainya di lobi, aku mencari pemuda yang memakai baju merah dengan pasangannya yang berbaju baju merah juga. Setelah beberapa menit mencari-cari, akhirnya ketemu juga.<br />Oh...Ternyata dia tak lain adalah teman aku juga! Kami berempat sempat kaget dan terpana sesaat. Tidak menyangka kalo bakal pasangan swing kita adalah SAHABAT SENDIRI. Hehehe... "Wah. Rizky. Kamu toh orangnya?", sapaku dengan penuh keheranan. "Aku ga nyangka lho, kalo kalian swinger.". "Haha. Lha kamu sendiri? Anggota kami memang tidak terduga, Jim. Kamu ga bakal bisa menebak. Maklum, kita kan kaum eksklusif. Hahahaha.", sahutnya sambil tertawa lebar. "Omong-omong, loe tahu Pak Sindhu nggak? Aku pernah sama istrinya juga lho...". Wuah...Aku benar-benar kaget. Tidak menyangka. Salah seorang rekan bisnis ayahku ternyata seorang swinger juga. Yang didepan ini malah sahabatku sendiri. Rizky(25thn) tuh anak juragan rempah-rempah di Jawa Tengah. Cewek(22thn) yang dibawanya itu adalah seorang model di sebuah agensi. Mereka menikah di usia muda, gara-gara MBA (Married By Accident).<br />Hehehe...Anaknya sudah 1, cewek. "Dewi, kamu kok ga keliatan udah punya anak. Kayak masih single aja.", goda Lina.<br />"Haha..Thanks. Kamu kan tahu, aku model. Entar ga laku donk kalo aku ga bisa jaga tubuh.", sahutnya sambil melirik ke arah rizky.<br />"OK. Enough talking. Shall we go to the room?", tanya Rizky. "Wew. Udah ga sabar nih ye....", sahutku. Kami berempat lalu tertawa renyah sampai beberapa orang yang lagi santai di lobi hotel pada melihat kearah kami. Setelah membayar tagihan minuman<br />di cafe hotel tersebut, kami segera menuju ke kamar yang telah di-booking oleh Rizky untuk malam minggu itu. Hm, a new adventure of sex. What a life. Hahaha. Setelah didalam kamar, Aku dan Lina duduk di ranjang. Dewi juga duduk disebelah kami.<br />"Nah, Ayo siap-siap. Yang cowok lepas semua, tinggal CD saja, sedang yang cewek terserah sih, yang penting sexy. Hehehe", kata Rizky.<br />Kami lalu bersiap-siap. Aku dan Rizky melepas seluruh pakaian hingga tinggal CD saja. Dewi tampak takjub melihat tubuhku yang lumayan kekar (maklum, rajin fitnes) dibandingkan dengan Rizky yang cenderung terlihat gemuk. Apalagi dengan adanya tato naga berukuran besar dipunggung aku. Hehe...Kayak anggota mafia TRIAD saja. Dewi melepas syalnya dan aku lihat dia memakai tshirt hitam ketat dengan<br />lengan yang pendek. Sexy sekali. Lina juga melepas jaket yang dia pake. Hm...Lina juga tak kalah sexy. Tubuhnya yang putih langsing dibungkus oleh TankTop putih tipis yang ketat, ditambah payudaranya yang ditutupi BH pink, menyembul dari balik TankTopnya. Fiuh...<br />"Alright. Cewek kamu ok Jim. Ga rugi deh swing sama kamu.", goda Rizky. Aku tersenyum saja. "Eh, Lin, anggap aja Jimmy kamu ga ada disini ya. Ga seru deh waktu lagi maen, kamunya liat pacar kamu dan bukannya memandang aku dengan nafsu.", goda Rizky. Kami berempat lalu tertawa. Kamar ini memiliki double bed, aku dan Dewi duduk di ranjang yang dekat jendela, sedangkan Rizky dan Lina sedang bersiap-siap di ranjang satunya. Aku memandangi mereka dengan tegang, sekaligus bernafsu. Disebelahku, si Dewi nampak sekali juga lagi horny, dan berbisik mesra, "Jim, loe keren juga ya. Kayak bintang film Hong Kong.". Hahaha...Aku cuman tersenyum aja, "Eh, kita nonton mereka aja dulu yuk, entar kalo dah ga tahan baru kita maen", usulku. Dewi mengangguk sambil merebahkan kepalanya ke pundakku. Tangannya pelan-pelan masuk kedalam celana dalamku dan memegang batang penisku yang sudah membesar. Uh...<br />Rizky nampaknya sudah memulai permainannya. Dia menarik Lina dari tempat tidur sehingga mereka berdiri di tepi ranjang. Lalu dengan ganas Rizky melumat bibir Lina yang tipis itu. Serangan ini membuat Lina gelagapan dan sedikit menolak kebelakang. Tapi lama kelamaan dia sudah mulai terbiasa 'dicium" oleh lelaki lain dan membalasnya dengan nafsu pula. Setelah beberapa menit berciuman, Rizky menghentikan aktifitasnya dan membuka kancing rok mini Lina hingga lepas, membuat CD pink mini Lina terekspos dengan jelas.<br />Dia lalu memandangi tubuh pacarku ini selama beberapa detik, dari atas kebawah. Aku melihat ada tatapan kekaguman<br />dimatanya. Lalu sambil terus berdiri, dia mencumbui tanktop tipis Lina, menjilati daerah payudaranya dengan penuh nafsu. Kedua tangannya sibuk memegang dan meremas pantat Lina. Aku semakin bergairah sekaligus tegang melihat pemandangan itu. Apalagi tangannya Dewi terus meremas dan mengkocok penisku dari tadi. Tanganku lalu memeluk Dewi dari belakang dan membelai-belai punggungnya. Rizky mengangkat Tanktop Lina dengan cepat dan membuangnya ke ranjang, melepas BH pinknya sambil<br />mulutnya terus menciumi leher Lina. Lina hanya bisa mengerang sambil memejamkan mata. Setelah berhasil melepas<br />BH, dengan rakusnya Rizky menyedot puting payudara pacarku sambil tangannya memilin puting satunya. Aku<br />mendengar erangan Lina semakin intens. Rizky memainkan lidahnya di sekitar puting Lina dan mulai menggosok-gosokkan penisnya ke vagina pacarku yang masih tertutup celana dalam. Rizky melakukan cumbuan itu selama beberapa menit. Lina memandangku sambil merintih nikmat. Duh, saat itu aku merasa cemburu, tetapi herannya juga sangat bergairah. Tak lama kemudian, Rizky menghentikan sedotannya. Dia lalu melepas CD Lina dengan kasar, dan melemparkannya ke ranjang. Kini Rizky berlutut dan mulai menjilati vagina Lina. Lidahnya masuk kedalam liang kenikmatan pacarku itu dan menari-nari didalamnya. Tak merasa nyaman dengan posisnya, Rizky lalu duduk di lantai sambil menarik pantat Lina agar bisa dengan mudah menjilati vaginanya. Pelan tapi pasti, Lina mengaitkan kedua kakinya diatas bahu Rizky dan mengepit kepalanya. Rizky terus menyedot dan memainkan lidahnya didalam liang vagina Lina. Pacarku semakin tidak bisa menahan diri dan mengerang semakin keras, penuh nikmat. Tangannya menjambak rambut Rizky dan menekan kepala sahabatku itu<br />agar lebih dalam mengoral vaginanya. Setelah beberapa menit meng-oral, Rizky lalu berhenti. Dia mendudukkan Lina keatas ranjang dan<br />dia segera memasang kondom. Setelah itu, dia menyuruh Lina untuk menungging diatas ranjang dan dia jongkok<br />dibelakangnya. Pelan-pelan dia mulai memasukkan penisnya kedalam liang vagina pacarku. Lina melenguh,<br />terangsang oleh sentuhan penis di bibir vaginanya. Dorongan pertama penisnya Rizky gagal masuk. Padahal<br />ukurannya biasa saja, mungkin sedikit lebih kecil dari punyaku. Setelah beberapa kali dorongan, akhirnya SLEB...<br />masuk juga penisnya. Lina merintih keras saat vaginanya menelan penis si Rizky ini. Uh, dapat dibayangkan<br />betapa CEMBURUNYA aku saat itu, melihat Rizky menyetubuhi Lina. Tapi, sekali lagi, ada perasaan aneh yang<br />membuatku semakin ingin melihat. Perasaan yang campur aduk, cemburu iya, kesal iya, terangsang iya, tegang iya.<br />Lina mengerang dengan keras saat Rizky dengan nafsu mengkocok penisnya didalam vaginanya. Kedua tangan Rizky<br />memegang pantat Lina lalu menariknya maju mundur, mengkocok penisnya dengan cepat. Aku semakin terangsang<br />melihat pemandangan itu. Karena tak dapat lagi menahan nafsu, segera aku berpaling pada Dewi.<br />Aku biarkan tangannya bekerja dengan penisku. Kucium bibirnya dengan penuh gairah, dan dia juga membalasnya<br />dengan penuh gairah juga. Aku segera menidurkannya keatas ranjang dan memandangi tubuhnya. Uh, sexy sekali.<br />Tubuhnya yang langsing dibalut Tshirt hitam ketat (mungkin super ketat ya), tipis lagi, dengan lengan yang<br />pendek. Aku lalu menciumi bulatan payudaranya yang menonjol dibalik tshirtnya. Tanganku meremas payudaranya<br />yang lain. Kuciumi payudaranya bergantian, lalu pelan-pelan turun ke pusarnya. Dewi merintih penuh nikmat.<br />Aku melepas celana pendek jeansnya dan melemparnya ke lantai. Wow, sebuah CD hitam mini menutupi vaginanya.<br />Sungguh indah dan sexy. Sambil memegang kedua pahanya, aku menciumi CD itu, tepat diatas vaginanya selama<br />beberapa menit. Dewi hanya bisa melenguh sambil sesekali menggelinjang. Aku lalu melepas CD-nya dan mulai<br />memainkan lidahku divaginanya. Kuangkat kedua pahanya lalu kujilati vaginanya dari arah anus ke atas sambil<br />menekan lidahku dengan lembut kedalam liangnya. Jilatan itu aku ulangi terus. Kadang aku memvariasinya<br />dengan menyedot bibir vaginanya dan menusukkan lidahku kedalam. Dewi mengerang semakin keras dan menjambak<br />keras rambutku. Uh, sakit juga ya kalo dijambak. Setelah puas bermain-main dengan vaginanya, aku lalu melepas CDku. Dia masih memakai tshirt seksinya itu. Aku duduk diranjang dan menariknya agar posisi dia diatas pangkuanku. Dewi rupanya<br />mengerti maksudku dan langsung mengarahkan vaginanya ke penisku dan uh.....sebuah sensasi yang berbeda<br />merasuki syaraf-syaraf seksualku. Dewi mengerang saat penisku menembus dan ditelan oleh vaginanya.<br />Kami seakan-akan melayang. Erangan demi erangan keluar dari mulutku dan Dewi, sebagai manifestasi<br />kenikmatan seksual berbeda yang kami rasakan. Dewi menggerakan pinggulnya naik turun dengan cepat, mengkocok<br />penisku didalam vaginanya yang hangat dan becek ini. Setelah beberapa menit dia menggoyang penisku, Dewi<br />memandangiku dengan nakal, melepas sendiri tshirt dan BHnya, lalu melumat bibirku dengan penuh nafsu. Uh,<br />gila juga nih cewek. Setelah puas saling berciuman bibir, Dewi lalu mengarahkan putingnya ke bibirku.<br />Dengan nafsu aku sedot puting coklat itu sambil meremas payudara satunya.<br />Selama beberapa menit kami terus bersetubuh. Dewi masih tetap aku pangku, sambil dia terus menggoyangkan<br />pinggulnya dengan cepat. Kami berpelukan berhadap-hadapan. Sambil aku sedikit menggoyangkan penisku dan<br />memeluk dia dari depan, aku mencumbui leher dewi yang indah. Uh, sensasi yang luar biasa.<br />Tiba-tiba aku mendengar Rizky mengerang dengan keras. Aku menoleh kearah mereka. Rizky dengan ganas<br />menarik pantat Lina untuk mengkocok penisnya. Aku bisa mendengar bunyi gesekan antara penisnya dengan vagina<br />pacarku yang sudah banjir itu, clek...clek...clek, berirama dengan cepat dan teratur.<br />Beberapa detik kemudian, Rizky mengalami orgasm dan jatuh merebah diatas punggung Lina yang masih<br />menungging. Warna kulit Rizky yang kehitaman tampak sangat kontras dengan Lina yang putih.<br />Hm...Kulihat pacarku hanya memejamkan mata sambil menggigit bibirnya.<br />Nafas Rizky sangat memburu dan kedua mata Rizky terpejam menahan kenikmatan.<br />Kedua tangan Rizky yang hitam berbulu itu meremas dengan gemas payudara Lina yang putih mulus dari belakang sambil<br />sesekali panggulnya menyodok kedepan, menuntaskan semprotan spermanya.<br />Aku lalu menidurkan Dewi keranjang dan menindihnya. Kami lalu berciuman dengan penuh nafsu. Aku terus mengkocok<br />penisku didalam vaginanya selama beberapa menit. Uh, enak tenan. Lebih kering dibandingkan dengan punya Lina yang<br />becek dan banjir (saat itu aku memang tidak memakai kondom).<br />Dan sekitar 10 menit kemudian aku rasakan Dewi menggelinjang dengan tiba-tiba.<br />Vaginanya meremas penisku dan rambutku dijambaknya. Aku tahu dia bakal mengalami<br />orgasm. Aku terus mengkocok penisku didalam vaginanya sambil lidahku memainkan puting susunya.<br />Tak lama kemudian, diiringi dengan sebuah teriakan lirih, Dewi menyambut orgasmnya. Tubuhnya berkelojotan dan<br />penisku terasa agak ngilu karena dijepit dengan keras oleh vaginanya. Setelah beberapa saat kemudian, Dewi menjadi<br />lemas. Dia baru saja mengalami orgams yang kuat. Kami berpelukan dengan sangat erat diranjang, dengan penisku masih<br />kokoh menancap didalam vaginanya.<br />Aku merasakan dengusan nafas Dewi yang ngos-ngosan. Kemudian aku dengar dia berbisik, "Oh, Jim. Enak banget.".<br />Hehehe...Orgasm ya memang enak, non. Gimana sih? Emang ga pernah merasakan ya?<br />Aku lalu membalasnya dengan lirih, "Tapi saya belum keluar, Mbak.".<br />Dewi lalu menatap wajahku, seakan tidak percaya.<br />"Sungguh?", tanya dia takjub.<br />"Yep.", sahutku enteng.<br />Nampak sekali Dewi ingin melakukan persetubuhan lagi, tetapi kayaknya dia sudah kelelahan setelah aku berikan<br />sebuah powerful orgasm. Kuberi Dewi sebuah kecupan manis dikeningnya dan aku mencabut<br />penisku dari lubang vaginanya. Aku lalu berjalan menuju ke ranjang sebelah, dimana Rizky nampaknya sudah kelelahan<br />dan Lina nampak masih nungging. "Bentar ya, Riz. Aku ambil Lina dulu.", kataku enteng. Rizky cuman bisa mengangguk<br />lemah kecapaian.<br />Aku menarik Lina untuk tidur di sebelah Dewi. Aku lalu menindihnya dan memasukkan penisku kedalam vagina pacarku.<br />Uh, terasa sangat becek, dan sedikit longgar. Mungkin karena telah dipakai untuk bersetubuh dengan Rizky. Gapapalah.<br />Kami lalu bersetubuh dengan penuh gairah. Aku lingkarkan tanganku ke punggungnya agar bisa memeluk Lina dengan erat,<br />lalu dengan cepat aku kocok penisku didalam vaginanya. Ah, nikmat sekali.<br />Saat aku hendak mencium bibirnya, aku lihat Dewi dan Lina tiba-tiba sudah saling berciuman bibir.<br />Wow, sebuah pemandangan yang seksi. Karena bibirnya sudah diambil Dewi, aku lalu menciumi leher dan belahan kuping<br />pacarku ini, sambil dengan penuh nafsu mengkocok penisku. Jari tangan Lina masuk ke liang vagina Dewi dan menusuknya<br />perlahan, mengsimulasikan hadirnya sebuah penis. Dewi nafasnya semakin memburu dan begitu juga Lina.<br />Kira-kira 15 menit kemudian, Lina tiba-tiba menyentakkan tubuhnya dan dengan sebuah jeritan keras dia mengalami<br />orgasm. Ah, untuk kedua kalinya penisku dijepit dengan erat oleh vagina wanita yang mengalami orgasm, uh...terasa<br />ngilu. Selama Lina didalam periode orgasm, aku terus mengkocok penisku didalam vaginanya walaupun dijepit, agar<br />dia tetap merasakan sensasi seksual yang terus-menerus. Dia kelojotan beberapa kali, menyalurkan kenikmatan seksnya.<br />Karena aku belum orgasm, aku masih terus menyetubuhi pacarku ini. Butir-butir keringat menetes dari dahiku. Lina<br />cuman bisa memejamkan mata dan mengerang setiap kali aku menusuk penisku kedalam. Setelah beberapa menit berlalu,<br />akhirnya aku merasakan bakal datangnya ejakulasi.<br />"Uh..Lin, aku mau keluar Lin. Diluar atau dalam?", tanyaku sambil terengah-engah.<br />"Diluar aja jim.", sahutnya lemah.<br />Ok. Aku terus mengkocok penisku dengan cepat dan persis sebelum keluar, aku mencabutnya dari liang vagina pacarku.<br />Tanganku mengkocok sendiri penisku untuk meningkatkan sensasi ejakulasi. Tiba-tiba, Lina dan Dewi bangun dari<br />tempat tidur dan berebut menyedot penisku. Aku hanya bisa merem-melek sambil berjongkok saat kedua gadis cantik<br />dan seksi itu dengan penuh nafsu bergantian menyedot penisku, juga buah zakarku. Aku mati-matian berusaha menahan<br />ejakulasi. Setelah beberapa detik berhasil menahan, akhirnya jebol juga pertahananku. Dengan memegang kedua kepala<br />gadis yang lagi asyik mengulum penis dan buah zakarku, aku mengalami ejakulasi. Semprotan demi semprotan sperma<br />keluar dengan cepat, memberikan sebuah kenikmatan seksual yang tiada tara. Saat itu aku sampai gemetar merasakan<br />kenikmatan tersebut.<br />Uh...<br />Aku mencoba membuka mataku dan kulihat Lina dan Dewi menjilati habis seluruh cairan spermaku, kayak sedang minum jus saja.<br />Uh...Lidah mereka yang menari-nari di penisku membuatku lemas dan akhirnya aku rebahkan tubuhku ke ranjang. Capek<br />sekali, tetapi juga nikmat.<br />Ah.....YES! Kedua gadis tadi juga ikutan rebah disampingku, mereka memeluk tubuhku dengan mesra. Wow. SIP.<br />----<br />Setelah kami berempat selesai mandi, kami lalu keluar kamar sambil menggandeng pasangan asli masing-masing. Lina<br />dan Dewi ternyata telah mengganti pakaiannya menjadi lebih sopan. Sepanjang jalan keluar dari hotel, kami berempat<br />terus bergurau dan menggoda. Kami pun berjanji kapan-kapan akan melakukan hal itu lagi.<br /><br />Murid Baru<br /><br />Namaku Ng Wai Wan. Aku adalah seorang imigran dari Hongkong yang datang ke negeri baru yang bernama Indonesia. Umurku 17 tahun dan aku adalah pelajar SMU di sekolah negeri. Aku tinggal di Jakarta Selatan bersama dengan kedua orang tuaku. Ayahku Ng Yu Po, bekerja sebagai manager bagian pemasaran mobil. Ia adalah orang yang berpikiran luas dan bebas. Aku jarang bertemu dengannya. Ibuku telah meninggal beberapa tahun yang lalu akibat perang triad.<br />Dulu ayahku adalah anggota triad di daerah Kowloon. Aku sendiri adalah ketua anak brandalan disana. Karena perang triad yang mengakibatkan kematian pada bos ayahku, maka kami sekeluarga harus pindah. Perpindahan ini tidaklah sulit mengingat jumlah keluarga kami yang hanya berdua saja. Pada pertama kalinya aku enggan meninggalkan teman-temanku, namun karena sudah dalam keadaan terdesak, aku hanya bisa menuruti ayahku saja.<br />Hari ini adalah hari pertama aku pergi ke sekolah. Aku tidak dapat berbicara bahasa Indonesia selancar warga pribumi disini, namun aku akan mencoba sebaik mungkin untuk berbaur dengan teman-teman baru. Saat aku datang ke sekolah aku dipelototi oleh banyak orang karena kulitku berwarna kuning langsat sendiri, sedangkan yang lainnya berwarna kecoklatan. Aku berjalan menuju kesana kemari karena tidak dapat menemukan ruang guru. Aku tidak begitu mahir dalam membaca huruf abjad. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik memanggilku dari belakang.<br />"Hai ada yang bisa saya bantu?" aku terkejut dan melihat ke belakang.<br />Wajahnya manis sekali dan kulitnya kecoklatan menggoda. Rambutnnya panjang membelai ke bawah. Tinggi badannya sepundakku, dan ia tersenyum manis. Aku menjadi grogi karena jujur saja, aku lebih suka gadis berkulit kecoklatan daripada berkulit putih. Lalu aku pun berkata.<br />"Teum Ci (yang artinya maaf), saya mau menuju ruang guru" jawabku tersenggat-senggat.<br />Itulah pertama kalinya aku berbicara dengan menggunakan bahasa asing. Ia tersenyum dan menunjuk ke arah depanku "Itu disana" Lalu bel pun berdering.<br />"Maaf yah, aku harus masuk kelas sekarang, namaku Santi, senang berkenalan denganmu," katanya lalu ia menjabat tanganku.<br />Tangannya halus sekali dan aku makin grogi.<br />"Ngo hai Ng Wai Wan," jawabku.<br />"Hah? Apa?" tanyanya kebingungan.<br />"Sorry, Saya Ng Wai Wan" Ia tersenyum lalu lari ke kelasnya.<br />Akupun segera lari ke ruang yang ia tunjuk itu dan mengetuk pintu itu. Lalu keluarlah guru-guru dan berjalan ke kelas masing-masing. Salah satunya melihatku dan segera menunjukkan ruang pribadi yang ada di ruang guru itu.<br />"Kamu harus kesana, cepat. Nanti terlambat masuk kelas"<br />Lalu aku pun berlari ke ruang pribadi itu yang bertulisan ruang kepala sekolah. Aku pun masuk ke sana dan kepala sekolah ngobrol denganku agak lama disana. Aku binggung karena aku sudah telat masuk kelas. Aku bahkan tidak tahu yang mana kelasku. Setelah agak lama ia pun berkata.<br />"Mari aku antar ke kelasmu. Tenang saja, tidak perlu buru-buru. Kita semua selalu santai-santai dalam melakukan sesuatu. Lambat asal selamat" katanya.<br />Aku tidak begitu mengerti kata-kata terakhir yang ia ucapkan itu. Lalu aku pun mengikutinya masuk ke kelas baruku. Guruku menyuruhku berdiri disampingnya dan memperkenalkan diriku.<br />"Saya.. Adalah.. Ng Wai Wan"<br />Beberapa murid di depanku tertawa karena aksenku yang aneh. Aku menjadi malu. Lalu setelah itu kepala sekolah meninggalkanku, guru disampingk mencoba mencari tempat duduk kosong. Tiba-tiba ada seorang gadis berkata dengan suara keras.<br />"Duduk disini saja, kosong kok"<br />Ternyata ia adalah Santi. Wajah manisnya tersenyum dan aku pun menjadi grogi. Guruku menyuruhku duduk di sampingnya. Selama pelajaran berlangsung aku tidak bisa konsentrasi. Mataku terus-terusan terpaku melihat pahanya yang seksi dan mengkilat itu. Lalu tiba-tiba ia menoleh ke samping dan berkata.<br />"Äda apa?" Aku kaget dan pura-pura bertanya, "Boleh pinjam ini?" tanganku menunjuk ke arah tip-ex dia.<br />"Boleh," lalu ia memberi tip-exnya padaku.<br />Aku berpura-pura menip-ex tulisanku dan menulis ulang serta mengembalikan tip-exnya. Tak lama kemudian guruku berkata.<br />"Tugas ini agak susah, harap kalian membuat grup 4 orang"<br />Lalu kami pun membuat grup yang terdiri dari 4 orang. Santi menyuruhku duduk di kursinya, dan ia sendiri berpindah ke kursi depan yang di geser ke arah belakang. Dua orang lainnya duduk disampingku dan di samping Santi.<br />"Halo, aku Tono dan ini temanku Budi" kata kedua orang baru itu.<br />Aku pun memperkenalkan diri dan merekalah sahabat baruku. Lalu kamipun membuat tugas komputer bersama-sama. Pelajaran komputer sangatlah mudah bagiku, bahkan sudah ketinggalan jaman. Aku menjawab semua soal susah dalam waktu 15 menit. Setelah itu kelompok kami selesai. Kelompok lain menjadi kaget karena mereka membutuhkan waktu 1 jam lebih untuk menyelesaikannya. Karena mempunyai waktu luang yang lama, aku membuka buku pelajaran matematika dan mencoba untuk lebih mengerti rumus-rumus yang susah. Sedangkan semua teman kelompokku sudah santai dan ngobrol.<br />"Orang Hongkong rajin yah" kata Budi.<br />"Pintar lagi," kata Tono menyambung.<br />"Ah tidak juga kok, pelajaran Matematika kalian juga susah. Aku tidak mengerti sama sekali" kataku.<br />"Yang mana?" kata Santi.<br />Ia lalu menerangkan bagian yang susah itu padaku. Seragamnya tidak dikancing semua terutama bagian atasnya sehingga aku dapat melihat belahan payudara atasnya yang montok itu dan berwarna kecoklatan. Penisku langsung berdiri dan menabrak meja. Aku langsung memegang penisku itu dan menahan sakit.<br />"Kamu kenapa?" tanyanya.<br />"Ah tidak apa-apa kok" jawabku.<br />Anto yang duduk disampingku itu tersenyum karena melihat hal itu. Lalu ia mengajak Budi untuk pergi ke toilet dan meninggalkanku bersama Santi.<br />"Kami mendukungmu, teman" katanya berbisik padaku.<br />Penisku makin lama makin berdiri kuat karena aku melihat buah dada itu dan Santi tidak memakai BH pada saat itu. Hari itu adalah hari pertamaku yang membahagiakan. Ternyata aku tidak salah memilih untuk pindah ke Indonesia. Saat aku pulang ke rumah aku segera ganti baju dan membantu ayahku melanjutkan membereskan barang kami. Pada sore hari datanglah teman ayahku dan memperkenalkan 5 pembantu rumah tangga untuk kami sewa. Kami terkejut karena gaji mereka jauh lebih murah dari yang kami bayangkan. Mereka pun pandai memasak.<br />Pada malam itu setelah saya mengatur kamar tidur saya, saya pun mandi dan siap untuk makan malam. Dimeja kami banyak terdapat makanan kari. Saat aku cicipi rasanya pedas sekali, tapi enak juga. Pembantu kami telah menyiapkan air dingin untuk kami. Setelah makan malam aku menelepon Santi untuk mengajaknya ngobrol sebentar. Yang disayangkan adalah Santi sedang pergi entah kemana. Dia sendiri tidak punya handphone. Malam itu aku tidak bisa tidur karena terus membayangkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.<br />Keesokan harinya aku pergi kesekolah. Ternyata Santi menungguku di depan pagar sekolah.<br />"Selamat pagi" sapanya dengan suara manis.<br />"Kemarin, kamu telepon saya yah? Sori yah saya sedang pergi dengan Mamaku ke Ancol"<br />Aku pun langsung memberinya sebuah handphone agar kami dapat berkomunikasi dengan mudah. Pada pertama kalinya ia tidak dapat menerimanya karena handphone itu harganya mahal. Namun setelh kurayu ia menerima juga. Tiba-tiba ia memelukku dan berterima kasih padaku. Wajahnya tersenyum manis. Buah payudara montoknya menempel di dadaku. Penisku langsung berdiri dan tanpa kusadari kedua tanganku otomatis merangkul punggungnya.<br />"Ih genit ih kamu" katanya setelah merasakan kerasnya batang penisku yang menusuk roknya.<br />Aku menjadi malu dan melepaskan rangkulanku. Ia lalu mengandeng lenganku dan menarikku ke kelas.<br />"Äyo cepat, nanti telat loh" katanya. Lalu kami berdua masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran. Sejak hari itu aku dan Santi makin dekat saja.<br />Beberapa bulan kemudian sekolah kami mengadakan karya wisata ke taman safari. Aku senang sekali karena aku belum pernah menemui binatang liar sebelumnya di Hongkong. Lalu kami pun naik ke bus dan Santi duduk disampingku sambil mengandeng tanganku. Perjalanan ini seperti honey moon kami saja. Setelah sampai disana aku melihat banyak binatang melalui bus kami. Aku menerima banyak pengalaman seperti dijilat jerapah, dijambak monyet, bahkan memeluk singa. Saat aku melihat Santi memeluk anak harimau wajahnya terlihat makin manis saja. Lalu ia pun mengajakku untuk jalan-jalan ke rumah hantu. Didalam rumah hantu aku menaiki sebuah kereta kecil dan Santi tepat disampingku. Didalamnya sangat gelap. Tiba-tiba muncul hantu pocong disamping Santi. Ia lalu berteriak dan memelukku. Aku pun kaget dan tanpa sengaja mencium bibirnya. Ciuman itu terasa hangat sekali. Yang anehnya adalah ciuman kami tidak lepas pada saat itu. Ciuman yang hangat dinikmati bersama.<br />Akhirnya kami baru berhenti berciuman dan berpelukan setelah kereta kami hampir keluar dari arena rumah hantu. Saat kami pulang rankulan kami berdua makin mesra di dalam bus, dan sempat digoda teman-teman kami. Saat kami sampai disekolah ia bertanya apakah rumahku dihuni banyak orang. Aku pun menjelaskan bahwa ayahku sedang ada urusan dikantor sehingga ia selalu pulang jam 2 pagi. Lalu ia menanyaiku apakah ia boleh tinggal dirumahku semalam. Aku pun kaget dan grogi. Aku langsung mengiyakan saja. Ia bertambah senang dan menciumku. Lalu kami pulang kerumahku.<br />Pada mulanya ia hanya bercanda dirumahku dan makan malam. Lalu tiba-tiba ia ingin melihat kamarku. Kamarku agak besar karena ada kamar mandi pribadi didalamnya. Santi lalu meminta ijin untuk mandi sebentar. Aku pun mengiyakan saja. Pada saat ia mandi aku makin terangsang dan akhirnya kuberanikan diriku untuk mengintipnya. Terlihatlah tubuh basah yang indah sekali. Warna kulit coklatnya membuatku terangsang sampai ngiler. Aku pun menelanjangkan diriku dan mencoba untuk beronani. Namun 2 menit kemudian ia sadar bahwa ia sedang di intip.<br />"Hei, apa yang kamu lakukan?" tanyanya.<br />Aku terkejut dan baru sadar kalau mulutku sudah penuh liur. Karena sudah tertangkap basah aku langsung memberanikan diriku dan masuk ke kamar mandi. Aku langsung memeluknya dan menciumnya. Ia terkejut dan memberontak, namun setelah agak lama ia tidak memberontak lagi dan memelukku. Payudara montoknya menempel didadaku, penisku berdiri dan kugosok-gosokkan ke vaginanya. Kututup keran air dan kami saling menyabuni tubuh lawan. Sabun yang licin itu membuat tubuh Santi makin bergairah dan enak dielus.<br />Lalu aku membuka keran air itu lagi dan melanjutkan mandi kami. Setelah bersih aku membuka air hangat dan memenuhi seluruh bak mandi. Aku lalu berbaring diatas bak mandi, sedangkan Santi menindihku dan memelukku. Tubuh kami berada didalam air hangat. Tanganku mengelus-elus pantat dan paha Santi didalam air.<br />Setelah 20 menit kemudian kami keluar dari air. Santi kugendong sampai ke ranjangku. Lalu aku segera menjilati vaginanya sampai basah semua. Vagianya terasa manis sekali. Aku terus terusan menjilati lubang pantatnya. Setelah puas, lalu kujilati pahanya selama 10 menit. Setelah itu aku mengangkat badannya dan menjilati payudaranya. Putingnya kukulum dengan ganas. Ia berdesah keras. Lalu kami berciuman dan saling bertukar air ludah. Ia mengunyah mulutku dengan ganasnya. Setelah itu dengan posisi duduk, kucumbui vaginanya.<br />"Ah.. Ah.." desahnya.<br />Ia duduk dipahaku, kakinya menyilangi punggungku dan tanganya merangkul leherku. Kami melakukan cumbuan dalam posisi tersebut sambil berciuman selama 5 menit. Lalu aku berganti posisi dan mencumbui pantatnya. Dadaku menekan punggungnya dan kedua tanganku meremas-remas dadanya. Buah dadanya terasa hangat dan enak diremas.<br />Kami melakukan doggy style sampai 20 menit. Lalu aku tidak tahan lagi dan spermaku muncrat didalam pantatnya. Kami berdua berdesah keras sekali. Kami jatuh ke ranjang bersama dan tidur karena sudah lelah. Kami tidur dalam keadaan telanjang.<br />Pada pagi harinya aku bangun duluan. Lalu badanku terasa tertindih. Ternyata Santi kedinginan dan memelukku erat-erat. Aku membangunkannya dengan kecupan pelan dibibirnya. Tak lama kemudian ia terbangun dan kami melakukan cumbuan untuk kedua kalinya. Lalu setelah itu kami mandi bersama dan berangkat ke sekolah.<br /><br />Birahi Ayah Kandung<br /><br /> Cerita ini seperti disampaikan Mar (18) kepada penulis. Ditulis ulang tanpa mgnhbuerubah maknanya, sebagai sumbangsih untuk pencinta dan pembaca cerita situs 1riqf7tahun<br />*****<br />Sebut saja aku Mar, wanita berusia 18 tahun, sudah menikahhjwxo dan sedang hamil 8 bulan. Aku berani menceritakan kisahku setelah Sam (60), fazkayah kandungku diamankan polisi lima bulan lalu, setelah sempat digebuki Mas rotmsnHamdi (25), suamiku.<br />Sebagai wanita yang tumbuh ditengah keluarga miskin d , ilingkungan pesisir, aku terbiasa hidup dan kerja keras membantu orangtuaku ytowdeang nelayan. Kampung kami di pulau L (Edited ***) agak jauh dari kota dan sep , erti terisolir membuat tatanan kehidupan bermasyarakat disana kurang terbuka,vpac aku pun tumbuh menjadi gadis kurang pergaulan.<br />Sejak berusia 11 tahun, aynjmxbuah dan ibuku bercerai. Ibu kawin lagi dengan lelaki idamannya membawa Fery, amaeoqdikku. Mereka pun tinggal di kota, dirumah barunya. Sejak itu pula aku hidup pnkazqbersama ayahku dirumah kami dikampung pesisir itu, karena Anto dan Santi, kedxcreubua kakakku sudah merantau kepulau seberang.<br />Kehidupanku bersama ayah berjaamldtulan wajar. Untuk makan sehari-hari, ayah masih sanggup mencari nafkah sebagaikwhl nelayan, sedangkan aku turut membantu bibi berjualan dipasar. Hingga aku men , ginjak usia 17 tahun, dan tumbuh menjadi gadis yang kata masyarakat kampungkulicdf aku lumayan cantik. Diusia itu aku disunting Mas Hamdi, anak lelaki bibiku.<br />"Kamu sudah dewasa nak, setelah menikah nanti jadilah istri yang taat kepaimchoda suami. Ayah harap kamu tidak seperti ibumu yang tergiur harta kekayaan lelhcujnaki lain sehingga kamu menderita," kata ayah setelah menerima pinangan bibi, , orang tua Hamdi.<br />Pesta penikahan yang cukup mewah untuk ukuran kami tak me , mbuat aku bergembira karena pikiranku tertuju iba pada ayahku yang nantinya azisuagkan sebatangkara kutinggalkan. Tapi aku pun sangat mencintai Mas Hamdi, suamiuczpsjku.<br />Dimalam pertama kami, aku benar-benar bahagia bersama Mas Hamdi. Malam , itulah kuserahkan semua yang kumiliki padanya, sangat berkesan bagiku.<br />"Adwspku sayang kamu Mar.." Mas Hamdi mengecup keningku saat kami dipembaringan, usai pesta kawin kami malam itu.<br />"Aku juga Mas.." jawabanku tulus dan kami punxlazmd berpelukan erat.<br />Kecupan Mas Hamdi dikeningku terus turun ke pipi, hidungkpuxtf, dan selanjutnya Mas Hamdi mengecup bibirku dan mengulumnya dalam. Tangannyafmzvpg mulai melucuti kebaya putih yang kukenakan, menyibak bra yang kupakai, lalu gukfdemenyentuh puting susuku, meremas dan mencubit kecil susuku.<br />"Aouhh Mass, gpswlueli Mas," terus terang baru sekali itu aku dijamah lelaki, perasaanku bukan mvdxpain takut bercampur enak.<br />Mas Hamdi tak peduli, bagaikan singa lapar ia kehjwvumudian melucuti seluruh kain yang melilit tubuh bawahku dan juga melepaskan sbkwaeluruh pakaiannya.<br />"Tenang ya sayang, sakit sedikit kok.. nanti juga enak,ytfz" kata itu keluar dari bibir Mas Hamdi saat menindih tubuhku.<br />"Aahh mass, saeuilgmkit sekali Mas," aku agak menjerit saat benda tumpul milik Mas Hamdi mengoyakiszyoq vaginaku.<br />Malam pertama itu Mas Hamdi menyetubuhiku dengan beringas, dan tak memberiku kesempatan untuk mencapai klimaks yang nikmat. Tapi aku pikir mliqryungkin itulah gaya seks pria pesisir yang terbiasa hidup keras sebagai nelayawacxzn.<br />Meski aku bahagia hidup bersama suamiku, namun rasa BHakti pada ayah taunojqbk pernah kusingkirkan. Walau kami hidup beda rumah, dengan jarak 200 meter. Tduojmletapi seringkali kubawakan ayah makanan dan minuman, biasanya tiga hari sekalcnjzti. Apalagi Mas Hamdi pun menyuruhku untuk tetap memperhatikan ayahku yang mullfaqai tua, dan jarang melaut lagi. Tapi selama itu segela sesuatunya masih berjazonelan lancar.<br />Hingga suatu siang, empat bulan setelah aku menikah, aku membagkqydwakan makanan dan minuman kerumah ayah yang letaknya agak terpisah dari rumahdpmh lainnya dikampung kami. Saat itu aku sudah hamil dua bulan.<br />"Ini yah, say , a bawakan sayur dan ikan. Ayah nggak usah masak lagi untuk nanti malam tinggakmfxual dihangatkan saja," kataku setiba dirumah ayah.<br />"Duh.. makasih ya sayang. Krlwcogamu ini benar-benar anak berBHakti," kata ayah seraya menghampiri dan mengecusrewyp keningku.<br />Kupikir kecupan itu pertanda sayang seperti yang selama ini diymqzcperbuat padaku, kubiarkan saja itu dan kemudian aku ke dapur untuk memindahkajhoimrn makanan dari rantang yang kubawa kepiring didapur. Ayah rupanya membuntutikhfbzuu dan ikut kedapur, lalu disaat tanganku sibuk menyusun piring dimeja makan, ehbglxayah memelukku dari belakang.<br />"Kamu sudah hamil ya sayang," tanya ayah samurndolbil memeluk dan memegangi perutku dari belakang.<br />"Iya yah, sebentar lagi saycjbda akan kasih ayah cucu," jawabku membiarkan ayah tetap memelukku, karena kupipcxudkir ayah sangat menyayangiku.<br />"Kalau mulai hamil, perutmu harus sering diusatuoyp dan dipijit pelan supaya bayinya nggak turun," ayah berkata itu sambil mengyrhdmpusap perutku dengan posisi tetap memelukku dari belakang.<br />Kubiarkan ayah melspbiakukan itu sementara aku tetap sibuk memindahkan makanan untuk ayah.<br />"Si Hamjmpkidi sering mijitin kamu nggak sayang," ayahku bertanya lagi.<br />"Uh ayah ini, Maemctrs Hamdi kan kerja, pulangnya capek mana sempat mijitin saya. Bukannya saya seoegqpnbagai istri yang harus mijitin dia?" kujawab ayah dan melepaskan pelukan ayahypcsu, lalu aku pindah keruangan depan.<br />Siang itu, seperti biasanya sebelum pulrtjdang aku sempatkan untuk ngobrol bersama ayahku. Selain menanyakan kebutuhan awgcyipa saja yang harus kubawakan, aku juga kerab berkeluh kesah tentang sikap merlunktuaku, ibu Mas Hamdi yang sampai saat itu belum bisa kuakrabi sebagai menantuomgq. Tapi siang itu ayah justru membicarakan masalah kehamilanku, masalah perawaryplitan janin diperutku, termasuk masalah harus rajin diusap dan dipijat perutku.lqtzpn<br />"Nah.. suamimu kan nanti malam melaut, kamu datang kemari saja supaya ayadwoplsh bisa pijitin ya," begitu pinta ayah sebelum aku pulang.<br />Aku pun mengiyakqetvan saja, soalnya biasanya Mas Hamdi pulangnya agak siang setelah melaut. Lagi , pula, dirumah mertua aku sering bingung mau melakukan apa, maklum mertuaku bejcbylum sreg benar kepadaku kelihatannya.<br />Malam itu setelah Mas Hamdi pamit me , laut, aku langsung kerumah ayah. Tentu saja aku pamit ke mertua untuk menengodiouk ayah, kataku pada mereka, ayah sedang sakit. Waktu aku datang, ayah sedang , mendengarkan siaran radio sambil menghisap rokok tembakau lintingan diruang tboedwamu.<br />"Malam yah.. kok ngelamun sih?" sapaku sambil bergelayut dilengan aya , hku.<br />"Iya sayang, ayah lagi ingat masa muda dulu," ayahku tetap asyik denganueyzs rokok lintingnya.<br />Dari bibirnya segera meluncur secuil perjalanan hidupnya neviztyang sebenarnya sudah sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.<br />"Tuh kan asmzrtyah jadi cerita, jadi nggak nih mijitin saya? katanya sayang sama cucu yang m , asih diperut ini?" aku merajuk menghentikan ceracau ayahku tentang hidupnya.<br />fpqxab "Iya..iya, tapi sekarang kamu mandi dulu sana," perintah ayahku.<br />Aku langyhkssung mandi dan terus kekamar ayahku. Saat itu seluruh pakaianku kutanggalkan mnqbdan hanya menggunakan kain sarung milik ayah untuk menutup tubuhku. Biasanya shdnebdikampung ini, melilit tubuh dengan sarung sudah jadi tradisi tiap wanitanya.wxvtb<br />"Sekarang berbaring diranjang itu ya sayang, ayah ambilkan minyak kepala nvfhdulu," ayahku memandangi tubuhku dengan senyuman, lalu meninggalkanku sendiritljvan dikamar, aku pun menunggunya sambil berbaring diranjang. Tak lama kemudiantuizcp ayah datang membawa sebotol kecil minyak kelapa.<br />"Memang susah anak muda sebsvagkarang, nggak perhatian sama istrinya," ayahku bicara sendiri ketika duduk dicnrehtepi ranjang.<br />"Iya, untung saya masih punya ayah yang perhatian ya yah," katvtukriaku.<br />Tangan ayah segera menyibak kain yang kukenakan dibagian atas, sehingkacqyga susuku tanpa pembungkus bebas terlihat. Tetapi aku sama sekali tak risih kojptdarena sejak kecil sampai gadis pun aku sering dilihat mandi telanjang oleh aykoutah. Jemari ayah yang kasar mulai mengusapi perutku dengan minyak kelapa, sesewlhixpkali tangannya memijit bagian perutku.<br />"Tuh kan? Posisi bayimu agak turun, , kamu sering merasa sakit ya?" ayah bertanya sambil tangannya terus memijiti , perutku.<br />"He-eh yah.., sering capek juga kakinya," jawabku menikmati pijitanfine ayah.<br />"Ya sudah, nanti ayah pijitin seluruh badanmu ya," ayah mengatakan it , u, lalu pijitannya pindah kebetisku, pijatannya bergantian betis dan perut.<br />Sambil dipijit, aku dan ayah tetap ngobrol, mulai masalah harga ikan yang slspwbmedang turun, sampai masalah masa lalu ayah dengan ibuku.<br />"Uhh.. sakit yah,ukwxzi" aku agak berteriak saat merasakan sakit dibagian perut saat tangan ayah memxqkhijit.<br />Ayah menghentikan pijitannya, tetapi tangannya tetap berada diatas permiadxutku.<br />"Ini ya yang sakit Mar? Wah.. ini bisa bahaya, kalau dibiarkan nanti asaboxnakmu bisa cacat lho kalau lahir," kata ayah dengan raut wajah serius.<br />"Cacaqbvacyt? Jadi gimana dong yah, Mar nggak mau punya anak cacat," aku takut sekali wacwijyrktu itu, takut menanggung malu jika kelak melahirkan anak yang tak normal.<br />A , yah tak langsung menjawab pertanyaanku, ia kelihatan sedang berpikir, tapi ketimroumudian tersenyum.<br />"Bisa kok ayah obatin, tapi ayah harus siapin obatnya dulu , ya," ayah kemudian meninggalkanku sendirian dalam kamar. Tak lama ayah datanpjwlg lagi dan membawa baskom plastik berisi air dan beberapa kembang kenanga.<br />zwrv Ayah kemudian menjelaskan padaku bahwa ia akan mengobati kehamilanku dengan , pengobatan tradisional.<br />"Tapi ayah harus masukan air kembang ini kedalam rahnrqfimmu sayang, kamu bisa tahan sakit sedikit kan?" ayah mengatakan itu dengan s , angat meyakinkan.<br />Semula aku ragu, apalagi ayah bilang kalau dia akan memaydnqzlsukan air kembang itu dengan cara menyemburkannya divaginaku. Tetapi keraguanhsdbwpku pupus setelah ayah berkali-kali meyakinkanku. Sampai sekarang pun aku tak hcmxgtahu pasti apa kata ayahku itu benar atau hanya sekedar akal bulusnya saja. Twyckdfetapi yang jelas, saat itu aku menurut saja ketika ayah menyingkap sarung yanwxmezig kukenakan dibagian bawah dan meminta aku mengangkangkan kaki dalam posisi tlfjnerlipat, seperti posisi wanita yang hendak<br />bersenggama dengan lelaki. Ayah szlpwendiri naik keranjang dengan posisi bersimpuh dihadapan kangkangan kakiku. Teythrrus terang aku malu dan kikuk menyadari betapa vaginaku terpampang jelas tanpveumya penghalang didepan mata ayahku.<br />"Kamu tenang saja ya sayang, tidak lama armnzbkok," katanya, lalu meneguk air kembang dalam baskom dan menampung dalam mulutublahtnya yeng menggelembung.<br />Aku sangat penasaran apa yang akan terjadi selanjhlrxutnya, apalagi saat kepala ayah mulai merunduk melewati dua pahaku, mendekatiqpncj vaginaku yang tak terbungkus CD. Beberapa detik kemudian kurasakan dingin meeiocarjalar dipermukaan kemaluanku, rupanya ayah sudah menyemburkan air dalam mulut , nya tepat kevaginaku. Yang kurasakan selain dinginnya air kembang, juga perastzgsaan geli dibagian vitalku. Ayah mengulangi lagi meneguk air itu dan menyemburolpmzkan ke vaginaku, beberapa kali. Hal itu menimbulkan perasaan tak menentu padaoufghdku, geli, dingin bercampur enak.<br />"Gimana Mar, sudah agak membaik rasa sakiakyuwmtnya?" ayah bertanya padaku.<br />Namun belum sempat kujawab tangan kanan ayah tihqncba-tiba membelai vaginaku.<br />"Sabar ya, ayah harus pastikan air kembang itu ma , suk sampai kerahimmu," katanya, sambil tangannya terus mengusapi bibir vaginaygcqku.<br />Usapan tangan ayah divaginaku yang sudah basah terkena air kembang memnswgrhbuat sensasi tersendiri kurasakan, aku pun tak bisa berkata-kata lagi karena buqodzmendadak lemas seluruh sendi tubuhku.<br />"Uhh yahh.. sudah yah.., Mar nggak biscbema tahan geliinya," bibirku meminta ayah menghentikan aksi usapnya, tetapi kedclsekpua tanganku tak menahan tangan ayah yang aktif, tetapi tanganku justru meremabfdacwsi sprei ranjang kanan dan kiri.<br />"Disini ya sayang yang geli itu," ayah bertedqwanya sambil jempol kanannya menekan klitorisku dan menguyak-nguyak benda sens , itifku itu memutar kecil.<br />"Nnnghh.. iya yah.. geli sekali disituhh," nafaskuohval mulai tersengal menahan geli yang nikmat dibawah usapan jempol ayah dibagianhsezw klitorisku.Rasa gatal yang sangat kurasakan dipucuk-pucuk kedua susuku yang putingnyaapyo sudah mengembang pertanda birahi yang kualami.<br />Ayah meneruskan aktifitasdbfngknya mengusapi klitorisku dengan jempolnya, usapan itu perlahan melemah denrogfgan posisi jempol beranjak menjauh dari klitorisku. Saat itu aku sudah san , gat terangsang oleh ayah, pinggulku kini yang naik mengejar jempol ayah agxptsgar tak meninggalkan klitorisku. Aku menggelepar dengan napas sudah sangat blhktidak beraturan lagi, pikiranku sudah melayang dan tak ingat lagi bahwa yakrwzcung merangsangku adalah ayahku sendiri. Tapi disaat aku sudah sangat terangqoexsang seperti itu, ayah justru menghentikan aktifitasnya di klitorisku. Pin , ggulku yang tadinya sedikit mengangkat mencari jempol ayah langsung terjerminacyembab lagi, aku terpejam menahan gejolak yang berkecamuk ditubuhku.<br />"Auaozhbmhh yahh, kenapa?" tanyaku agak kecewa, tapi mendadak malu saat ayah menataxazplpku, malu karena aku seperti meminta hal yang lebih dari ayahku.<br />"Mar.. scpifagepertinya air kembang itu tidak masuk benar dalam rahimmu. Ayah ulangi semkrnmluburannya ya," kata ayahku.<br />"Yah.. sudah saja ya, Mar.. nggak tahan gelinynzcmdea," pintaku, tapi anehnya tubuhku tetap berbaring seolah tak ingin menjauhvhiupi ayah.<br />Ayah tak menjawab permintaanku dan kembali meneguk air kembang uaxrlalu ditampung dimulutnya. Aku memejamkan mata saat kepala ayah kembali tulajrvynduk mendekat ke pangkal pahaku. Aku kembali merasakan dingin di permukaanzudj vaginaku saat ayah mulai menyemburkan air kembang, tapi kali ini lain, se , telah semburan itu aku merasa ada benda kenyal nan lembut menyapu permukaakmfyn<br />vaginaku. Kupikir itu jemari tangan ayah, tetapi tidak, itu bukan tangafwaxdqn, benda bertekstur lembut, hangat, dan kenyal itu adalah lidah ayah. Ya, krclxjayah mengusapi tepatnya menjilati permukaan vaginaku dengan lidahnya.<br />"pynvIhh.. mmpphh yaahh, aauhh hhsstt," aku tak kuasa menahan rasa nikmat dijilsnvtwzati ayah, terus terang sejak kawin dengan Mas Hamdi belum pernah aku diperenwpmqlakukan seperti itu. Mas Hamdi selalu main langsung tembak, tanpa rangsangwznhan lebih dulu sehingga selama ini aku sendiri belum pernah merasakan apa ytrvxang disebut kenikmatan orgasme. Jilatan ayah mulai meningkat, kini lidahny , a justru sering menelusup belahan bibir vaginaku yang mulai banjir. Cairanafxk bening kental dari vaginaku diseruput ayah seperti menyeruput kopi hangatzwglki dari gelasnya.<br />"Ngghhsstt.. yah.. Mar nggak bisa tahnn.. ouhh.." aku mcxgtqulai menggelinjang tak menentu rasanya.<br />Namun disaat aku mulai melambun , g tinggi, ayah menghentikan lagi aktifitasnya di vaginaku, membuat aku menujshfggelepar menahan birahiku sendiri.<br />"Mar.. ayah agak sulit masukan air kemfilyskbang itu kerahimmu. Tahan sebentar lagi ya," katanya.<br />"Yah.. cepetan ya, wbrveuMar nggak kuat lagi, geli sekali yah," aku merasa semakin lemas karena birsvtcahiku dipermainkan seperti itu.<br />Saat itu aku berhayal seandainya Mas Haubvdmdi ada tentu dialah yang akan memuaskanku dengan penisnya, karena aku mer , asa sudah siap betul dan ingin sekali untuk disetubuhi lelaki. Tapi pikira , n itu kutepis, karena bukankah ayah yang sedang mengobati kandunganku? Akuhbidrq tak berpikir bahwa ayah pun terangsang saat itu.<br />Tapi tak lama kemudiawaquxzn kurasakan nafas ayah kembali mendekati vaginaku, setelah meneguk air kemuyzdabang yang hampir habis di baskom. Ayah tidak lagi menyemburkan air itu denyilfgan berjarak dari vaginaku, tetapi bibir ayah langsung menempel dibibir vayazqginaku dan ia menyemburkan air itu. Kurasakan aliran air itu masuk hingga banzxwke dinding rahimku, rasanya sama seperti saat Mas Hamdi menumpahkan spermaxafknya ketika kami bersenggama. Setelah itu bibir ayah melumati bibir vaginakqaxgmu, lidahnya mulai masuk dibelahan vaginaku membuat nikmat yang sangat dibaicxqgian sensitif itu, aku benar-benar kepayang dibuat ayah. Kini jemari tangaagefn ayah turut menyibaki vaginaku, membukanya lebar dan lidahnya menyapu klizmbotorisku dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas.<br />"Ouhh.. yahzrui.. suddhh yaahh, Mar mau kencingg rasanya ah.." seluruh sendiku terasa ngi , lu dan mengembang bersama kedutan kecil didinding vaginaku, aku hampir samxvywpai puncak orgasmeku.<br />"Iya sayang, sudah selesai kok," lagi-lagi ayah menqzlsudghentikan aktifitasnya, tapi saat kubuka mata ternyata kali ini tubuh ayahejpb sudah berada diatas tubuhku dengan bertopang pada dua tangannya.<br />"Yah.. psjnkok ayah begitu? Ouhh yahh.. ahh," belum habis kagetku karena ayah menindinyemqh, aku merasakan ada benda keras yang masuk ke vaginaku.<br />Ternyata ayah bznvtysudah melepaskan celananya dan penisnya yang tegang dimasukan ke vaginaku. , Aku hendak berontak karena hal itu tabu dikampungku dan dimanapun, bukank , ah seorang ayah tak boleh melakukan itu pada anak perempuannya. Perang battavpqhin kualami saat itu, aku ingin mendorong tubuh kekar ayahku tetapi aku sujrpfydah sangat lemas saat itu. Sementara dorongan birahiku ingin segera terpuatmacnskan dengan senggama bersama lelaki.<br />"Oohhgg, Mar.. angap saja ayah Hamnryolddi Mar.. ouhh ayahh nggak tahhann," ayah tetap menindihku dan kini pinggulvguatnya mulai naik turun diatas tubuhku membuat penisnya bebas keluar masuk dizikhfbliang nikmatku yang sudah licin dan becek oleh cairanku sendiri.<br />"Nghhg..ncyebo aahsstt, yahh.." aku tak kuasa lagi menolak penis ayah yang mulai mengobaebhzgti rasa gatal di vaginaku.<br />Dengan mata terpejam aku malah ikut menyambuzvrqt goyangan ayah dengan goyangan pinggulku. Merasa aku tak melawan, ayah puxrtajn semakin liar menyetubuhiku, anak kandungnya. Kini sambil menggenjotku, bkqydibir ayah menjelar menghisapi puting susuku, sehingga senggama kami sempurgkxopna dan kenikmatan yang kurasakan pun semakin tak tertara bila dibanding sejfhmlynggamaku bersama suami.<br />Sekalipun usia ayah sudah kepala enam, tetapi kbrpfondisi fisiknya masih kuat dan kurasakan penisnya pun masih normal dengan qthjukuran yang sedikit lebih besar dari punya Mas Hamdi.<br />"Yahh.. Marr mauumzsjw kencinghh yahh uuh..sstt,"<br />Sepuluh menit berlalu dalam senggama, kurasjhcosakan kenikmatan mulai mengumpul di pangkal pahaku, bongkahan pantatku, ujuaihmvkng-ujung jari kakiku, dan juga di liang nikmatku. Kedutan semakin terasa dpijqidinding vaginaku, dan akhirnya kurasakan kejang dibagian pinggul sampai knoirpakiku, kakiku kemudian kugunakan untuk menjepit pinggul ayah dan menekannytykra agar lebih dalam penisnya bersarang di vaginaku. Tanganku memeluk tubuh cneyberkeringat ayah, sementara kepalaku terangkat dengan bibir menyedok kulitujrx dada ayah. Dalam kondisiku yang puncak itu, ayah masih menggejot penisnyarlmdc beberapa kali sebelum akhirnya<br />ayaHPun mengejang dan mengerang diatas tubagybuhku.<br />"Ahhgg Mar.. ngghh," ayah lalu lunglai dan berbaring disampingkufdpb yang juga lemas tak bertenaga. Tulangku seakan dicopoti saat itu, namun kgzpehuuakui itulah kali pertama aku kepuncak nikmatnya senggama.<br />Malam itu aksdtiqvu tidur bersama ayahku dirumahnya, dan paginya kami seperti melupakan kejaxprebdian itu. Akupun pulang kerumah mertua pagi harinya, dan bersikap seperti hdkyfibiasa saat Mas Hamdi pulang melaut.<br />*****<br />Kejadian pertama bersama aurqvyah, membuat aku agak malu untuk datang kerumah ayah lagi. Sudah dua minggwfhutlu ini aku tidak menjenguk atau mengantarkan makanan untuk ayah. Entahlah, znciwalau sebenarnya aku tak keberatan disetubuhi nikmat oleh ayah, tetapi akuacixl malu kalau disangka ayah ingin mengulangi kenikmatan itu lagi.<br />Sore itxiqzu, sebelum Mas Hamdi melaut seperti biasa ia meminta jatah dilayani kebutusdxihan biologisnya. Sebagai istri kulayani suamiku semaksimal mungkin. Tapi s , eperti biasa juga, Mas Hamdi hanya memikirkan kepuasannya saja, dan sudah xcbzymengejang menyemprotkan air maninya sebelum aku merasa terangsang, apalagicuxrkp orgasme.<br />"Mhh, aku sayang kamu Mar.." Mas Hamdi selalu mengatakan itu , sambil mengecup keningku setiap kali usai menikmati klimaks diatas tubuhkuilksuw, lalu ia mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkanku sendiri dikamarbtegzu, ia pun melaut bersama teman-temannya.<br />"Hati-hati Mas..," hanya itu yangbczel kuucapkan melepas pergi suamiku.<br />Aku tetap berbaring diranjang tanpa mugptaengenakan kembali pakaianku, rasa kecewa terhadap suamiku tumpah lewat airrbvqn bening yang meluncur ditepian mataku. Aku merasa tersiksa dua minggu ini qfnhsetiap kali berhubungan intim dengan suamiku, tersiksa karena tak mendapatmgdbzkan nikmat yang maksimal seperti yang kudapat dari ayahku. Setelah suamikusbfaq menhilang dibalik pintu, aku bangkit dan mengunci kembali pintu kamar. Kejousmbali berbaring diranjang tanpa busana, aku menghayalkan kenangan nikmat brmgoptersama ayah. Tak terasa tanganku mulai meremasi payudara sendiri, sambil mvxzhembayangkan ada lelaki yang sedang mencumbuiku, aku pun menjelajahi bagianerjowt tubuh sensitifku sendiri. Malam itu aku mencapai orgasmeku dengan masturbvjouasi sambil menghayalkan ayahku, lalu tertidur pulas.<br />Esoknya, pagi-pagirzhpcs benar sebelum Mas Hamdi pulang melaut, aku menyiapkan makanan untuk kubaweiaca kerumah ayah. Entahlah, aku ingin sekali kerumah ayah pagi itu.<br /><br />"Eh konmgiamu Mar.. ayah kira siapa," kata ayah menyambut ketukan pintuku.<br />"Iya nih , yah, bawakan ayah makanan," aku menjawab tanpa mampu menatap mata ayah, awpigku malu dan jadi canggung pada ayahku sendiri.<br />Ayah kemudian menyuruhku , masuk, dan seperti biasanya aku langsung kedapur untuk memindahkan makanautpqgvn dirantang yang kubawa kepiring di dapur rumah ayahku.<br />"Gimana sayang,kelu sudah nggak sakit lagi perutmu?" suara ayah menyapaku, dan aku agak terkewqxnmjut ketika ayah tiba-tiba sudah mendekap tubuhku dari belakang sambil tanggfxnacannya mengusapi perutku yang nampak sedikit membuncit dengan usia kehamilarhuxvdn 3 bulan.<br />"Eh ayah.. Mar sampai kaget. Kadang-kadang masih tuh yah, tapikctqxa agak membaik kok setelah dipijit ayah waktu itu," aku bingung harus menjasbvociwab apa saat itu.<br />"Gimana kalau ayah pijit lagi? biar nggak sakit-sakitanamurs perutmu itu," nafas ayah tepat menghembusi tengkukku, membuat aku menahanfwlzv geli dan merinding.<br />Sebelum aku menjawab, tangan ayah kurasakan membelsheoai bongkahan pantatku dan mulai menyingkap naik bagian bawah daster yang ksutxupakai pagi itu.<br />"Enghh ayah.. jangan lagi ah," aku berusaha menepis tazkhoungan ayah dan kembali meneruskan kegiatanku merapikan piring di meja dapurqpwj ayah. Tapi tangan ayah seperti tak mau pergi, dari belakang itu ayah mala , h memasukan tangannya kebalik dasterku dan mengusapi bongkahan pantatku, sslogqesekali meremasinya.<br />"Ya sudah, kalau nggak mau dipijitin dikamar, ayahazfbe pijitin disini saja ya. Kamu kan bisa sambil rapikan piring itu," ayah semahemakin berani menyusupkan tangannya kebalik CD ku, sehingga kini tangan kasjgyauarnya mengusapi pantatku tanpa penghalang. Saat tangan ayah langusng menyejkhdntuh kulit pantatku secara langsung, aku merasakan desiran aneh yang kemud , ian memacu libidoku.<br />Kucoba menahan desiran itu dan tetap merapikan makannzhlfuan diatas meja dapur, tetapi aku tak lagi menepis aktifitas ayah, aku membhbnuviiarkan ayah berbuat semaunya.<br />"Asshtt yah.. janganhh geli yah," aku menxgamdiggelinjang saat bibir ayah mengecup tengkukku, tapi aku tak mampu menghindtkbmoarinya.<br />"Kamu merunduk diatas meja ya sayang, tenang saja.. supaya perutmiqmwspu cepat sembuh, ayah pijitin sambil berdiri ya," ayah menekan bahuku dari , belakang sehingga posisi tubuhku merunduk dengan kedua tangan menopang dibfnhqibir meja.<br />Penasaran juga apa yang akan ayah lakukan, aku pun tak bisa yiedswmenjawab selain mengikuti perintah ayah itu. Kini pekerjaan merapikan pirilbnhng sudah tidak ada lagi, yang ada aku merunduk pasrah di meja itu, menungg , u apa yang akan ayah lakukan selanjutnya.Desiran yang kurasa semakin menjadi saat ayah melorotkan CD yang kupaqdpvxakai lalu menyingkap naik bagian bawah dasterku. Posisiku jadi nunggnyguping membelakangi ayah dengan tubuh bagian bawah bugil. Ayah lalu mem , andu kedua kakiku untuk lebih merenggang jarak, lalu ia pun berlututafmc dibagian itu.<br />"Bagus sekali kemaluanmu ini Mar.." ayah memujiku.phcbr<br />"Ayah, saya mau diapakan lagi sih?"<br />Aku penasaran apa yang akan , diperbuat ayah terhadapku. Tapi lagi-lagi ayah bilang kalau itu terziyjgmasuk pengobatan tradisional yang akan mempermudah aku melahirkan kerikjlak. Sambil menjelaskan itu padaku, tangan ayah mulai menjelajahi be , lahan pantatku<br />dan kadang menyusup sampai kebibir kemaluanku.<br />"Hsfmljksstt ahh," aku tak bisa menahan desah yang keluar akibat napasku mulglnvuzai tersengal menahan dampak aksi ayah.<br />Perasaan geli menjalari vi , talku dan membuat tenaga dikedua kakiku seperti melemah, posisiku jakazsdi lebih merunduk dengan tangan terlipat dimeja dan susuku terhimpitsuwx antara badan dan meja. Aku melangkah mundur sedikit menjaga agar pe , rutku tak tertindis tubuh dan terhimpit meja. Posisi itu rupanya memjwvebuat ayah semakin mudah menggapai vaginaku dari belakang karena tingrcwqmdgi meja yang hanya satu meter membuat aku nungging maksimal membelakzvkjbnangi ayah yang berlutut.<br />"Tahan sebentar ya sayang.. cuma sebenta , r kok,"<br />Ayah tak lagi mengusapi bongkahan pantatku, kini kedua tabndrfngannya menahan bongkahan pantatku dan menguaknya agar bibir vaginakodqbxfu terlihat. Ditengah penasaranku, tiba-tiba kurasakan lidah ayah sudytwchqah menyapu bibir vaginaku. Ritme jilatan ayah di vaginaku sungguh te , ratur, setiap lima kali menjilat naik turun ayah selalu menghentikankyhgcunya dibagian klitoris untuk menekan klitorisku dengan lidahnya itu.<br />Kendali benar-benar dipegang oleh ayah saat itu. Aku sudah tidak , mampu lagi bergerak, apalagi menolak perlakuan ayah padaku. Cairan klufyental kurasa sudah mulai keluar dari vitalku membuat ayah semakin le , luasa menjilat, mengecup, dan mengulum bibir vaginaku. Dendam nikmat , yang tak kuraih dari Mas Hamdi semalam, ingin kutumpahkan disini, bjsxnersama ayahku.<br />"Aduhh yahh.. gelhihh sekalhii ehhsshh," saat ritm , e jilatan ayah menekan klitorisku, pantatku menyambut bergerak kebelgzmbakanng membuat wajah ayah tenggelam dibongkahannya, aku ingin agar lhftjqidah itu menekan lebih keras klitorisku. Tanganku menggapai apa sajacugh yang ada diatas meja, meremasi gelas dan serbet disana demi menikmaiktjbfti sensasi itu. Koyakan-koyakan lidah ayah menembusi belahan bibir vrtiemaginaku, sesekali ayah menyedot dan menelan cairan kental yang keluapvcyr, lalu mengoyak lagi dan lagi.<br />"Ehm.. kemaluanmu sudah mulai ber , kedut Mar, apa sakit diperutmu sudah mulai hilang?" ayah menghentikakrbhpn jilatannya dan bangkit mendekap tubuhku yang tetap nungging.<br />"Mhhzheb aahh, belum yahh.. masih sakit perut Mar," aku menjawab begitu agarvxhamy ayah meneruskan lagi jilatannya dan membuai lagi birahiku.<br />"Belum?gutw Kalau begitu ayah teruskan ya pijitannya, kalau begini enak tidak skiupehayang?" ayah berdiri dibelakangku, kedua tangannya mencengkeram pingtginacgulku. Belum lagi aku menjawab pertanyaan ayah, kurasakan benda hang , at dan tegang ingin menembus vaginaku.<br />"Ohh yaahh..," penis ayah yaawphnsng sudah berada digerbang liang nikmatku langsung amblas separuh di pknufvaginaku saat aku mundurkan pantatku.<br />Tapi ayah seperti ingin men , yiksa birahiku, ia tetap berdiri mematung sekalipun penisnya sudah mbzlejyasuk separuh ke liang nikmatku. Kini akulah yang aktif memburu batanoxkdbg perkasa ayah, pinggulku memutar dan mundur-mundur menahan gatal ya , ng ingin agar penis itu masuk utuh divaginaku. Beberapa menit sepertwcvqi itu, ayah pun tak bisa lagi menahan birahinya, dan siapmenggenjocnisamtku. Tetapi baru saja ayah terasa akan menekan pinggulnya kedepan, mqavzkxendadak terdengar ketukan pintu rumah. Ayah beranjak menjauhiku dan ouisymmenaikan celananya lagi.<br />"Ada orang Mar.. kamu perbaiki bajumu ya , , ayah lihat siapa yang datang," ayah meninggalkanku didapur.<br />Agacluytxk kesal memang saat itu karena aku sudah terlanjur birahi dan ingin jzqwtasekali terpuaskan. Tapi kesal itu luntur saat terdengar suara Henny,nkzv adik bungsu Mas Hamdi.<br />"Mbak Mar ada Pak Sam.., saya disuruh pan , ggil, Mas Hamdi sudah pulang," begitu suara Henny terdengar.<br />"Oh.. whxzada nak, Mbak Mar ada disini baru ngatur makanan untuk saya. Mar, Maytofr.." ayah memanggilku.<br />"Eh Henny, Mas Hamdi pulang ya.., yuk kita pxdljulang. Yah Mar pulang dulu ya," aku berpamitan dan mengajak Henny pucopvshlang kerumah mertuaku, hari sudah beranjak siang saat itu.<br />Sampaielbxq dirumah Mas Hamdi memintaku membuatkan kopi untuknya, lalu dia banyvqjecak bercerita tentang hasil melautnya semalam.<br />"Cakalang sedang bavdjonyak Mar, mungkin setelah makan siang nanti saya bersama kawan-kawantlfb kembali ke laut, mumpung rejeki nih," katanya.<br />"Iya Mas, tapi haticxeqs-hati ya," jawabku.<br />Setelah minum kopi, Mas Hamdi menarikku kekamirmvar, dan minta aku melayani nafsu seksnya. Untung baru beberapa saat oxfmnwaku dirangsang ayah sehingga aku sangat senang melayani Mas Hamdi. T , api seperti biasa, Mas Hamdi main tubruk saja. Menindih tubuhku masircamh lengkap dengan baju, Mas Hamdi hanya membuka resleting celananya. pbmiqcDasterku hanya disingkap keatas dan CD dipelorot kebawah lalu ia men , ggenjotku.<br />"Ohh mass, enaakhh mass," walaupun Mas Hamdi tak merangzfdbegsangku namun dengan membayangkan buaian ayah tadi, aku bisa terangsdbfcyang dan benar-benar ingin dipuaskan. penis Mas Hamdi menembusi vaginlpdsuoaku dengan cepat.<br />"Iyahh sayangghh enaakhh sekalii.. pepekmu ougghhchfm," Mas Hamdi melenguh, padahal baru beberapa menit penisnya masuk dijwni pepekku.<br />"Ouhh.. Sstthh.. janghaann duluu mass, ahh," ingin kuhent , ikan saat merasakan penis Mas Hamdi berkedut menyemburkan sperma kergjieaahimku. Oh, lagi-lagi dia hanya memikirkan kepuasan sendiri, tanpa mqurepjengerti perasaanku yang juga ingin merasakan nikmatnya disetubuhi sufhumami.<br />"Uhh, nikmat sekali sayang, makasih ya," katanya, mengecupku, zpufanlalu pergi.<br />Aku ingin sekali marah, berteriak, dan maki-maki, tetdaknmrapi semua hanya bisa tumpah lewat tangisan siang itu.<br />Sore hari spwjiozetelah Mas Hamdi melaut, aku berpamitan kepada mertuaku untuk menjen , guk ayah. Lagi-lagi alasanku ayah sedang sakit. Begitulah, sore itu tyonhpaku kembali berada dirumah ayah, dan tak ingin membuang waktu aku lanfpeszngsung memluk tubuh ayah begitu masuk rumahnya.<br />"Oh.. ayahh, Mas uqztHamdi jahat yah..," aku menangis dipelukan ayah diruang tamu.<br />"Kamuiglmno kenapa Mar..? kenapa kamu..?" ayah nampak khawatir melihat aku mena , ngis.<br />"Dia menyetubuhiku tapi perutku tambah sakit yah, ini yah disgvifnini sakit," aku menuntun tangan ayah keperutku yang mulai membuncit. ,<br />"Disini ya, sayang. Sudah, kamu diam ya nanti ayah obati.., nah dixdmosinikan yang sakit? disini juga ya..?" ayah seperti mengerti apa yanxdqnhjg kuinginkan dalam posisi berpelukan sambil berdiri, tangan ayah mulfgmbai merayapi dari perut sampai selakanganku, membuat gairahku bangkitojuqr seketika.<br />"Ayo sayang, ayah obatin dikamar.., ups.."<br />Ayah mem , bopong tubuhku dan membaringkanku diranjang kamarnya. Setelah itu, b , agai serigala lapar, ayah melucuti pakaianku dan pakaiannya juga. Ayymsdoah langsung menerkam selangkanganku yang membasah dan menjilati lagilxmtzv vaginaku.<br />"Ohh iyaahh yaah.. begitu yahh.. aahh," aku tak lagi b , isa mengendalikan ocehanku, nikmat sekali perlakuan ayah itu.<br />Menrcgywjdengar celotehku tangan ayah naik merambati susuku, meremas, dan menyigvdcubiti putingnya. Sepuluh menit mempermainkan vagina dan susuku, ayakpaxymh rupanya tak tahan juga. Apalagi pagi tadi pasti ayah pun sangat meyptxnyesal nafsunya tak tuntas.<br />"Uh Mar.., angkat kakimu ya.. begini qekjsayang," ayah membimbing kakiku menopang dipundaknya.<br />Dengan posi , si itu ayah menepatkan penisnya dibelahan bibir vaginaku.<br />"Yahh..kxnz, obatin Marr yah.. cepet yahh," aku sudah merasa gatal sekali inginzxkdqb segera menerima sodokan penis kekar ayahku.<br />"Mar.., kalau lagi ham , il muda memang wanita butuh beginian, kalau suamimu susah, kamu serimjznng kemari ya, biar ayah obatin.<br />Lagipula, wanita hamil paling enak itbzmemeknya.. kayak kamu ini," ayah sengaja lagi mempermainkan birahikuaqluh, aku diajaknya ngobrol sementara kepala penisnya yang bulat dibiarkdpbfrean membenam di pintu vaginaku tanpa memasukan batangnya.<br />"Gimana sxhadMar? Kamu jawab donk sayang..?" tanyanya.<br />"Duhh ayahh.. masukinn do , ng yahh, Mar nggak bisa nahan lagihh, ahh.. iyaa uhh," belum selesai , aku memohon, ayah menekan pinggulnya, membuat penisnya masuk kelianinyhg nikmatku.Bless.. cleepp..<br />Posisi yang dibimbing ayah ternyata mnzedembuat syaraf divaginaku menerima rangsangan yang maksimal. Dengan pdognosisi itu penis ayah menekan cukup diklitorisku setiap kali keluar mgtaoasuk menembus bibirnya. Penis ayah yang sedikit lebih gemuk dari pen , is suamiku serasa membuat bibir vaginaku ikut monyong-monyong menerimgxama sodokannya. Tangan ayah meremasi susuku dengan keras, dan tangankswehiu hanya bisa melampiaskan nikmatku dengan meremasi bantal dikepalakuibqu.<br />Kunikmati setiap gerakan ayah, aku juga berusaha menggoyang ayaiqwflth dari bawah memutarkan pinggulku semampuku, aku pun ingin ayah merawklvjmsakan kenikmatan yang sama seperti yang kudapat darinya. Mungkin ben , ar kata ayah, saat hamil muda wanita sangat butuh seks dan butuh terhdzjpuaskan. Rambutku yang panjang sudah acak-acakan mengikuti gerak kep , alaku yang liar. Keringat ayah dan keringatku bercampur membasahi tulohzkmbuh kami dan juga sprei ranjang.<br />"Ohh Marr.. bukan mainn Mar.. enlgqxakh sekali pepekmu nak..," ayah sudah hampir jebol, gerakan menggenjcnfmptotku semakin cepat.<br />"Oyaahh..mmphh aahhsstt.. enaakk juggaa konntol , lnyaahh.. aahhsstt," saat gerakan ayah lebih cepat, rangsangan dikliifpgjrtorisku menjadi puncak.<br />Aku juga hampir jebol, meski berusaha kut , ahan tapi kedutan kecil dinding vaginaku semakin menjadi, sampai akhgiamdcirnya kupiting leher ayah dengan betisku yang menggatung.<br />"Amphuubspjnn yahh.. aahhsstt,.. enghh.. ahhsstt..enghmm.. yahh.. ohh," aku jebyeznol, vaginaku berkedut menjepiti penis ayah.<br />"Maarr.. ennaakk ohh.. lidsouhh.. ohh, ennaakkh Marr ohh," beberapa detik kemudian ayah menyusuicvqdhl orgasmeku, tubuhnya mengejang dan tangannya semakin keras meremas sgyrhdsusuku.<br />Ayah menurunkan kedua kakiku dari pundaknya tanpa melepasxesdnkan penisnya yang terjepit vaginaku, dan mengarahkanku untuk berbariqungojng miring berhadapan dengannya yang terkulai disampingku, kelamin kamnacemi tetap menyatu saat itu. Sampai akhirnya penis ayah mengecil dan mjruxaelepaskan diri dari jepitan vaginaku. Saat lelah kami terobati dengaxeouvkn tidur beberapa jam, malam itu aku pulang kerumah mertua, dan melanbwtvoijutkan tidur nyenyak dengan perasaan nyaman sekali.Seperti kejadian pertama, meskipun aku terpuaskan bukan main tapi kejadian kedqihmzjua bersama ayah menyisakan sesal dibathinku. Apalagi setiap kali aku mendengarrjnxm ceramah rohani, aku merasa dosa terhadap Mas Hamdi suamiku. Selain itu aku juwyuxga merasa dosa melakukan hubungan intim dengan ayah kandungku, bukankah kami saqlxedarah dan tabu untuk melakukan itu?<br />Tapi entahlah, dibalik rasa sesal itu,qhvxk ada rasa ingin mengulangi yang juga sama besarnya. Dua perasaan itu berkecamuhebdakk dibathinku seminggu ini, selama itu aku ingin sekali ke rumah ayah tetapi ba , tal karena rasa sesal tadi. Pagi itu aku merasa perang bathin lagi, tapi nampacjfnbqknya rasa sesalku kalah kali ini dengan rasa ingin mengulangi nikmat bersama aqpaeoyahku. Apalagi semalam aku kembali kecewa dibuat Mas Hamdi. Walaupun semalam Mkygdlvas Hamdi sampai tiga kali menindih tubuhku dengan nafsu, tetapi ia selalu selelpqjdtsai sebelum aku puncak.<br />Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahku, aku mengemyfdwbasi makanan untuk kubawa kerumah ayah yang sudah seminggu ini tak kukunjungi. , Kupikir aku bisa menghabiskan waktu disana karena Mas Hamdi baru subuh tadi becjlorangkat dan tentu pulang malam. Maklum arah angin berubah sehingga hari itu Masogrmhs Hamdi melaut pagi.<br />Waktu aku sampai dirumah ayahku, rupanya pintu tak tertevywkunci sehingga aku bisa langsung masuk. Kulihat ayah tertidur di kursi bambu rgyuapiuang tamu, hanya pakai sarung dan telanjang dada. Kubiarkan ayah tidur sementachwbra aku kedapur memindahkan lauk dari rantang ke piring yang ada dimeja dapur. , Setelah itu aku kembali keruang tamu dan memperhatikan ayahku yang tertidur diofldukursi panjang dari bambu. Dibanding Mas Hamdi, ayah memang bertubuh lebih bagunzrelts walau sudah cukup tua. Dada bidangnya masih menonjolkan otot semasa muda dul , u membuat tubuh yang tingginya mencapai 178 cm masih terlihat kokoh jika berdikazduri.<br />Mataku menjelajahi tubuh ayah yang terlentang, dari kaki sampai wajah. zldbWajah ayah juga masih menawan untuk lelaki seusianya, mirip-mirip aktor gaek Pkjrsvit Pagauw yang mancung dan ganteng itu. Kuyakin, sebenarnya banyak wanita yanglvzhbs tergila-gila pada ayah, hanya saja ayah benar-benar sudah trauma dengan kegagmteyhjalan perkawinannya dengan ibuku. Huh.. seandainya aku lahir di zaman ayah dan iwckhbukan anak ayah, ingin rasanya aku kukawini ayah dan menjadi istrinya. Tentusarqfjyja kenikmatan dapat kuraih setiap saat darinya, tapi mungkin bukan itu ukuran wkojnakebahagiaan tiap wanita, buktinya ibuku memilih meninggalkan ayah dan kawin layvopgi dengan pria yang lebih kaya.<br />"Ngghh.." ayah menggeliat tetapi tetap tidupglwr, kaki kanannya yang terangkat membuat sarung yang dikenakan singkap hingga pcqlrxuangkal paha ayah terlihat jelas.<br />Oh.. Kekarnya penis ayah langsung membayanxsahg dibenakku, apalagi saat itu ujung penis tidurnya terlihat. Ayah tak mengguna , kan CD rupanya, sehingga penisnya menggelayut keluar dari kain sarung ketika k , aki kanannya terangkat dan sarung itu tersingkap. Penis ayah yang tidur saja srudytvudah hampir sama besar dengan milik suamiku, dadaku langsung berdesir saat itutqvesy, birahiku merambat naik.<br />Entah setan apa yang menguasaiku saat itu, aku medkmondekat dan bersimpuh dilantai menghadap kursi tempat ayah tidur. Posisi wajahkfuaywu berada beberapa centimeter dari penis ayah yang keluar dari sarung. Dengan sqboxhangat lembut kusentuh penis ayah yang masih tidur, dan pelan-pelan kugenggam pvupsenis itu dan kuusap-usap mengocok-kocok penis ayah. Walau ayah hanya bergumam ovxkmqkecil dan tetap tidur, tetapi reaksi penisnya positif, batang nikmat itu perlasoljvhan membesar dan menegang seirama dengan kocokanku. Aku benar-benar blingsatanrpmxs sendiri menyadari penis ayah sudah on dan siap aksi, entahlah hari itu sebelucasuxvm mendapat foreplay dari ayah, aku justru sudah terbakar birahi.<br />"Ouhh.. Savluyyangg.." ayah mendadak terbangun, tangannya meremasi rambutku dan menuntun kep , alaku mendekat ke penisnya.<br />"Tolong hisap sayang, seperti ayah menjilati vagiyjtunamu itu," ayah memerintahku, dan perintah itu kulaksanakan tanpa keberatan, wxfvoalau sebenarnya baru kali itu aku menghisap penis lelaki."Mmmphh ssthh mmpphrxkyh.. Ahh, enak yah?, mmphh sshtt," kulakukan pekerjaanku dengan baik.Tubuh ctmbayah sampai menggelinjang beberapa kali menahan kenikmatan oralku. Saat mulutkswqyknu mengulum penisnya, ayah menggerakkan tangan yang memegang rambutku maju-mundqhjbylur ke arah penisnya, membuat mulutku secara otomasi maju mundur pula menelan dbiqpan melumat penis ayah. Cairan bening yang keluar dari penis ayah kutelan denga , n penuh nafsu. Sambil mengulum penis, kuperhatikan sensasi wajah ayah yang semkvpweakin tampan meringis menahan buaianku itu. Ayah mencengkeram rambutku lebih kuzeakxat dan lebih cepat menggerakan tangannya memaju mundurkan kepalaku.<br />"Hsstt xlusohh.. Nikmaattnyaa saayyhh.. Oghh.. Aahhgg.. Ayhh puass Marr.. Ohh," tubuh ayaxwneh kejang dan penisnya menyemburkan sperma kental yang cukup banyak, kutarik waeyzvljahku menjauh sehingga puncratan sperma ayah tercecer ke lantai.<br />"Ohh.. Sayanocjyfig sini sayang, duduk diatas sini ya,"<br />Setelah beberapa menit menarik nafas,lmvwi ayah menyuruhku duduk di kursi bambu itu sementara ia beralih berlutut dilant , ai dengan posisi menghadap perutku. Ayah mengakat kedua kakiku dan menopangnyaurvxes kemeja di depan kursi, tubuh ayah seolah kujepit diantara kedua pahaku. Kini pfiawgantian ayah yang mengoralku. CD yang kupakai tidak dilepaskan ayah, tanganya zovkrmengamit CD bagian bawah dan dibawanya kekanan sehingga bibir vaginaku tersembkycfnul lewat celah CD itu, lalu ayah merunduk dan kurasakan sapuan nikmat di permuboxtnkaan vaginaku.<br />"Ohh yaahh.. hhsstt," gantian juga, kini aku yang meremasi rtknvambut ayah dan menekan kepala ayah agar lebih terbenam menjilati vaginaku yangmorw membasah. Perlakuan ayah sungguh lelaki, jilatannya membuat aku menggelinjangvpiyj kenikmatan semakin memuncakkan nafsu birahiku.<br />"Enghh uhh.. Enak sekali yaqnkitwhh, disitu yahh, oh ya disitu.. Isap yang kuat yah," desahanku semakin menjadicqdg, sesak dadaku menahan rasa ngilu nikmat disekitar vagina dan merambat hiinggarpdvq boongkahan pantat dan jari-jari kakiku. Aku berusaha bertahan cukup lama, tetrexaapi setelah lima belas menit diperlakukan begitu akhirnya pertahanku jebol.<br />"jvnzDuhh yahh.. Ohh Marr yahh.. Uhh, hsstt.. Enghh enakk.. Ahhsst," saat vaginaku , mulai berkedut, kutekan kepala ayah agar lebih membenam di vaginaku, cairan yauariong keluar dari liang nikmatku disedot ayah, membuat sensasi nikmatnya orgasme qvmybagiku. Saat kedutan itu selesai, aku langsung terkulai dikursi bambu itu, danjqgnr ayah bangkit duduk disampingku membelai kepalaku.<br />"Enak Mar?," ayah membelaicgxylv pipiku dan menatapku.<br />"Enghh ayah, iya enak sekali yahh.." aku lalu menyanpqscdarkan kepala didada ayah. Kami duduk dengan posisi begitu hampir setengah jamlhms, aku dan ayah terlibat obrolan tentang kenangan indah ayah bersama ibuku, dannbgqpx juga tentang aku dan suamiku. Kepada ayah kuceritakan betapa irinya aku terhalkupdap hubungan ibu dengan ayah yang jauh lebih indah dibanding dengan aku dan Ma , s Hamdi, tak terasa aku pun menangis dipelukan ayah.<br />"Kasihan kamu nak, pas , ti kamu menderita tak terpenuhi nafkah bathinmu selama ini," ayah membelaiku ltegkmagi penuh kasih. Setelah membelaiku, ayah memegang tanganku dan menuntunnya keyhvq arah penisnya. Astaga, penis ayah sudah tegak kembali dengan perkasa.<br />"Mari vilpxdMar.. ayah tuntaskan kenikmatan tadi untukmu," ayah membimbingku lagi untuk beqmhtjrdiri menghadap kursi dan menopang tangan pada sandaran kursi bambu itu.<br />Akpcungu menurut tuntutan ayah, saat itu aku pun ingin segera menerima penis ayah, akahelwyu ingin disetubuhi ayah dari belakang, doggy style. CD ku yang basah dipelorotycikgzkan sampai lutut dan dasterku disingkap sehingga bongkahan pantatku terlihat jmqjyelas. Ayah memelukku dari belakang, tangannya mengusapi perut buncitku dan merfdpwremasi susuku. Ayah juga mengecupi leher belakangku.<br />"Ouhh yaahh.. Marr nggapxbqzek tahann yah.." aku mulai tak sabar disenggamai ayah, merasakan penis besarnyatrgjo merangsek vaginaku.<br />"Iyahh sayangg.. Nihh ayahh berii.. Ouhh nikmatnyya pepeblpiakk inii," ayah menepatkan penisnya dibibir vaginaku dan menekan pinggulnya kedsjfcboepan, gerakan itu membuat penisnya langsung amblas diliang nikmatku yang sudah , banjir saat itu.<br />"Iya yahh begiituu yahh.. Enakk sekalliihh ohh," aku merintanpuih menahan nikmat dibagian vitalku.Ayah mulai menggerakkan pantatnya maju jcpmwmundur, sehingga penis kekarnya menerobos keluar masuk di vaginaku. Senggama deaoxrdoggy style memang nikmat, apalagi baru kali itu aku mengalaminya, setelah bebeazgthrapa siang lalu gagal lantaran hampir kepergok Henny, adik iparku. Ayah benar-dgkabenar memacu birahiku, vaginaku mulai berkedut menginjak menit ke dua puluh kalkrpovmi bersenggama.<br />"Ahhsstt.. Hhngghh.. Duhh yaahh.. Enhaakkhh ouuhh, iyaa lebaorukih kerass yaahh.. Enaakkhh hngghh," aku kelabakan menerima sodokan ayah, kedutfkpbtan kecil divaginaku kutahan sebisa mungkin, aku belum mau secepat itu orgasme,jurzy aku ingin lebih lama merasakan kenikmatan itu. Kugoyangkan pinggulku berputarpdau mengimbangi gerakan ayah, otot perut kutegangkan sesekali agar ayah merasakanyxdlp jepitan vaginaku dipenisnya.<br />"Ohh Marr.. Enakknyaa pepeekkmuu.. Ohh," ayahcxdbl pun mulai merasakan hal yang sama, celotehnya semakin menjadi sambil tangannyrabga meremasi bongkahan pantatku. Ayah menggenjotku lebih keras, penisnya menumbuqhnsmoki vaginaku sampai menimbulkan keciplakan berpadunya kelamin kami.<br />Aku tak , tahan lagi, otot-otot kakiku mengejang seiring denyutan vagina yang semakin sexgndring muncul. Nafasku dan nafas ayah berpacu melenguh, mendesis, memndesah, danpozcb berteriak kecil.<br />"Iya yahh.. Kuatin yahh.. Marr sampaii yahh.. Ouhh.. Aahhciagsstt ighh.. Ammphuunn aahh," kurasakan seluruh ototku mengejang, kenikmatan medozhngumpul dari kaki, pantat hingga vaginaku yang semakin keras berkedut, aku hampofnjpir orgasme.<br />"OuuhHPp Marr.. Iinnii diaa.. Ohh.. Ohh ayah hampir juga Mar.. Ogmyseohh," ayah pun mengerang, tangannya menjambaki rambutku dan tubuhnya semakin ceasfqvpat menggenjot tubuhku."Ouhh.. Ammphunn yahh.. Amphunn.. Aahhsstt.. Ohh.. Amefcxgrpphunn.." aku sampai berteriak menerima orgasmeku, aku jebol.<br />"Iya Marr.. Iniatgki.. Ayahh juggaa.. Aahh," ayah masih menggenjotku berkali-kali saat aku sudah xbgodfpuncak.Tetapi, "braak.." pintu rumah ayah yang lupa kami kunci terbuka lebqlowzvar. Menyusul suara pintu itu, Mas Hamdi masuk dan berdiri terpaku memandang keickt arah kami.<br />"Ouhh Maarr.. aaghhkk.. Ohh.. Iyaahh.. Ohhggh," sangat tanggunghrzf saat itu, meskipun kami tahu kehadiran Mas Hamdi tetapi puncak nikmat yang dasjbdrotang tak mungkin lagi terhindar, ayah meneruskan memompaku sampai ia sendiri kgdebwyejang dan memeluk tubuhku dari belakang."Ohh ammphunn yaahh.." aku sangat kesemjnikmatan saat itu.<br />Mas Hamdi terpaku memandang kami, tetapi setelah mendengmncxar aku berkata ampun, Mas Hamdi segera menuju ke arah kami dan menarik tubuh aqkmpyah.<br />"Kurang ajar kau orangtua, anakmu sendiri kau perkosa.. Huh"<br />Sebuahombah pukulan menyasar kewajah ayah sampai ia terjerembab kelantai. Rupanya Mas Ham , di berpikir kalau barusan tadi aku diperkosa, ia lalu menghampiri ayah yang jagmvutuh dan menendang tubuh tua ayah beberapa kali. Aku tak tahu mesti bagaimana scahtqaat itu, selain mengenakan kembali CD-ku dan membenahi pakaianku.<br />"Kamu nggebhidak apa-apa sayang?," suamiku memelukku setelah ayah tak berdaya.<br />"Enggak Mas. , . Nggakk apa-apa," aku pun memeluknya, sungguh aku takut sekali saat itu.<br />Tmvyrqtakut ketahuan, dan takut ditinggalkan suami. Beberapa menit kemudian suara rib , ut hardikan Mas Hamdi kepada ayah mengundang masyarakat datang. Ayah kemudian mergidiarak ke rumah Pak Rahmat, Kadus dikampungku. Setelah sehari diamankan di rumiaxnah Kadus, Mas Hamdi melaporkan perbuatan ayah kepolisi dan ayah diamankan di kbuzdantor polisi sekaligus dijerat sebagai pemerkosa anak kandung. Aku ingin sekalxwugi membela ayah, tetapi aku tak mampu.Kini, sudah lima bulan berlalu. Ayah , sudah melalui proses peradilan dan meringkuk di LP sebagai terpidana tiga tahuvsmifjn penjara. Kisah kami tetap kusimpan rapi, dan sebulan sekali aku masih mengunpiuajungi ayah di LP walaupun kulakukan tanpa setahu suamiku.bpztu<br />Tamat<br /><br />Di Kamar Tante Ninik<br /><br />"Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.<br />"Wah gawat, telat nih" dengan kahytergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.<br />Pagi itu aku ada janji untuk menjaga ruvmdnmah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanyaslmje Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aeckjmrku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminyaslaz sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fxsnpifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangcfzphkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Sodnketiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita mwelcantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan celjdkritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar , pulau untuk 5 hari.<br />Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perdxumjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinnxusoya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerjcvauza.<br />"Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya.<br />"Pagi, Mas Firman Rusadi. Lho kok masixboapdh kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku."Iya nih kesiangan" aku jaryezcxwab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.<br />"Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya.bxdvo Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh awbgfku.<br />"OK Tante" jawabku singkat.<br />"Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil mas , uk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantafpiykr.<br />"Daag Mas Firman Rusadi, nanti pulangnya dijemput ya." Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolourhahan.<br />Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.<br />bitfms Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahadvqxepnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lamaufgvca, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hengqwltikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku a , dalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku be , rdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan mxsyalam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menuiwqntutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tant , e Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedafdejngkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.<br />Terdengar suara denxmwsahan lirih, "Hmm, ohh, arhh".<br />Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil , tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapa , i orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruanytcxg keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bitzbxsa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhuwesuoibungan badan denganku."Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hpoinayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho." Tiba-tiba suara tante Nicmatdnik mengagetkan aku.<br />"Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak atxsada lawannya." Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.<br />Aku agak kaget juga dia ngomong sep , erti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja,rgvfw aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarucsjung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.<br />"Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejutakod, karena tante Ninik sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar litnsarung.<br />"Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil dengan pela , n melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.<br />"Tante minta ijin ke atasanstyu untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, , tante pulang." Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.<br />"Waktu tazjipnte masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehixmlbhpngga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, geelxckgdhe juga ya Mr. P mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.<br />"Sudahlah ta , nte, gak pa pa kok. Lagian Firman Rusadi tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" fdxymceletukku sekenanya.<br />"Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah.<br />"Iya, tadvxdfi Firman Rusadi ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia mjrwaparah.<br />Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ad , a gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba diaznac melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga shfxoekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempa , t tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tanfoqlpkte berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.<br />"Aku tahu kamu sudah lama pingin menye , ntuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.<br />"Emm.., nggazcfjauk kok tante. Maafin Firman Rusadi ya." Aku semakin salah tingkah.<br />"Lho kok jadi munafik gitu, seja , k kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan.<br />"Maksud Firman Rusadi, nggak salahkan kalau Firman Rusadicrja pingin pegang ini..!" Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh kfsyddi atas tubuhku.<br />Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.<br />"Eh, nakal erjcjuga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ninik merengek perlahan.<br />"Hmm..shh" tante semakin kerasymvqe mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.<br />Rok , yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gund , ukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kirkqrljmiku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukarkbpn dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke svnksxela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.<br />"Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebgqitexih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.<br />"Ytzpla sudah dibuka saja tante." pintaku.<br />Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD ysmowang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.<br />"Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lxqouebih gedhe." Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CDwbjfhv.<br />Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hemb , usan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepahlvxrs CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjupijlwkkan ukuran sebenarnya.<br />"Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante,loxy dan rupanya ini mengagetkannya.<br />"Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agahotek tergagap juga tante merespon pertanyaanku.<br />"Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bzvrwbhikin tante merinding" sambil tersenyum dia ngoceh lagi.<br />Tante masih terkesima dengan Mr. ptesocP-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.<br />"Emangnya punya om gak segini? yaqctgz sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini secepazdxcjttnya.<br />"Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.<br />Ada sensasi enak dan nikmatbhcxal ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P<br />"Ahh.. enak qruitante, terusin hh." aku mulai meracau.<br />Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dskbcengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama ta , di. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil mgmqopjenggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tibdgxpta, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yan , g tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.<br />"Ayo Fir, gantian knxycamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya.<br />"OK tan , te" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.<br />"Shh.. ohh" tante wgpjuymulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku."Hh.. mm.. enak Fi , r, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.<br />Semakin dalam lidahku mene , lusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. "Ahh..Fir..shh..Firr akuilsg mau keluar." tante mengerang dengan keras.<br />"Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tuutsevbuhnya dilentingkan ke kebelakang.<br />Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisjgicdhap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.<br />"Hmm..kamu pi , ntar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalashuinu om kamu lagi luar kota. Mau kan?" dengan manja tante memeluk tubuhku.<br />"Ehh, gimana ya tanpjsnkcte.." aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.<br />"Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya"dvpyw tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.Dipegangnya Mr. P ku sambnfukioil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelazkygh lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.<br />"Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah seucwtrylain besar ternyata kuat juga ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuazqimwgtu dari Mr.Pku.<br />Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tang , gap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dal , am pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan thegdfiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teelojratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vapaetgina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. , Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku innsjyii membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.<br />"Tante siap ya, aku mau masuki , n Mr. P" aku memberi peringatan ke tante.<br />"Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." t , ante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.<br />Dengan pelan aku dorong Mr. P , ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahwcguekan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan zmbcjvaktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan raslnmhyqakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.<br />"Firsbokwm, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan.vjerkb<br />"Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman Rusadi agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tanefpmte.Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante., "Ahh.." kami berdua melenguh.<br />Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya ebzwsudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengzrdnan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini svjdymasih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.<br />"Plok.. plok.. kidarfplokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.Sepuluh mpmjaenit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. Fir tanphvaugte nyampai lagi"<br />Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan danedwm merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vaghotrina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lbuhmwima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.<br />"Tante, aku mau xmidkeluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante.<br />"Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" saabdlhhut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-clxhvsaiumannya akhirnya pertahananku mulai bobol."Arghh.. tante aku nyampai"."Aku juga Fir..erjcl ahh" tante juga meracau.<br />Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delucykqapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan m , esra.<br />"Fir, kamu hebat." puji tante Ninik.<br />"Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku bktlibalas memujinya.<br />"Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante.<br />"Mau tante, inkfmtapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanyarmohdi.<br />"Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tanbefoyhgannya mengelus dadaku.<br />Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. tbfycRasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bemvlprsama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.<br />*****<br />Itulah pengalamanku dfcjaxengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itubqhtd aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik menbastvceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.nxmdh<br />Tamatnasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-39603528446906164662009-01-31T20:39:00.001-08:002009-01-31T20:40:59.964-08:00lidahLidahnya mulai menjilati kemaluanku <br />Pagi ini, aku kembali mendapat kuliah sore hari. Ah, daripada iseng, lebih baik aku ke rumah Regina. Sekalian dari sana pergi ke kampus bersama. Aku memarkir mobil di depan pintu pagar rumah Regina. Rumahnya tampak sepi. Jangan-jangan ia tak ada di rumah. Aku tekan bel pintu. Tak lama kemudian pembantunya keluar"Ada perlu apa, Non?" tanyanya."Ng.. Gina ada, Mbak?"<br />"Ada, tunggu sebentar ya." Sang pembantu masuk ke dalam rumah kembali."Kata Non Gina, Non Irene disuruh langsung masuk saja. Non Gina lagi ada di kamarnya.""Baiklah, Mbak."Pembantu itu mengantarkan aku ke depan pintu kamar tidur Regina. Setelah pintu dibuka dari dalam aku segera masuk. Si pemilik kamar sedang duduk di atas tempat tidur seraya membaca buku. Astaga! Ia telanjang bulat. Tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh selembar benang pun. Tampaklah payudaranya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat puting susu yang tinggi, yang dikelilingi oleh lingkaran coklat, sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut-rambut tipis. Pahanya yang putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya."Ren, duduk di sini dong. Jangan bengong saja.""Lho, kamu lagi ngapain, Gin?" tanyaku."Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Ren.""Kenapa?""Nggak tahu tuh. Pokoknya lagi malas.""Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong", kataku sambil menyodorkan kaus singlet kepadanya. Regina bukannya menerima pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga aku jatuh telentang di atas kasur. Tiba-tiba Regina mencium bibirku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang tidak begitu besar."Gin! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!" kataku sambil berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Regina lebih kuat. Tubuhnya yang bugil menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja. Dengan perlahan-lahan Regina menanggalkan kaus oblong yang kukenakan. Ia menyelipkan tangannya ke balik mangkuk behaku lalu meremas payudaraku. Aku menggerinjal-gerinjal dibuatnya. Kemudian ia melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah payudaraku yang kencang menantang."Ya ampun, Ren. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi kencang dan kenyal lho", kata Regina sambil mempermainkan puting susuku dengan jari-jemarinya yang lentik sehingga membuatku kegelian.Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas payudaraku. Terasa kenyal dan ketat baginya. Aku semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot payudaraku. Lidahnya pun mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya.<br />Setelah puas merambah payudaraku, Regina membuka celana panjangku. Tangannya meraba pahaku yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke mulutku dan aku menerimanya. Aku lumat payudara yang kenyal itu dengan mulutku, sedangkan lidahku yang menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan. Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja. Regina semakin memelukku dengan erat.<br />"Ouuhh.. Irene.. ouuhh!"Aku dan Regina saling berpelukan. Kedua pasang payudara kami saling bersentuhan. Sejenak ada perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku merasakan payudaranya yang kenyal. Demikian pula Regina yang merasakan payudaraku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku, sehingga kami berdua sama-sama mendesah.<br />"Ouuhh.. ouuhh.." aku menjerit kecil tatkala lidah Regina mulai menjilati kemaluanku dan kemudian masuk menyusuri liang vaginaku. Ia menjilat-jilat bagian dalam "daerah terlarang"ku yang mulai basah itu. Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di atas kasur.Tak lama kemudian, Regina bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke kemaluanku. Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia juga menuangkan es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Regina menindihku. Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula kepalaku menghadap ke selangkangannya. Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang vaginaku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam "gua keramat"ku itu. Dijilatinya dinding vaginaku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian."Ouuhh.. Gina.. teruskan..!" desisku bernafsu. Regina melanjutkan penjelajahannya. Sementara itu di sisi lainnya, lidahku pun berbuat hal yang sama pada kemaluannya. Kami berdua dengan garang mempermainkan daging kecil yang berada di dalam liang kewanitaan lawan masing-masing. Kami berdua menggerinjal-gerinjal keras, sampai-sampai tubuh kami berdua jatuh ke lantai.Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai berdampingan dalam keadaan loyo. Lelah memang, namun penuh dengan kenikmatan yang tak terhingga. <br />meraba-raba daerah selangkanganku <br />Panggil saya Kadek, ketika itu saya mempunyai kelompok belajar yang selalu rutin belajar di salah satu rumah teman kami, Bima. Saya, Bima, Hendra, Julian dan Rizki setiap akan ulangan selalu belajar berkelompok sambil menginap, karena anak kelas satu masuk sekolah selalu pada siang hari.Teman saya, Bima, memang dari keluarga yang lebih dibanding teman-teman yang lain. Dia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara (2 pria dan 2 wanita), dari ayah seorang pejabat Depkeu.(drs.E) dan Ibu dosen fakultas sastra di universitas negeri di kota B, yang biasa kami panggil Tante N. Otomatis kami selalu tidur, makan dan mandi di sana, malah kalau keluarga drs.E berpesiar, kami suka diajak.Bila Bima sedang di bawah (karena kamarnya memang di lantai 2), kami selalu membicarakan sangkakak no.3 yang bernama E. Hal-hal yang dibicarakan tidak lain adalah wajah yang good looking serta body yang aduhai disertai kulit putih mulus terawat. Tapi anehnya, saya kok lebih suka memperhatikan Tante N, yang diusia 42 tahun lebih menimbulkan hasrat serta fantasi-fantasi seksual yang membuat perasaan risih. Karena walau bagaimanapun Tante N adalah ibu kandung dari teman baikku. Jadi, saya hanya bisa berkhayal dan tidak berani cerita pada orang lain.<br />Karena keluarga drs.E adalah pencinta sport, maka setiap weekend selalu diisi dengan kegiatan berolahraga, terutama olah raga tennis. Karena saya cukup mahir bermain tennis, saya selalu diajak untuk bermain tennis. Karena saya dianggap paling jago, maka saya sering berpasangan dengan Tante N apabila bermain double. Selain badan Tante N yang proporsional dengan tinggi badan sekitar 165 cm, pakaian tennis Tante N memang sexy dengan rok pendek serta atasan model tank top, pelukan-pelukan serta sentuhan, apabila kami memenangkan game membuat hati saya berdebar-debar dan hasrat seksual terhadap Tante N semakin menjadi-jadi. Malah, setiap selesai bermain tennis saya bermasturbasi dengan membayangkan wajah Tante N serta bersetubuh seperti film BF yang biasa saya tonton.Pada hari Sabtu di bulan Januari, karena saya tidak memiliki pacar, saya sering berkeliling kota dengan mobil ayah untuk menghabiskan malam panjang sendirian. Karena teman-teman belajar saya semua pada ngapel, termasuk Bima. "Ah Sial.." ketika baru saja lewat rumah keluarga drs.E, mobil terbatuk-batuk seperti habis BBM. Padahal hujan begitu lebat di luar dan SPBU terdekat kira-kira 2 km dari lokasi tempat mobil saya tepikan di bahu jalan. Akhirnya, saya memutuskan untuk meminjam telepon ke rumah Bima, untuk menelepon ayah atau siapa saja untuk membantu kesulitan gara-gara lalai terhadap yang namanya BBM.Ketika saya tiba di rumah Bima, sambil hujan-hujanan suasana rumah tampak sepi, tidak ada mobil atau pun suara televisi yang menandakan adanya kehidupan. Dengan hati lemas saya pijit bel rumah 2 kali, "Tingtong.. tingtong.." Tidak lama kemudian terdengar jawaban dari dalam rumah. "Siapa..?" Hati saya berdebar, karena saya sangat mengenal suara itu. Kemudian saya menjawab, "Kadek, Tante.. maaf malam-malam Tante. Saya mau pinjam telepon, mobil saya mogok, Tante." Terdengar gerendel pintu berbunyi, dan ketika pintu terbuka tampak sebuah sosok yang sangat saya kenal, sosok yang selalu hadir disetiap fantasi seksual saya. "Aduh Kadek kenapa? kasian malam-malam gini hujan-hujanan, ayo cepat ke kamar Bima, kalo udah selesai ke ruang makan yach! Tante buatin minuman hangat." Sambil mengeringkan badan dan mengganti baju, masih terbayang siluet badan Tante N ketika tadi membuka pintu, yang membayang dari gaun tidur yang tipis.Dalam hati saya bertanya, "Kok sepi sekali, yang lain pada ke mana yach."Sambil menghirup coklat panas yang dihidangkan Tante N, akhirnya saya beranikan untuk bertanya<br />"Tante, Oom, Bima dan yang lain pada ke mana? Keliatannya rumah kok sepi sekali.""Ini lho, adiknya Oom yang di J, sedang sakit, karena si Mbok juga lagi pulang, terpaksadech Tante jadi hansip dulu. Eh.. kamu jadi telepon nggak.""Eh iya Tante, kok jadi lupa nih.""Makanya, jangan suka ngelamun, dari tadi Tante perhatiin kamu kok bengong terus, ada apa sih?""Nggak ada apa-apa kok Tante!"Saya langsung bergegas ke ruang keluarga, dan segera telepon ke rumah. Saya coba berulangkali tetap telepon tidak bisa aktif. Tiba-tiba terdengar suara Tante N, "Bisa nggak Dek? Kalo hujan begini biasanya jaringan telepon di sini memang suka ngadat."<br />"Udah deh, kamu tidur sini aja, Tante juga jadi ada yang nemenin.""Iya Tante."Setelah itu, saya dan Tante N segera beranjak untuk meneruskan obrolan di ruang keluarga. Sebelum saya sempat duduk di sofa, Tante N berkata, "Dek, tolong dong Tante ajarin lagu Turkish March-nya Bethoven, Tante masih kagok tuh perpindahan jari-jarinya.""Kapan Tante?""Ya sekarang dong! Kapan lagi coba kamu punya waktu untuk ngajarin Tante."Kemudian kami menuju piano dan duduk sama-sama di kursi piano yang tidak terlalu lebar. Karenasaya mengajari perpindahan jari-jari tangan, otomatis saya selalu memegang jari tangan Tante N yang halus dengan kuku-kuku yang terawat dengan baik. Jantung saya terasa makin lama makin berdebar, apalagi setiap menarik nafas harum tubuh Tante N, sepertinya memenuhi rongga dada dan membuat adik kecilku mengeras secara perlahan."Kamu kok suaranya bergetar Dek, lagi nggak enak badan yah?""Nggak kok Tante, saya hanya..""Hanya apa hayo! nggak mau ya lama-lama temenin Tante, atau kamu udah ada janji malem mingguan.""Saya nggak punya pacar kok Tante, nggak kayak Bima ama yang lainnya."Sambil terus duduk berdekatan, tiba-tiba kepala Tante N bersandar pada bahuku dan bertanya, "Dek, Tante mau tanya apa Bima pernah cerita nggak kalo ayahnya punya istri lagi yang jauh lebih muda dari Tante, usianya sekitar 25 tahunan lah.""Masa sih Tante, keliatannya Tante sama Om mesra-mesra aja!"Ketika tangan Tante N bergeser untuk bertumpu pada pahaku, secara tidak sengaja menyentuh adikku yang sejak tadi makin mengeras saja dan membuatku berteriak kecil, "Ah.." Sambil Tante N memandangku yang tertunduk malu dengan wajah sendu dan sensual, Tante N kembali bertanya, "Dek, kamu udah pernah berhubungan seksual belum?""Be..be..be..lum pernah Tante!""Mau nggak Tante ajarin? sebagai ganti kamu ngajarin piano sama Tante."Saya diam seribu bahasa, dan tiba-tiba bibir Tante N telah menyerbu bibirku secara bertubi-tubi sambil lidahnya terus berusaha menjilat dan meracau, "Ah..ah..ah.." Sambil terus mencium bibirku, tangan Tante N terus meremas telinga dan rambutku.Tiba-tiba Tante N berkata, "Dek! kita pindah ke kamar yuk.."Sambil bibir kami terus berpagutan, kami pindah ke kamar tidur dan langsung merebahkan badan dengan badanku ditindih Tante N. Selanjutnya Tante N segera melucuti baju tidurnya dan membentanglah suatu pemandangan indah, payudara yang proporsional (kira-kira 36B) denganputing warna merah maron dengan dibungkus kulit putih yang mulus tanpa cacat, dan yang lebih lagi adalah selangkangan dengan bulu-bulu hitam yang tidak begitu lebat dengan belahan merah muda yang mempesona. Dalam keadaan masih bengong, tiba-tiba tangan Tante N menarik tanganku danlangsung dibimbingnya ke arah payudaranya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saya langsung meremas dengan halus sambil memilin puting susunya yang makin tegak dan mengeras."Ah.. ah.. ah.. terus Dek, buat Tante puas Dek.." Sambil terus meracau Tante N segera melucuti seluruh bajuku, dan mulai meraba-raba daerah selangkanganku serta mulai meremas adikku yang terasa nikmat sekali."Punya kamu besar juga ya Dek""Boleh nggak Tante jilatin biar makin besar?"<br />"Emangnya Tante mau gitu..?"Lansung posisi Tante N berubah dan mulai turun perlahan dengan terus menjilati tubuhku, dari leher, dada, perut, dan tiba-tiba kurasakan cairan hangat mulai membasahi batang dan kepala adikku. Dan ketika saya memberanikan diri untuk melihat, rupanya kemaluanku sedang dijilati Tante N, kadang-kadang dikulumnya sambil kurasakan kepala kemaluanku menyentuh ujung kerongkongan Tante N.Tiba-tiba Tante N merubah posisinya, sambil terus mengulum dan menjilat kemaluanku, Tante N memutar badan dengan selangkangannya menghadap wajahku. Terlihatlah suatu pemandangan indah, bulu hitam dengan belahan merah dan segumpal daging merah kecil yang berkilau. "Jilat Dek, jilat Dek," pinta Tante N. Tanpa sungkan-sungkan dan membantah, langsung saja kuarahkan lidahku untuk menjelajah sambil terus menghirup harumnya kemaluan Tante N yang bagaikan candu itu.Usai kegiatan saling menjilat, Tante N segera berbaring dan memintaku untuk bangkit sambil tangannya terus menggenggam adikku dan dituntunnya ke arah kemaluannya. "Masukkan Dek, masukkan Dek!" pinta Tante N, seperti anak kecil yang sedang merengek-rengek. Sesuai permintaanku, segera Tante N menekan tubuhku hingga adikku terarah dengan sempurna, dan terasalah suatu rasa yang sensasional ketika kulit kemaluanku bersentuhan dengan dinding kemaluan Tante N yang sudah basah dengan cairan hangatnya. "Ah.. ah.. ah.." suaraku dan suara Tante N memecah kesunyian dandinginnya malam. Sambil saya terus memompa Tante N tidak lupa saya meremas-remas seluruh tubuh Tante N yang memelukku dengan goyang pinggul yang seirama.<br />Tanpa berkata apa-apa, Tante N membantingku dan tiba-tiba Tante N telah menduduki tubuhku dan mulai bergerak turun naik memutar. Saya semakin takjub saja melihat kedua payudara Tante N seperti bergejolak untuk memuntahkan isinya. Sambil kami terus meracau dengan kata-kata yang menunjukkan kepuasan, Tante N memintaku untuk membalikkan badannya ke posisi semula sambil memintaku untuk memompa lebih cepat. Lalu kurasakan kemaluanku semakin berdenyut dan kemaluan Tante N juga kurasakan hal yang sama. Tidak lama kemudian tubuh kami mengejang, dan seperti di komando kami berteriak, "Ah.. ah.. ah.." sambil dari kemaluanku kurasakan keluar cairan nikmat dengan denyut kenikmatan dari dalam kemaluan Tante N dan kami saling berpelukan dengan erat sambil terus menikmati kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.<br />melepas seluruh kepuasan dengan sentakan-sentakan erotis <br />Oom Icar, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Sinta karena dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Oom Icar bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa berhubungan dengan Sinta ini awalnya cukup konyol. Secara kebetulan keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan perbuatan iseng. Oom Icar saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan tetapnya dan Sinta saat itu sedang digandeng dr.Budi. Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Sinta mengaku hubungannya dengan dr.Budi karena kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-laki itu saja, sedang Oom Icar mengaku bahwa dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Masuk akal bagi Sinta karena dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran.Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran. Sinta takut hubungannya dengan dr.Budi didengar orang tuanya sedang Oom Icar juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak. Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain. Ide ini terlontar oleh Oom Icar yang coba merayu Sinta ternyata diterima baik oleh Sinta.<br />Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Oom Icar akan menjemput dan membawa Sinta ke hotel, Sinta meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng dengan Oom Icar tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali ini hubungannya terkait dekat. Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Oom Icar, sempat kikuk malu dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Oom Icar yang sebenarnya juga sama tegang karena kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Sinta didiamkan begini jadi salah tingkah menghadapinya. Tapi waktu sudah masuk kamar hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan Oom Icar dalam bercumbu. Sinta pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang menghadapi dr.Budi. Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Oom tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Oom Icar menawarkan makan pada Sinta tapi ditolak karena masih merasa kenyang."Aku minta rokoknya Oom.. Sinta pengen ngerokok." pinta Sinta sebagai alternatif tawaran Oom Icar."Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Oom yang pasangin. Oom nggak tau kalo Sinta juga ngerokok.""Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Oom ke sini." jelas Sinta menunjukan kepolosannya."Kok sama, Oom juga sempat tegang waktu bawa Sinta di mobil tadi, takut kalo ada yang ngeliat."Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam perjalanan. Sinta mulai menggoda Oom Icar."Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Oom?" godanya dengan genit."Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang." jawab Oom Icar setelah membakar sebatang rokok buat Sinta yang sudah langsung menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Oom Icar."Mana, katanya mau pasangin buat Sinta?""Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Oom musti cium dulu.."Menutup kalimatnya Oom Icar langsung menyerobot bibir Sinta memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Sinta hanya setelah itu dia menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Oom Icar sambil menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Oom Icar. Melihat ini Oom Icar semakin berlanjut."Bajunya basah keringetan nih, Oom bukain ya biar nggak kusut?" katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang mulai mencoba melepas kancing baju Sinta.Lagi-lagi Sinta tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Oom Icar bekerja sendiri malah dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia tinggal mengenakan kutang saja. Sinta memang sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Oom Icar menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Sinta menggelinjang manja."Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Oom juga buka dulu bajunya?""Iya, iya, Oom juga buka baju Oom.."Segera Oom Icar melucuti bajunya satu persatu sementara Sinta bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Sinta. Sekarang baru dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Oom Icar mengerti bahwa Sinta masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Sinta bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Sinta sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya."Sinta kurus ya Oom?" tanya Sinta sekedar menghilangkan salah tingkah karena susunya mulai digerayangi Oom Icar."Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali Sin." jawab Oom Icar memuji Sinta apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah nggiurkan."Tapi Oom kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Sinta liat ceweknya montok banget..""Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Sinta gini. Kalo ini baru asyik.." rayu Oom Icar sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Sinta yang kebetulan terletak di bagian depan."Oom sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik duluan?""Justru karena yakin maka Oom berani bilang gitu. Coba aja pikir, ngapain Oom sampe berani ngajak Sinta padahal jelas-jelas udah tau temen baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep Sinta, tentu Oom nggak akan nekat gini. Udah lama Oom seneng ngeliat kamu Sin."Sinta kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai diremas tangan Oom Icar."Emangnya, Oom seneng sama Sinta sejak kapan? Kayaknya sih Sinta liat biasa-biasa aja?"<br />"Dari Sinta mulai dateng-dateng ke rumah Oom udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya gemeess sama kamu.." bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja."Aaa.. gemes mau diapain Oom?!""Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga diremes-remesin gini.. sshmm.." jawab Oom Icar dengan memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Sinta."Terusnya apalagi?""Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?" tanya canda Oom Icar yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan Sinta, langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan merangsang itu."Itu bilangnya.. memek." jawab Sinta dengan menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir Oom Icar. Bahasanya vulgar tapi Oom Icar malah senang mendengarnya."Iya, kalau memek Sinta ini dimasukin Oom punya, boleh kan?""Dimasukin apa Oom..?""Ini, apa ya bilangnya?" tanya lagi Oom Icar dengan mengambil sebelah tangan Sinta meletakkan di jendulan penisnya.<br />"Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang Oom?" Sinta bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremas-remas jendulan penis itu."Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Oom beliin pil pencegah hamilnya.""Tapinya sakit nggak?" tanya Sinta sambil mematikan rokoknya ke asbak."Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?" Oom Icar mengajak tapi sambil membopong Sinta pindah ke tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta. Di sini Sinta mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya. Sinta sudah pernah begini dengan dr.Budi, caranya hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.<br />"Ahahhgg.. gellii Oomm.. Sshh.. iihh.. Oom sakit gitu.. ssh.. hngg.."Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang, yang begini justru memancing si Oom makin menjadi-jadi. Oom Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status hubungannya dengan Sinta apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini. Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Sinta yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya dihisap saja sudah membuat Oom Icar buntu dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Sinta di bagian terakhir memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan kesopanan lagi. Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli yang terlalu menyengat."Ssshh.. aahngg.. gelii.. Oomm.." Oom Icar seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja membuat Sinta terangsang tinggi dalam tuntutan birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Oom betul-betul memuaskan sekali. Pada gilirannya Oom Icar merasa cukup dan menyambung untuk mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru terasa asyiknya penis ayah sahabatnya.<br />Sewaktu partama dimasuki, Sinta masih memejamkan mata, dia baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya. Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa mengira-ngira seberapa besar batang itu. "Aahshh.." dia mengerang dengan gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Oom Icar agar tidak sekaligus tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Sinta lewat kata-kata tapi Oom Icar mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk sambil membor penisnya lebih kalem. Di situ batang penis ditahan terendam sebentar untuk membawa dulu tubuhnya turun menghimpit Sinta lalu dari situ dia berlanjut membor sambil mulai memompa pelan naik turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya batang diterima Sinta masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ukuran Oom Icar. Dia pun mulai meresapi nikmatnya batang Oom Icar."Wihh.. ennaak sekalii!" begitu ketat dan begitu mantap gesekannya membuat Sinta langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru dibukanya dengan batang kenikmatan Oom Icar. Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik mencapit tubuh Oom Icar seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan penis dengan putaran vaginanya yang mengocok. Disambut kehangatan begini Oom Icar tambah bersemangat memompa, semakin lebih terangsang dia karena Sinta meskipun tidak bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan menggaruk kepala Oom Icar, kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat tubuh si Oom. Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak permainan, tambah tidak beraturan Sinta menggeliat-geliat. Sementara itu si Oom yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulasinya.Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam orgasme secara bersamaan. Sinta yang mulai duluan dengan memperketat belitannya. "Aduuhh.. ayyuhh.. Oomm.. shh.. ahgh.. iyya.. duhh.. aahh.. hgh.. aahh.. aeh.. ahduhh.. sshh Oom.. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Sin.." saling bertimpa kedua suara masing-masing mengajak untuk melepas seluruh kepuasan dengan sentakan-sentakan erotis.<br /><br />Gairah Istri Tercinta <br />Hai.. untuk seluruh pembaca, penggemar 17tahun.tk perkenalkan aku baruperdana mengirim cerita sex ini. Ini adalah cerita galaman aku langsung.Begini ceritanya.Aku seorang suami umur 39 tahun dan istriku berumur 40 tahun. Kamimempunyai anak 2 orang, 1 perempuan dan satu laki-laki. Walaupun kamisudah berumur tapi kehidupan sex kami sangat memuaskan.Kami selalu berhubungan sex. Istrku memang berumur 40 tahun tapi bodynyatanggung sexy dan terawat masih kelihatan seperti umur 30 tahun.Aku berpikir untuk memberikan sesuatu yang lain kepada istriku, yaitu akuinginkami bercinta dengan satu orang lain, bertiga. Dan ini aku sampaikan kepadaistriku sebut saja namanya Rina. Namaku sendiri Ricky. Pertama-tama Rinatidak setuju, tetapi setelah ku bujuk-bujuk kukatakan."Mah, ini kita lakukan untuk happy kita saja sayang"."Yah, pah tapikan saya malu bercinta dengan orang yang belum pernah sayakenal"."OK, sayang lupakan semua, yang penting saat itu kita mencapai kepuasan.Bagaimana sayang?", setelah kubujuk akhirnya Rina setuju."Terserah papah ajalah."Aku lalu mencium istrku, dan malam itu kami bercinta dan kami melakukannyasampai pagi.Waktu berjalan terus, sementara aku terus mencari orang yang cocok untukkami aja bergabung. Suatu hari aku berkenalan dengan seorang guruinstruktur senam di kota kami. Namanya Herman. Orangnya ganteng umurnyamasih 26 tahun badanya pun sangat atletis. Beberapa kali pertemuan akumenyampaikan apa rencana kami kepada Herman, dan kulihat dia tidakterkejut."Biasa Mas, aku pernah melakukan ini dengan pasangan lain," cerita herman.Oh aku sangat senag sekali, ternyata Herman sangat berpengalaman. Makakami ataur rencana, Ini akan kami lakukan disalah satu hotel terkenal dikotakami.Hari Sabtu siang Rina dan aku ngobrol berdua diruang tamu."Mah, aku kok rasanya kepengen kita tidur dihotel berdua saja malam ini",Rina menyambut dengan hangat."Boleh juga tuh Mas, hitung-hitung bulan madu," katanya.Kami sepakat memilih Hotel "S" untuk menginap nanti malam.Sesampai dihotel setelah menyelesaikan administrasi hotel, lalu kami masukkamar hotel. Rina langsung rebahan diatas tempat tidur yang cukup besar.Sedangkan aku masuk kedalam kamar mandi untuk menelpon Herman, dankami beri tahu nomor kamar dan jam berapa dia harus datang.Didalam kamar aku dan Rina ngobrol dan sekali sekali kami berciuman, Akumeremas payudara Rina dari balik bajunya sambil terus menciumi leherjenjangnya. Rina mendesah, "aaahh... mas....." sambil berciuman tangankumasuk kebalik baju yang dipakainya."Mas?...... aku mau Mas...!" Rok yaand dipakai Rina sudah naik sampaimemperlihatkan paha Rina yan mulus dan putih, Dan tanganku mengelus-elulembut memek Rina dari balik celana dalamnya dan aku merasakan cairankemaluan istriku sudah mulai keluar... yah... oh.... terus Mas..... yahhh...atatasnya yang..."Tiba2 pintu diketuk dari luar. Kami buru2 merapihkan pakain kami, biasa Rinasambil ngomel,"siapa sih, ngegangu aja?"Aku membuka pintu, Herman sudah didepan pintu dengan kaos ktetnyamemperlihatkan tubuhnya yang atletis."Siappa pah?" tanya istrku dari dalam."Ini kenalkan teman papah, tadi telpon kebetulan dia ada di hotel ini, jadipapah suruh mampir saja.""Ini Rina istriku,""Aku Herman mbak," sambil menyalami istriku.Istriku banyak diam, mungkin kesel karena nanggung tadi. Sambil memelukRina aku berkata kepada Rina."Mah, Herman ini yang akan bergabung dengan kita untuk bercinta. Rinasedikit kaget, tapi setelah kutenangkan dia dapat menerimanya. Sambilngobrol sekali-kali aku mencium Rina, pertama-tama Rina sanagt risih, tapilama lama aku dapat merasakan Rina mulai terbiasa, malah membalas ciumanaku. Herman tersenyum melihat kami berciuman. Aku melihat istriku melirikHerman pada saat kami berciuman. Hernan masih duduk disofa sementarakami duduk dipinggir tempat tidur berpelukan menghadap kesofa dimanaHerman duduk. Samil berciuman aku meraba-raba paha mulus istriku. DanRina melebarkan kakinya sehingga Herman dapat dengan jelas melihat pahabagian dalam Istriku dan celana dalam Rina. Herman berdiri menghampirikami dan jongkok didepan kami. Sementara aku dan Rina terus berciuman danpelan aku membuka satu persatu kancing kemeja Rina, dan terbukalahdadanya dengan BRa warna hitamnya. Tiba-tiba Rina tersentak, RupanyaHerman menciumi paha istriku, Rina menegang jilatan Herman terusmerambat keatas menyentuh celana dalam istriku. Sementara aku sudahmelepas beha Rina dan menciumi sambil menjilati puting teteknya."ooooohhh..... yahhhhhh... enak enak Her......jilati memek mbak Her...???"MUlut istriku terus merengek-rengek meminta Herman untuk menjilatmemeknya. Aku merebahkan Rina ditempat tidur sementara kakinya masihmenjuntai kebawah dan Herman terus menjilat dan menciumi selangkanganistriku. Rina melebarkan kakinya dan meminta Herman untuk membuka celanadalamnya."Iyah.... terus Her.... buka celana dalam Mbak.... jilati memek mbak oooohh....Mbak mau kontol mu......."Herman lalu membuka celana dalam Rina..... dan kelihatanlah memek istrikudengan bulu yang rapih terawat dan berkilat, menandakan Rina sudah sangat terangsang.Istriku sekarang sudah telanjang didepan dua laki-laki yang siap untumemberikan kepuasan kepadanya. Rina tergolek pasrah sementara kakinyatetap menapak di lantai sehingga memeknya menjadi lebih kelihat menonjolkeatas. Herman berdiri lalu membuka kaosnya, kelihatan dadanya yang bidangditumbuhi bulu, Istriku memeandang nanar, Herman juga membuka celanapanjangnya. Otomatis Herman hanya memakai celana dalam saja, dankontolnya yang belum tegang menonjol dan kelihatan jelas dimata istriku. DanRina terus melihat kebawah. Sambil berkata "Her...?Mbak mau kontol kamu!Puaskan Mbak Her........" Rina Bangkit dari tempat tidur lalu jongkok didepanHerman.Istriku menciumi kontol Herman dengan bernapsu..... lalu Rina menurunkan<br />celana dalam Herman, maka kelihatanlah kontol Herman begitu dekatnyadenga muka Istriku. Rina menjilati kontol Herman mulai dari pangkal sampaiujungnya. Terus berulang-ulang."ohhhhh.... enak Mbak .... enak sekali lidah kamu Mbak.." erang Herman.<br />Istriku memasukan kontol Herman kedalam mulutnya berulang kali."Ahhhhh enak..... sekali Mbak" sambil tangan Rina mengocok-ngocok kontolHerman. Lalu Herman menngajak Rina berdiri. Lalu mereka berciuman sambilberdiri shhhhh...suara ciuman mereka sampai kekupingku aku terpancing, lalumenghampiri mereka. sambil jongkok dibelakang Rina, aku menciumi pantatrina sambil tanggan ku meraba-raba memek sitriku yang sudah basah....merekaterus berpelukan sambil berciumana sementara aku menciumu pantatistriku..........Tiba-tiba rina istriku menungging mengapai kembali kontol Herman dandimasukannya kedalam mulut acchhhhhh, Herman mengerang.... sementaraaku menjilati memek Rina dari belaakng, sekali jari-jariku keluar masukankedalam memek RIna."yahhhhh... terus Mas... masukkan jarinya Mas... Rin... ga tahan...... terus...yang dalam......... Entot saya.... her..... Mbak Mau kontolmu... masukkankontol kamu kedalam memek MBak..... aaaccchhh... ssssssssshhhh.."Kami berganti posisi. Aku rebahan di kasur sementara istriku menunggingsambil menjilati kontol ku..... dari belakang Herman sudah siap-siapmemasukan kontolnya yang sudah tegang kedalam memek istriku. Heramnmengosok-gosokan kontolnya kebelahan memek istriku."yahhh.... masukan Her... Mbak sudah ga kuat....... entot Mbak Her... PuaskanMbak....." pelan kepala kontol Herman mulai masuk kedalam memek Rina ....,<br />"sssshhhh..." Rina menegang ketika kontol Herman yang sudah tegangpelan-pelan masuk kedalam memeknya istriku. Herman berhenti sebentar, lalupelan kembali menekan kontolnya masuk kedalam memek Rina kembali.Tubuh istriku bergetar.... sshhhhh..... ohhhhhh... enak sekali her.....masukan terus yang dalam oooohhhhh hangat.... kontolmu hangat sekaliHer........""yahhh...Mbak ?...memekmupun berdenyut Mbakk....." herman pelan menarikkeluar kontolnya dan memasukannya kembali."Accchhhhh..... terus Her... yang kuat terus..... entot Mbak...... siram rahimMbak dengan mani kamu....." Herman semakin memaju kontolnya dansemakain cepat...... mbakkk.... mau keluar Her......... oh... mBak ga tahan....Mbak ga tahan......." istriku menggelepar-gelepar."Oohhhh... acccchhhh..... saya keluar.... saya keluar.....ahhhhhhhhhhhhhh........." istriku menegang, sementara Herman terus memajukontolnya keluar masuk memek istriku. Istriku RIna tengkurap ditempaat tidurnafasnya memburu, sementara Herman tetap diatas tubuh Rina danmembiarkan kontolnya tetp tertancap didalam memek istriku sambilmerasakan denyutan memek Rina meremas remas kontolnya. Lalu pelan pelanHerman mencabut kontolnya dan kembali memasukannya. Rina tersentak,"ohhh.... enak sekali kontolmu Her... ohhhh... terus... Her.... Mbak mauLagi...... Mbak mau kontol mu lagi........... Mbak mau di entot berdiri.....Ayo..... Mas entot saya.... puaskan saya......... Rina mau kontol kalianberdua...."Rina berdiri di peluk Herman dari belakang sementara aku jongkok menjilatimemek Istriku yang sudah sanagt basah, sambil menjilati memek nya jarikumasukan kedalam."Yaahhhh enak Mas... terus jilati memek Rin......" Herman dan Rinaberciuman.... sementara aku terus menjilati memek Rina. Kontolku semakinmenegang aku sudah ga tahan, lalu aku melebarkan kaki Rina sambil berdiriaku memasukkan kontolku kedalam memeknya. Berdiri adalah posisi favoritistriku. Aku memutar-mutar pantataku sehingga jembutku bergesekan denganitil bagi atas istriku."Oohhhh yyahhhhh.... kena mas... gesek-gesek terus... oohhhhh enak mas.....kontolnya..... ayoh Mas kita keluarkan sama-sama....... rina mpir....achhhhh..."Rina terus mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berciuman denganHerman sementara aku terus memacu kontolku semakin cepat. Herman terusmeremas-remas tetek Istriku."Aachhhhhh.... oohhh.. aku keluar mas....... mbak keluar lagi Her...... ohhenakks..." Seeerrrr. Aku ikut menegang dan Crottttt......... kami berdua keluarbersama-sama."Ohhhhhh...." istriku terkulai dipelukan Herman."Achhhh.. ohhh.." aku mencabut kontolku dari memek Rina, sementara Rinamasih terkulai dipelukan Herman. Kedua tangan Rina merangkul leharHerman. Kontol Herman masih sangat tegang karena memang dia belumkeluar,"Sambil berbisik... Mbak aku mau entot mbak... aku belum keluar... ahhh. Apamasih kuat mbak...?" tetap merangkul Herman lalu istriku mencium bibir<br />Herman, sambil bergayut dia melingkarkan kakinya kepinggang Herman."Blessssss...." masuklah kembali kontol Herman kedalam memek Istriku,sambil berdiri mereka berpacu mencapai puncak kenikmatan."Yahhhhh.... enak kontolmu Her..... terus masukan yang dalam... kontolmuhangat...... puaskan mbak" mereka berpacu semakin cepat."Her mbak gak kuat mau keluar lagi..... achhhhhh......"<br />"Iyah mbak aku juga mau oooohohhhh... achhhhhh... terus... mbak keluar.....ohhhhhhh crooottttachhhhhhh".Kedua tubuh itu menegang dan berpelukan sangat eratnya.Kami sangat puas sekali.jarinya keluar masuk ke pantatku ..ahhh..nikmatnya Saat itu aku, Chintya dan beberapa teman yang lain mengadakan kegiatan camping di sebuah lereng gunung. Setelah mendirikan tenda, aku dan Chintya mencari air sekalian mandi di sungai yang berada beberapa meter ke bawah dari tempat camping itu. Kami berdua sama-sama memakai celana jeans dan kaos oblong putih sambil berkalungkan handuk.Waktu itu aku sudah lupa dengan kejadian yang kuceritakan di "AKU DAN TANTE-TANTE". Aku ingat lagi ketika Chintya terjatuh masuk ke air. Pakaiannya basah sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan. Dia memakai BH hitam. Aku terangsang dengan keadaannya. Aku lalu menolongnya dan pura-pura terjatuh tepat di hadapannya. Dia lalu mencipratkan air ke tubuhku. Kuajak dia mandi sekalian dan diapun mau. Dia lalu naik ke atas batu dan melepas kaos dan celananya. Kemudian dia duduk bersimpuh dan mengambil sabun yang ada di saku celananya. Posisiku waktu itu berada di belakangnya. Aku semakin terangsang melihatnya hanya memakai pakaian dalam sedang menyabuni tubuhnya.Aku cepat-cepat melepas pakaianku dan kusisakan CD-ku, kuhampiri dia dan dari belakang aku melepas BH-nya. Dia tidak menolak ketika tanganku mengambil sabun dari tangannya. Aku lalu menyabuni kedua payudaranya yang sama besar dengan punyaku dari belakang sambil meremasnya. Dia membalikkan tubuhnya. Aku jadi leluasa menyabuni tubuhnya. Rupanya dia merasa aku tidak adil. Ketika aku meremas payudara kirinya dia mengambil busa sabun yang ada di payudara kanannya kemudian diusapnya kedua payudaraku. Aku memotong sabun itu dan kuberikan potongannya ke Chintya. Sekarang kami saling menyabuni kedua payudara. Kuberanikan diri mencium bibirnya. Dia membalasnya dengan lembut.Perlahan-lahan sambil kucium, dia kurebahkan di atas batu dan kuratakan sabunnya ke seluruh tubuhnya bagian atas sampai busanya hilang. Demikian juga dengan apa yang dilakukan pada tubuhku. Sekarang tubuh kami berdua sudah kering dari busa dan kutindih dia sehingga kedua payudara kami saling menempel. Kami terguling dan posisi Chintya sekarang di atasku. Dia lalu berdiri dan cepat-cepat aku dari belakang memeluknya. Aku mendesah ketika kedua payudaraku menempel di punggungnya. Tanganku meremas kedua payudaranya dan turun ke bawah masuk ke dalam CD-nya. Tetapi dia kurang suka dengan sikapku ini sehingga dia menarik tanganku kembali dan melepaskan diri dari pelukanku.<br />Dia kemudian turun ke air dan kuikuti dia. Kuajak dia melanjutkan permainan yang tertunda di dalam air. Dia tidak mau dan mendorongku. Aku tidak memaksanya. Ketika dia mandi aku juga mandi. Sendiri-sendiri. Malamnya, dia tidur berdua setenda denganku. Kebetulan malam itu dinginnya sampai ke tulang. Meskipun kami sudah memakai pakaian hangat plus berselimutan. Ketika itu kami tidur saling berhadapan.<br />Aku terbangun dan pikiran gilaku muncul lagi. Kusingkirkan selimut. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan retsliting jaketnya. Aku kaget dia ternyata hanya memakai BH di dalamnya. Dia rupanya terbangun juga dan tidak menolak ketika kulepas jaketnya. Bahkan dia melepas jaketku sehingga kedua payudaraku yang tadi kututupi jaket sekarang sudah telanjang. Dia melentangkanku dan dihisapnya kedua payudaraku bergantian. Aku merasakan kehangatan. Mulutnya kemudian naik dan mencium bibirku sambil dia melepas BH-nya. Aku lalu meremas kedua payudaranya begitu juga dengannya. Kemudian di tidur di atasku dan berpelukan.<br />Kami bergulingan ke atas ke bawah sampai kami tidak merasakan kedinginan lagi bahkan berkeringat. Vaginaku mulai basah sehingga ketika dia di bawahku aku lalu duduk dan melepas retsliting celananya. Dia mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh dan langsung dipeluknya sambil dia berkata bahwa dia tidak mau bertindak lebih jauh lagi. Aku memakluminya dan kami akhirnya tidur berpelukan sampai pagi dan tidak merasakan dingin lagi. Keesokan harinya rombongan kami pulang kembali ke kota.<br />Beberapa hari kemudian, aku yang tidak dapat menahan nafsu untuk bercumbu lagi datang ke tempat kostnya. Kulihat di balik kaos putih tipisnya dia tidak mengenakan BH. Kutanya kenapa dia tidak memakai BH. Dia menjawab bahwa BH-nya basah semua. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku duduk mendekatinya dan kuremas kedua payudaranya. Dia mendesah yang kusambut dengan ciuman di bibirnya. Dia mendorongku dan memintaku untuk tidak kurang ajar. Aku takut dia akan menjerit dan terdengar dari luar kamar kostnya. Tapi dia kelihatanya juga kasihan padaku. Sambil dia melepas kaosnya dia mengijinkanku mencumbunya untuk yang terakhir kalinya.Dia lalu tidur dan aku mulai melepas seluruh pakaianku. Ketika aku ingin melepas CD, dia melarangnya. Aku turuti larangannya. Kemudian kucium bibirnya sambil kuremas kedua payudaranya. Dia juga meremas kedua payudaraku dan salah satu tangannya kemudian turun ke bawah ke pantatku dan diremasnya pantatku. Aku disuruhnya berdiri dan dia dari belakang memelukku dan tangan kirinya meremas kedua payudaraku bergantian sedangkan tangan kanannya masuk ke CD-ku. Jarinya masuk ke vaginaku yang sudah basah serta mengocok vaginaku perlahan-lahan.Dia kemudian berlutut di hadapanku dan melepas CD-ku. Dijilatinya vaginaku yang sudah basah. Salah satu tanganku menekan kepalanya dan tanganku yang satunya lagi meremas kedua payudaraku sendiri bergantian. Aku mendesah berkali-kali ketika jarinya mengocok vaginaku sambil dijilatinya cairan yang keluar dari vaginaku. Mulutnya kemudian naik ke atas dan menghisap kedua payudaraku sedangkan kedua tangannya melepas CD-nya sendiri.Setelah itu mulutnya naik ke atas lagi dan mencium bibirku yang juga kubalas dengan jilatan lidah. Sedangkan kedua vagina kami yang basah saling menempel. Tangannya menekan pantatku sehingga kami berpelukan sambil berciuman, berjilat-jilatan, kedua payudara dan vagina saling menempel ditambah dengan jarinya yang keluar masuk ke pantatku yang kubalas dengan jariku yang juga keluar masuk ke pantatnya. Aku tidak mengira Chintya akan sejauh ini. Aku menikmatinya sampai beberapa menit sampai kami terkulai lemas.<br />air mani gue muncrat didalam memeknya..ouuuhh <br />Untuk sambilan gue juga punya usaha kursus private komputer. Siang ituIbu Susan, salah satu klien telpon. Katanya dia belum tahu juga carakirim e-mail. Maklum baru 2 x gue ajarin. Dari pembicaraan disetujuiuntuk ketemu jam 7 malam. Karena dia sampai rumah jam 6 sore. Dia kerjajadi interpreter bahasa Jepang.Jam 7 kurang 10 gue sudah sampai di Lobby Apartemen-nya di bilanganBenhil. Nggak lama dia nongol di Lobby dengan masih pakai pakaiankerjanya. dan segera mengajak saya naik ke Apartemennya. Tanpa gantibaju, dia langsung ke meja komputernya dan menghidupkannya. Nggak lamamasalahnya beres, e-mailnya bisa terkirim semua. Dia cuma lupa nggakclik “send & receive”.Terus dia minta diajarin browsing pakai Explorer. Berhubung dia jarangpakai komputer, kagok bener dia pegang mouse-nya. Entah apa sebabnyague bermaksud kasih contoh, eh tangan dia masih pegangin mouse. Yahtangan nya keremes tangan gue yang gede. Waduh …. alus juga tuh tangan.Gue buru-buru tarik tangan, nggak enak ntar dikatain kurang ajar.Suami-nya adalah temen boss gue. Kalau dilaporin bisa-bisa gue dipecat.Dia lepasin mouse, dan gantian gue pegang sambil ngasih tau dia bedanyabentuk kursor.Gue belum suruh dia coba, eh … tangannya udah nyelosor duluan megangmouse yang masih gue pegang. Yah tahu sendiri khan tangan gue yang diapegang. Gua pengin lepasin tapi sayang abis halus banget telapaknya.Dan bau parfumnya juga lembut, membuat gua betah didekatnya. Gueantepin aja. Gua pikir dia akan lepasin …. eh nggak juga. Malah tangangua dielus-elus. Maklum tangan gua bulunya oke punya.Gue beranikan diri untuk menegurnya “Ibu …. , sebentar lagi Bapakpulang….” Belum sempat ngomong banyak, jari telunjuk tangan satunyadiletakan didepan bibir sambil …. psst….., dan kata dia “hari ini diake bini tuanya …..”. Aduh rejeki nomplok nih, kata gue dalam hati. Tapigue pura-pura nggak berminat. Meski dalam hati udah suka banget.Tangan gua yang masih pegang mouse masih di elus. Kebetulan gua dudukdisebelah kanannya, jadi tangan kiri gua bebas. Dan lagi kursinya nggakpakai tangan-tangan. Makin enak aja …. Tangan kiri nya mengelus tangankiri gue dan diangkatnya, dan ditaruh diatas pahanya yang putih andmulus. Meski dia pakai rok nggak mini, tapi karena duduk ketarik jugakeatas. Roknya yang biru tua menambah kontrasnya warna.Abis naruh tangan gue,tangannya bergerak lagi ke tengkuk gue, dandielusnya. Wow makin on gua. Secara reflek tangan gua juga membalasaksinya, dan gua elus pahanya pelan-pelan. Makin lama makin keatasmenuju pangkalnya. Roknya pun makin tersibak keatas terdorong tangangua. Makin keatas makin mulus. Gua usap pangkal pahajya dan matanyamulai nanar.Ibu Susan sebenarnya biasa saja, nggak terlalu istimewa. Tingginyajugatidak sampai 160 cm (perkiraan gue sih). Kalau berdiri dia tidaklebih tinggi dari pundak gue. Cuma dia menang body yang memang yahutdan kulitnya yang putih mulus. Maklum dia masih keturunan Chinesse dankali aja nggak pernah main di got waktu kecilnya, jadi nggak ada bekaslukanya. Cuma kasihan dia, cuma jadi bini muda. Jadi jatah batinnyanggak terima full. Padahal usianya belum sampai 30 – an, hampir sebayague. Kali aja dia “older than me”Tangan gua ngilang didalam rok kerja nya ngusap-usap pangkalpahanya.Kemudian di berdiri di depan gua yang masih duduk. Lalu kancingbaju-nya dibuka semua. Tapi bajunya nggak dilepas. Dia tarik tangan guadipindahkannya ke pinggangnya dia. Kaus dalamnya gua angkat, danperutnya yang putih bersih pun terpampang didepan gua. Kuciumi perutnyadan sekeliling pusarnya kujilati. Dia menggelinjang kegelian. Keduatangannya mengacak-acak rambutku dan kadang kala dijambaknya. Pedesjuga sih.Baju dan kaus dalamnya sudah lepas dari roknya. Kaus dalamnya kuangkatlebih keatas, dan tampak BH nya menyangga bukit yang tidak terlalubesar tapi juga tidak terlalu kecil. Pokoknya bentuknya bagus danukurannya pas. Dan tentu saja halus. Kebetulan kancing BH-nya didepan,jadi tanpa usaha lebih keras gua udah bisa nglepas tu BH. Bukitkembarnya tersaji jelas di depan gua. Sedikit kendor, tapi masih oke.Gua sambut salah satu putingnya yang berwarna coklat muda dengan bibirdan lidah. Sementara tangan kanan gua melintir puting nya yang satulagi. Seperti cari gelombang radio. Betul juga … nggak lama terdengandesis seperti gelombang FM stereo. Tangan gua yang satu lagi nyusuplagi kedalam roknya dan meremas remas pantatnya yang juga sudah agakturun. Maklum lah sudah hampir 30 an.Tangannya Ibu Susan (Oh ya gua tetep panggil dia Ibu karena diacustomer gue, padahal umur sih paling beda 1 – 2 tahun tuaan dia) yangsatu lagi sudah pindah aktivitasnya ke selangkangan gua. Barang guayang sudah on tampak jelas menonjol dari balik pantalon gua. Itu yangmenjadi sasaran aktvitasnya. Bahkan zipper pantalon gua udah diaturunin, jadi tampak jelas ujung moncong meriam gue dari balik kancutgue.Karena dielus terus moncong meriem gua tambah panjang terus sampaiukuran maksimalnya.kira 2 centimeter dibawah puser. Tangannya pun udahmasuk kedalam CD gua dan mulai mengocok-ngocoknya. Akhirnya ujungmoncong meriam keluar dengan sendirinya dari CD gua. Gua juga nggak maukalah set, tangan gua yang dipantat gua pindahin aktivitasnya kesela-sela paha dia. Dari CD nya udah terasa kalau vaginanya udah basah.Gua tarik sedikit CD nya kebawah, dan dengan sedikit digeser kesamping,gua udah bisa pegang belahannya. Lalu gua usap-usap dengan jari tengah.Sementara desis FM stereonya makin keras terdengar …. sssst ………uuhhhhhh ……. uhhhhhhh ……. sSssssssssstttttt.Dengan dibantu jari telunjuk, gua pegang kacang/itilnya -yang kebetulanagak panjang- dan gua pelintir-pelintir. Dianya makin keras gerakanbadannya dan kepalanya sering ditarik kebelakang. Dan badannyabergetar. Suaranya makin seru ….. untung di apartemen. Coba kalau kalautinggal dikampung ….. pasti banyak yang nyamperin dikira ada berantem.“Dan ….. lepasin celana ik, ….. ik udah nggak tahan. Dengan patuh guapenuhi permintaannya. Sementara tangannya sibut melepas sabuk gua danmemelorotkan pantalon dan CD gua sekaligus hingga lutut. Dia agakterkejut melihat moncong meriam gua. “Jij punya ukuran boleh juga……dari pertama jij kesini udah ik perhatikan, makanya ik pingin” katanyasetengah sadar setengah terdengarSementera CD nya sudah tergeletak dilantai. Gua masih duduk di kursitanpa sandaran tangan. Gua angkat roknya dan gua ciumin pahanya. Bahkangua sempat kasih tanda merah /cupang di kedua pangkal pahanya. Diasudah nggak sabar lagi, tanpa beri gua kesempatan untuk nglepasincelana secara sempurna, dia udah pegang ujung meriem gua dandibimbingnya, lubangnya nan basah dan hangat. Serta berbulu sedikitpada tasnya saja. Persis kaya memek anak-anak.Pelahan tapi pasti Ibu Susan menurunkan pantatnya, blesssssssssss……………Matanya terbelalak merasakan batang gua nyusup dengan hangat kelubangnya. Rupanya basahnya sudah sempurna hingga tanpa kesulitan sudah¾ batang gua masuk ke tubuhnya. Tapi berhenti sampai disitu saja, nggakdi terusin lagi.“Dan ….. batang jij panjang betul” katanya sambil mulai menaik turunkanpantatnya. Sementara gua tenangin pikiran, ambil napas, dan kosentrasiketempat lain. Biar customer gua puas duluan. Gua coba perhatiin TVyang lagi nyiarin sinetron. Jadi konsentrasi gua nggak ke kontol yanglagi dikerjain abis-abisan sama Ibu Susan. Naik turun …. digoyangkekiri dan kekanan……. diputar. Entah diapain lagi. Eh …. Bener nggaklama badannya terasa bergetar lalu melenguh kaya sapi .. uhhhh …. yanglebih keras dari sebelumnya dan tiba memeluk gua kenceng bener danjarinya meremas punggung gua. Untung gua masih pakai baju. Kalau nggakbisa nancep tuh kuku ke punggung. Peluhnya menetes ke baju kerjanyayang belum sempat dilepas, terlihat makin cantik dengan peluh di rambutkeningnya.Sementara telor gua juga terasa basah kena cairan dari vaginanya.“Uggghh … gila, enak sekali” katanya. “Ibu terusin aja” gua nimpali.“Ah … panggil San aja, entar ik lemes banget” jawabnya. Batang gua jugaudah terasa senut-senut, mau explode muatan. Tapi gua tahan dulu. Guaangkat kedua kakinya pada belakang lututnya dengan kedua tangan,sehingga seperti digendong. Tapi batang gua masih nacep di lubangvaginanya.Lalu gua jalan ke tembok dan gua pepetin dia ketembok dengan tetap guagendong. Buat gua tidak ada masalah ngangkat dia. Nggak percuma guahobby olah raga. Lalu gua mulai kerja nggoyangin pinggang maju mundur …goyang kiri …. goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam,sebentar-sebentar terbuka lebar. Sisa air yang dia keluarkan tadimenimbulkan irama yang teratur ….. cik … cik …. cik ….. seirama dengangoyangan pantat gua. Nggak lama dia keluarkan lagi muatan dari dalamvaginanya. Suara erangannya lebih seru dari yang pertama. Leher guadipeluknya kenceng didekep ke dadanya, disela sela bukit.“Dan …. jij sudah nyampe belum ?” tanyanya setelah berhasil mengaturnafasnya. “Hampir bu”. “Turunin ik dulu” tanpa mengiyakan dia gueturunin lalu melangkah ke meja tamu mengambil tisue. Dia masukintangannya ke rok dan dia lap memeknya yang basah kuyup. Sementarabatang saya senut-senutnya makin keras pertanda muatan minta dibongkar.Dengan tidak sabar gua ikuti Ibu Susan ke ruang tamu, dan dari belakangua peluk dia. Lalu gua minta dia menunduk dengan kaki mengangkang.Lalu gua naikin rok kerjanya hingga pantatnya yang putih kemerahan (lopercaya nggak kalau pantatnya berjerawat, padahal lainnya mulus) danmemeknya yang putih kemerahan dengan bulu yang tipis tampak menantanguntuk dijamah. Dengan bepegangan pada sandaran tangan kursi tamu.Dia menikmati lagi sentuhan gua. Kali ini yang bekerja lidah gua. Guajilat sedikit kacangnya dan di "suck” agar basah lagi. Nggak samapaidua menit udah tampak ada cairan bening lagi di memeknya. Maklumlampu-nya nggak dimatiin dan terang lagi. Jadi detilnya kelihatanjelas. Gua udahin “sucking & licking”, karena muatan gua udah merontaminta dikeluarin. Lalu gua masukin lagi dari belakang kontol gua kememeknya. Dia mendesis lagi demikian juga gua. Hangat dan lembab. Lalugua mula goyang kiri kanan, kadang-kadang gua putar. Sementara guamakin berat nahan muatan gua, gua tanya .“Bu boleh keluari di dalam …. “. “Boleh, emang sudah hampir…. “."#147;Ya”. “Kita sama-sama yal. Gua goyang terus sampai gua terasa enakbener karena muatan gua udah sampai deket pintu. Lalu gua peleuk diadari belakang sambil gua remes dadanya. Dan ….. cret ……. cret ……… cret……. cret, air mani gua muncrat didalam lubang vaginanya. Dan Ibu Susanpun merintih …………dan lalu mencengkeram tangan tangan kursi dengan eratserta badannya bergetar dan menegang.. Rupanya dia klimaks juga.<br /><br />Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang <br />Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,"Hey.. kok.. melamun?" katanyaAku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik."Eee.. Ditanya kko masih diam sih?" wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,"Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?""Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?""Kemana Tante?" tanyaku."Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?" karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,"Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam?" yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30."Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai", kata Mbak Hanny.Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku."Nah dewa sekarang tinggal kita berdua", katanya."Mrmangnya ada apa tuh Tante?" kataku heran."Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak," begitu timbalnya."Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki", sambil memeluk aku dan memohon,"Yah sayang? Mau kan?" katanya lagi"Ii.. Yaa, mau.. Tante?" jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. "Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?" gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.<br />Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. "Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh.." desahku."Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta," kata Tante Mey.Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang"Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?"Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya."Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?"Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya."Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta?" Tante Mey meringis memohon.Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..<br />"Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?""Kenapa Tante?""Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?""Ooohh..?" jawabku."Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis," katanya.Selang beberapa menit,"Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?""Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?"Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit."Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang?" lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah."Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..?" ceracaunya."Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?" timbalku.Tiba-tiba, "Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?""Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?"Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali."Tante aku mau keluar nih..?" kataku, "Dimana nih keluarinnya..?""Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?"<br />Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott.."Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?" erangku.<br />TANTE menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani <br />Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawarandari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPAbagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan.Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bungakampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagiadiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kotadimana saya kuliah.Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerjasebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen,berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa sayapanggil Tante Stella, adalah ibu rumah tangga yang sangatmemperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Stella adalah mantanratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayaikarena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarikdiusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amatmanja pada orangtuanya, karena Tante Stella selalu membiasakanmemenuhi segala permintaannya.Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kalibuat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuantersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanyasedikit malas belajar. Tetapi Tante Stella malah menyarankan untukmemberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.Setiap saya selesai mengajar, Tante Stella selalu menunggu saya untukmembicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkapmenyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewatisatu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Stellasemakin akrab.Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datangseperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatotsepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karenasudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimalselama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, TanteStella datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedangmenghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hariitu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Stella tetap minta sayamenunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.Ketika Tante Stella memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkahkagetnya saya, ternyata Tante Stella telah memakai baju yang sangatseksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulaiberumur, Tante Stella masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukansenam "BL" seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut sayamempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambahukuran payudaranya kira-kira 36B.Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanyaberkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaansejalan dengan cairnya situasi, Tante Stella mulai bercerita tentangkesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingungmengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayalentah kamana."Rud, kamu lugu sekali yah..?" tanya Tante Stella."Agh... Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?"jawab saya."Yah... lebih dewasa Dong..!" tegasnya.Lalu, tiba-tiba tangan Tante Stella sudah memegang tangan sayaduluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati."Rud... mau kan tolongin Tante..?" tanya si Tante dengan manja."Loh... tolongin apalagi nih Tante..?" jawab saya."Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!" jawab si Tante.Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulutTante Stella yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidakmembayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid sayasendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginanuntuk "bercinta" dengan Tante Stella ini, karena selama ini sayamenganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab."Wah... saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?" tanya sayasambil bercanda."Yah... kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?" jawabnya.Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikandiri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya.Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulaimeremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Stella jugatidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengankeras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskannafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu,Tante Stella menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamartidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama diamelepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya siTante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapanafsunya dia ingin melepaskan celana Levi's saya. Dan akhirnya diadapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya."Wah... Rud, gede juga nih punya kamu..." kata si Tante sambilbercanda."Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!" jawab saya.Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Stella yang sudah jongkok didepan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengancepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya.Aghhh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini sayamerasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluansaya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membukabajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelahmelihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tibalibido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumipayudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Stella terlihatsenangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailahsaya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras."Oghh... saya merindukan suasana seperti ini Rud..!" desahnya."Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?" katasaya.Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tantejatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yangberwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liangkemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalusaya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan."Ogh... Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante..." dengan suarayang mendesah.Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuhTante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjirikemaluannya, wah... ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih,karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunyasudah tidak menjadi masalah.Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertamakalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. MulutTante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupunmulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puasmelakukan oral seks, akhirnya Tante Stella sekarang meminta sayauntuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya."Rud... ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahannih..!" pinta si Tante."Wah... saya takut kalo Tante hamil gimana..?" tanya saya."Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!" sambil berusaha meyakinkan saya.Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya sayanekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh,nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan."Ahhh... dorong terus Dong Rud..!" pinta si Tante dengan suara yangsudah mendesah sekali.Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulaimendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyikmeremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Stellamengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atassaya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Danternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar sayamerasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambilmerasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetapsibuk meremas payudaranya lagi."Oh... oh... nikmat sekali Rudy..!" teriak si Tante."Tante... saya kayaknya sudah mau keluar nih..!" kata saya."Sabar yah Rud... tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluarlagi nih..!" jawab si Tante.Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani sayadi dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante."Arghhh..!" teriak Tante Stella.Tante Stella kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memelukbadannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-ototkemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejambersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali danmenuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Stella dalam keadaantelanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entahkenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnyadari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Stelladari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnyayang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya denganpenuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluksaya dengan erat."Ih... kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?" kataya sambiltertawa kecil."Agh... Tante bisa aja deh..!" jawab saya sambil menciumi bibirnyakembali.Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagibersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dariTante Stella, kali ini saya langsung membuka celana dan baju sayakembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruangkeluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanyamelakukannya dengan gaya dogie style."Um... dorong lebih keras lagi dong Rud..!" desahnya.Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangatseksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante,sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapatsaya jangkau."Rud... mandi yuk..!" pintanya."Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin sayayah..?" jawab saya.Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamarmandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik TanteStella untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tantemulai terangsang kembali."Hm... nikmat sekali jilatanmu Rud... agghhh..!" desahnya."Rud... kamu sering-sering ke sini Rud..!" katanya dengan nafasmemburu.Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Stella agar duduk diatas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk kedalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyakterasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepatmembuat saya akhirnya "KO" kembali. Saya mengeluarkan air mani kedalam lubang kemaluannya. Tante Stella kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampaibersih. Setelah itu kami mandi bersama.<br /><br />Cerita Seru Panas kuturunkan celana dalamnya perlahan <br />aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Melda.., yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinyaAku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah. Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur pulas.Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, “Alaamaak”, Melda memakai daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku. “Ohh.., glekk”, aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam seks, itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau ceroboh seperti itu.Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping. Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk. Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu, tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung, ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.<br />“Huaa”, aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut. Ahh, indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar vaginanya. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku, kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol clitorisnya yang indah itu.Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh, nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap saja pulas tidurnya.-Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda.Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,..nikmat yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti, walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya.., pelan, pelan dan, “sleepp.., slesepp”, kepala penisku yang gundul sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam vagina Melda yang hangat nikmat itu.Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!, dia, Melda masih pulas saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat, “Ehhss.., ehh.., ss”, seperti orang ngigau. Lalu kucabut lagi penisku sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir setengahnya, “Akhh.., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu Melda, betapa seretnya lubangmu sayang”. Oh, gerakanku terhenti sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu, betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu. Oh, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat menyayangimu.Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke dalam vaginanya, “Bleess.., blessess”, “Akhh.., akhh”, sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini.Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan kutinggalkan kamuLalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam. Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar batang penisku ini, vagina yang luar biasa.<br />Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. “Ohh.., ohh”, kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut penisku itu, takut Melda terbangun.Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.<br />Gairah adikku merenggut perawanku..ahhhh <br />Tiba-tiba aku dikagetkan oleh pintu kamarku yang terbuka dan melihat Dody sedang memegang botol Sari Ayu-ku dan terpaku di pintu. "Eh.. Mbak.. udah pulang ya?" tangannya berusaha menutupi botol lotion itu tapi tak berhasil. "Itu Sari Ayu-ku khan? Buat apa hayo?" Didikan papaku tiba-tiba saja keluar, tegas dan tanpa basa-basi. Dody berdiri di pintu dan memandangku. Aku masih duduk di tepi ranjang, aku melihatnya berkeringat deras sekali. "Ke sini!" aku sedikit menguatkan suaraku, dan dia bergerak mendekatiku terus duduk di sampingku. Aku memeluknya dan terdiam beberapa saat. Aku tidak sanggup memilih kata-kata, aku menyadari apa yang dilakukannya barusan jauh lebih baik daripada dia melakukannya benaran untuk melampiaskan nafsunya. "Sudah sana mandi dulu, Mbak udah tahu semua!" dia pun bangkit dan bergerak keluar kamarku. Sempat-sempat aku melirik pantatnya yang bagus bulat dan tampak kokoh, tercetak di balik celana pendeknya. Kejadian ketiga inilah inti dari keseluruhan ceritaku. Saat itu Dody sudah naik kelas tiga dan aku sendiri sudah berani raba-rabaan sama Pin-pin. Meski jarang yang sampai telanjang bulat, kadang-kadang apa yang dilakukan Pin-pin bisa membuatku melayang, aku tidak tahu apakah itu yang disebut orgasme atau tidak. Cuma setelahnya memang membuatku sayang banget sama Pin-pin. Kadang-kadang aku melakukan masturbasi juga. Sebaliknya Dody dalam pengamatanku sekarang jadi anak yang serius dan cenderung jadi pendiam. Sesekali Pin-pin mengajakku nonton film blue, kadang-kadang di rumahnya yang besar kadang-kadang juga di kamarku, untuk menambah pengetahuan alasannya. Meskipun tidak sering, sesekali setelah nonton film itu, kami bercumbu. Pertama sih cuma cium-ciuman saja, lama kelamaan aku jadi semakin berani dilucuti. Kalau dulu diraba saja sudah gemetaran, sekarang kalau cuma dicium rasanya seperti ada yang kurang. Kadang-kadang rabaannya membuatku melayang dan membuatkan membiarkannya melepaskan pakaianku. Sering cumbuannya begitu merangsangku sehingga kadang ketika tersadar Pin-pin sudah berada di antara pahaku yang terbentang dan aku merasakan batang kemaluannya sudah menempel di pintu lubang kemaluanku dan kurasakan seperti sedang menekan-nekan masuk. Kadang kepalanya sudah hampir masuk semua. Sampai tahap itu biasanya aku tersadar, bangkit dan mendorongnya perlahan-lahan, memeluknya sambil berbisik. "Kamu kan janji, nggak sampai begini khan?" Biasanya Pin-pin tersadar dan tidak marah. Kadang sebagai tanda terima kasihku, aku membaringkannya dan sambil duduk di atas lututnya bertelanjang bulat, aku menyelesaikan nafsunya itu. Aku urut batang kemaluannya perlahan-lahan, dan mengadopsi dari ilmunya si Dody, aku mengoleskan Sari Ayu untuk bahan pelicin. Ejakulasinya kadang-kadang kuat sekali menerpa dada dan perutku. Begitu kuat sampai lututnya kurasakan gemetar dan kejang kurasakan di selangkanganku yang mendudukinya. Secara umum aku masih perawan sampai saat ini (jika ukurannya sudah penetrasi atau belum). Kejadiannya dengan Dody terjadi di suatu sore hari. Hari itu hari libur dan di kampus ada acara hiking pada hari sebelumnya dan baru selesai pada sekitar jam 3 sore. Pokoknya super lelah deh. Saat itu hujan deras sekali, dan sekalian berbasah-basah aku boncengan sama Pin-pin pulang. Pin-pin hanya mengantarku sampai depan rumah dan langsung pulang. Aku sambil berbasah-basah, aku membuka kunci pintu rumah, langsung ke kamar mandi belakang untuk melepas bajuku yang basah kuyup. Aku lihat Dody sedang tertidur nyenyak di atas karpet di ruang tengah. Sementara itu hujan di luar tampak semakin deras saja. Aku segera melepas kaosku yang basah kuyup, bra, celana jeans dan celana dalamku. Aku merasakan kulit pinggulku seperti berkerut-kerut kedinginan terkena air hujan, terutama di bagian karet celana dalamku yang membentuk tekstur akibat tergencet dua hari berturut-turut. Perutku rasanya dingin sekali, payudaraku mengeras dan terutama putingnya yang tegak mengacung akibat kedingingan. Aku memakai piyama warna pink muda yang tadi aku sambar dari jemuran dan tanpa mengenakan apa-apa di baliknya aku mengenakannya setelah membilas diri di shower. Guyuran airnya rasanya hangat dibandingkan terpaan air hujan tadi. Aku keluar dari kamar mandi berpiyama dan memasukkan pakaian kotor tadi di tempat cucian dan bergegas masuk rumah. Dody masih tertidur dengan nyenyak di karpet, TV masih menyala, sementara itu hujan terdengar semakin keras saja disertai angin dan petir. Perutku tiba-tiba terasa begitu lapar, sementara itu badanku rasanya pegal-pegal. Aku ambil roti di atas meja dan memakannya dengan rakus sambil rebahan di sofa. Dody bercelana pendek dan berkaos oblong sedang tertidur nyenyak terdengar dari suara dengkurannya perlahan-lahan. Di celana pendeknya terlihat bongkahan besar buah zakarnya dan samar-samar tercetak sebentuk batang seukuran lem UHU stick ukuran kecil tampak mengarah ke atas agak miring ke kiri. Kaosnya agak terangkat sedikit ke atas sehingga perutnya terlihat samar-samar ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku habiskan setangkup sandwich dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan di sofa panjang di ujung karpet di mana Dody sedang tertidur. TV sedang menayangkan MTV most wanted, VJ-nya Sarah, kemudian ada lagu dari Westlife. Boleh juga boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena lelahnya, aku rebahan di sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan tubuhku mulai menghangat meskipun hanya diselimuti piyama tipis itu tanpa apa-apa di baliknya. Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di antara pahaku dan merasakan hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian bawah. Dody membalikkan badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak. Maksudku saat itu rebahan sebentar kemudian aku masuk kamar ganti baju dan terus tidur di kamar, eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur di sofa saat itu. Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan kali itu saja. Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat berganti piyama, atau setidaknya memakai sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak menyadari saat aku tertidur, sesosok mata sedang menyaksikanku dari jarak yang begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadari kain piyamaku tersingkap dan ketika kaki kananku terangkat dan menyandar di sandaran sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terbuka lebar hanya sekian meter saja dari seorang anak muda yang sedang dalam puncak-puncaknya mencari pengetahuan tentang seks. Sementara aku sendiri sedang bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sedang dituntun Pin-pin sedang menuruni bukit. Tapi saat itu aku merasakan hanya kami berdua saja dan merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh dengan rumput-rumput yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya yang indah. Pin-pin mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil memandangi dataran di bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle. Pin-pin memelukku dan aku merasakan dadanya yang luas dan kuat sedang merengkuhku dengan hangat mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung itu. Kemudian aku merasakan nikmatnya ketika jemari-jemarinya mulai meremas-remas payudaraku, putingku dijepitnya dengan jari tengah dan telunjuk. Aku mulai merengkuh pinggulnya dan menggerakkan tanganku ke selangkangannya dan menemukan bahwa batang kemaluannya itu telah terbuka sehingga aku bisa merasakan tekstur kulit yang seperti berulir oleh urat-urat yang menonjol. Sementara itu aku merasakan tangannya bergerak menyusup di antara pahaku dan tiba-tiba aku merasakan telah telanjang bulat. Jemarinya membelai-belai selangkanganku dan mengucek klitorisku dengan cepat. Aku merasakan gairah yang semakin naik, dan tiba-tiba aku merasakan ada anak-anak kecil berlarian di antara kami. Aku melihat senyuman Pin-pin dan ketika aku meraih wajahnya aku merasakan sesuatu yang hangat mulai masuk perlahan-lahan ke dalam tubuhku melalui selangkanganku. Gairahku semakin naik seiring dengan masuknya batang kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di antara dadaku sehingga dadanya menghimpit payudaraku dan tiba-tiba kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik klitorisku. Tampaknya seluruh batangnya telah masuk. Dia mengangkat pahaku dan membukanya lebar-lebar sebelum dia menarik pinggulnya sehingga batangnya tertarik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa nikmat. Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia menghentakkan pinggulnya dengan kuat. Ketika aku membuka mata aku akan menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku berada di pinggiran sofa. Piyamaku terbuka lebar sehingga perut dan dadaku terbuka. Sepasang tangan merangkul punggungku dengan kuat di antara piyamaku yang terbuka. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa, tertindih pinggul dan perutnya sementara paha kiriku berjuntai ke lantai tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membuatku menjerit. Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika ditarik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan. Kesadaranku masih sedikit melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh aku meronta. Dody menindihku dan sedang bergerak-gerak perlahan menusuk-nusukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku. Kedua tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terbuka sehingga membuat kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja deras. Aku menjambak rambutnya dan meronta-rontakan kedua pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua tangannya mengelus-elus punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup kuat melawan kehendaknya, apalagi kondisiku saat itu begitu lelahnya. Sehingga akhirnya yang terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya memompaku dengan cepat dan kuat. Gesekan-gesekan batang kemaluannya betul-betul mengkanvaskanku. Antara rasa nikmat yang kadang-kadang sempat muncul dan rasa perih yang juga bersamaan terasa, membuatku benar-benar di bawah kungkungan nafsunya. Rasanya lama sekali dia melakukan itu, cukup lama untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa nikmat yang aneh. Sampai suatu saat Dody melepaskan rangkulannya dan mulai bergerak cepat sekali menggesek-gesekkan batang kemaluannya. Meskipun tubuhku lepas dari kungkungan itu, tapi tubuhku sudah tidak sanggup lagi bereaksi terhadap perbuatannya dan membiarkannya menyelesaikannya. Beberapa saat kemudian Dody seperti mengejang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di dalam liang kenikmatanku, sesuatu yang tiba-tiba mengalirkan rasa nyaman yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar apa yang terjadi dan bangkit sambil berteriak dan mendorong tubuhnya sehingga menekuk batang kemaluannya yang sedang menusuk-nusuk sangat cepat ke dalam tubuhku. "Dod.. jangan di dalam..!" Tapi aku terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar sperma ke dalam lubang kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat ketika aku meronta dan menyebabkan batang kemaluannya terlepas dari dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua, ujung masih sempat menyemprotkan cairan spermanya dan jatuh bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya menetes jatuh ke karpet.<br /><br />Bercinta dengan guru bahasa inggris<br />Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.<br />Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku."Kenapa Jack""Ah.. tidak apa-apa", jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar)."Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan", kata Ibu Shinta."Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya", jawabku dengan ragu-ragu."Terima kasih Jack".Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, "Oh my God what i'm doing", dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, "Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.<br />"Mau apa kau sshh... sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.Ooo... oh.. oh..", desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.<br />Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. "Aahh... Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh..."Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. "Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?", tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus."Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.." Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya."Gantian dong.." Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. "Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?", tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri. Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. "Ohh...", desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. "Ooo... ahh... hmm... ssshh...", desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. "Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!" Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. "Gaya apa lagi ini?", tanyanya.Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat."Capek?", tanyaku. "Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku".<br />"Tapi kan nikmat Bu..", jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan."Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas", kataku sambil mengatur posisinya.Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. "Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh.." Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.<br /><br />Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. "Uuuhh.., mmmhh..", Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. "Ehhh..., mmmhh..". Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan."Ooohh.., aduuuhh..". Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. "Mmmhh..., mmmhh.., ooohhm..". Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. "Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss...", erangku.Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. "Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus", teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., "Creet.., suuurr.., ssuuur..""Oughh.., Jack.., nikmat..", erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, "Crooot.., croott.., crooot..", banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya."Aaahkk.., ooough", ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. "Ohm, masuk.., augh.., masukin"Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, "Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack"Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme. <br />Guru wali kelas anakku<br />Sebagai seorang kepala rumah tangga yang memiliki seorang anak laki-laki yang telah memasuki ke ajang pendidikan tentunya sangat membahagiakan. Ini terjadi denganku dikala anakku yang bernama Jerry telah memasuki SD kelas 1. Setelah istriku meninggal dunia karena terkena penyakit kanker payudara, akulah satu-satunya yang mesti mengurusi anakku, Jerry. Secara jujur, kehidupanku sangat menyedihkan dibandingkan sebelum istriku meninggal. Sekarang semuanya kulakukan sendiri seperti mengajari anakku mengerjakan PR-nya, memasak yang tentunya bercampur dengan kesibukanku di kantor sebagai salah satu orang terpenting di perusahaan Jepang yang berdomisili di Jakarta.Kadang-kadang aku menjadi bingung sendiri karena bagaimanapun masakanku tidak sesempurna istriku dan untunglah Jerry, anakku satu-satunya tidak pernah mengkritik hasil masakanku walaupun aku tahu bahwa semua hasil masakanku tidak bisa dimakan karena kadang-kadang terlalu asin dan kadang-kadang gosong. Suatu hari Jerry memberitahuku bahwa aku mesti datang ke sekolahnya karena gurunya ingin bertemu denganku.Pada hari yang sudah ditentukan, aku pergi ke sekolah anakku untuk bertemu Ibu Diana dan sewaktu aku bertemu dengannya, aku menjadi cukup gugup dan untunglah perasaan itu dapat kukuasai karena bagaimanapun aku pergi dengan anakku dan aku tidak ingin anakku membaca kegugupanku itu. Akhirnya aku dipersilakan duduk oleh ibu guru yang ternyata belum menikah itu karena aku tidak melihat cincin kawin di jarinya dan juga dia mengaku sendiri bahwa dia masih single ketika kupanggil dia dengan sebutan Ibu Diana. Didalam percakapan itu, dia menceritakan mengenai pelajaran Jerry yang agak tertinggal dengan murid-murid lainnya. Ternyata baru ketahuan dari pengakuan Jerry, bahwa walaupun dia rajin mengerjakan PR tetapi dia tidak pernah mengulang pelajarannya karena waktunya dihabiskan untuk bermain Play Station yang kubelikan untuknya sehari setelah kepergian istriku supaya dia tidak menangis lagiAkhirnya diperoleh kesepakatan bahwa Ibu Diana akan memberikan anakku les privat dan setelah kami sama-sama sepakat mengenai harga perjamnya, kami bersalaman dan meninggalkan sekolah itu. Selama perjalanan ke rumah, aku selalu teringat dengan wajah imut guru muda anakku itu<br />Sore harinya setelah aku tidur sore, aku teringat bahwa 1 jam mendatang guru anakku akan datang dan berarti aku juga harus bersiap-siap untuk menyambutnya. Setelah guru Jerry datang dan aku mengajaknya ngobrol untuk beberapa saat, dia kemudian minta izin untuk memulai les privat untuk anakku. Aku hanya mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. Aku mulai membaca koran Kompas hari itu dan aku sekali-kali mencuri pandang pada guru anakku yang sedang mengajari Jerry. Kulihat bahwa Ibu Diana ini cukup pengertian dalam mengajari anakku yang kadang-kadang masih cukup bingung akan materi yang dipelajarinya.Dua jam berlalu sudah dan kusadari bahwa jam privat les sudah usai dan ketika dia hendak pulang ke rumahnya, aku menawarkan kepadanya untuk mengantarkannya berhubung hari sudah malam dan aku tahu persis bahwa tidak ada lagi kendaraan umum pada jam-jam begitu di sekitar rumahku. Akhirnya aku mengeluarkan mobil BMW kesayanganku dan setelah aku bersiap-siap, aku menyuruh Jerry untuk mengulang pelajaran yang tadi sementara aku akan mengantarkan gurunya pulang. Jerry menuruti ucapan ayahnya dan tanpa basa basi, dia mulai membuka kembali bukunya dan mengulang materi yang baru saja dipelajarinya.Aku kemudian mulai menyuruh Ibu Diana untuk masuk dan kemudian aku memulai mengendarai mobil itu setelah aku menutup pintu gerbang tentunya karena aku tidak mempunyai pembantu rumah tangga saat itu. Di tengah perjalanan, kami bercakap-cakap mengenai segala hal dan mengenai perubahan yang dialami Jerry setelah ibunya meninggal dunia. Nampaknya Ibu Diana serius sekali mendengarkan curahan hatiku yang kesepian setelah ditinggal oleh istriku.Tiba-tiba ketika kami sedang asyik bercakap-cakap, aku melihat sekilas seorang anak kecil yang sedang lari menyeberang sehingga dengan secepat kilat, aku langsung mengerem secara mendadak dan disaat aku mengerem mendadak itu, karena Ibu Diana lupa tidak memakai "Seatbelt", dia langsung jatuh kedalam pelukanku. Dia nampaknya malu sekali setelah kejadian itu tetapi setelah aku bilang tidak apa-apa, dia kembali seperti sediakala dan sekarang kami nampaknya semakin akrab dan aku menjadi sangat kaget dikala dia minta tolong untuk pergi ke motel terdekat karena dia ingin buang air dengan alasan bahwa rumahnya masih sangat jauh. Aku melihat ekspresi wajahnya seperti orang yang menahan sesuatu sehingga akhirnya aku menyetujui untuk pergi ke motel terdekat untuk menyelesaikan 'bisnis'nya.Akhirnya kami berada di dalam sebuah motel murah yang tidak jauh dari tempat aku mengerem mendadak tadi. Setelah berada di dalam kamar, aku langsung duduk di tepi ranjang sementara Ibu Diana dengan kecepatan yang luar biasa langsung pergi ke arah toilet yang berada di dalam kamar motel itu. Beberapa menit kemudian, aku dikagetkan oleh Ibu Diana yang keluar dari dalam toilet dengan mendadak."Bu.. ada apa?" aku mendadak gugup bercampur kepingin melihat tubuh Ibu Diana yang sangat indah itu. Tapi tiba-tiba Diana menarikku dan langsung mencium bibirku. Sepertinya aku mau meledak! Ibu Diana yang tingginya 172 cm, rambut panjang dan tubuhnya sempurna sekali, padat, keras, sedikit berotot perut, pokoknya seksi sekali. Diana menuntun tanganku ke dadanya. Disuruhnya aku meremas-remas dadanya. Belakangan kuketahui ukuranya 34C. Kemudian dia sendiri melepas bajunya dengan senyumnya yang menggoda sekali. Aku hanya diam terpaku melihat caranya melepas pakaian dengan pelan-pelan dengan gaya yang menggairahkan sambil menggoyang pinggulnya.<br />Kemudian terlihatlah semua bagian tubuhnya yang biasanya tersembunyi. Dadanya yang montok kencang menggantung-gantung, bulu kemaluannya yang tipis rapi, tubuhnya yang putih mulus sangat menggairahkan. Batang kejantananku juga sudah membesar mengeras lebih dari biasanya. Lalu Diana kembali merapatkan tubuhnya ke arahku, ditempelkannya mulutnya ke kupingku, menjilatinya dan berbisik kepadaku, "Kamu akan merasakan seperti di surga." Tapi aku masih berusaha menghindar walaupun sebenarnya aku mau kalau tidak pemalu."Nanti kalau teman-teman datang bagaimana?""Tenang saja saya sudah bilang mau tidur sebentar di sini dan jangan diganggu."Gile sudah direncanaka!Tanpa kusadari kemejaku sudah lepas (ke mana-mana aku biasa memakai kemeja lengan pendek) Diana menjilati perutku dan terus ke bawah. Aku masih diam ketakutan. Sampai akhirnya dia membuka celana dalamku. "Wah, ini akan hebat sekali. Begitu besar, keras. Belum pernah aku melihat seperti ini di film porno."<br />Diana mulai mengisap-isap batang kemaluanku (baru-baru ini aku tahu namanya disepong karena almarhum istriku tidak pernah melakukannya). "Aaarghh.. argh.." aku baru sekali senikmat itu. "Kamu mulai bergairah kan, Sayang?" Baru kali itu dia memanggilku sayang. Aku benar-benar bergairah sekarang. Kuangkat tubuhnya ke kasur kujilati liang kewanitaannya yang sudah basah itu. "Nnngghhh.. ngghhh.. aaahh... ahhh" Diana mulai mengerang-ngerang. Tapi itu membuatku makin bergairah. Kuhisapi puting susunya yang berwarna pink. "Aahhh.. yeahh.. Tak kusangka kamu agresif sekali." Kumasukkan jariku ke liang senggamanya. Kusodok-sodok makin lama makin cepat. Diana hanya bisa mengerang, mendesah-desah. "Ricky, cepat masukkan.. ahhnggh.. cepat, Diana udah nggak tahan.. ahhh.. Tapi pelan-pelan, Diana masih perawan."Waktu itu aku tidak memikirkan dia perawan atau tidak. Aku hanya memasukkan batang kemaluanku dengan pelan-pelan, sempit sekali. Benar-benar masih perawan, kupikir. Liang kewanitaannya begitu ketat menjepit batang kejantananku. Sampai akhirnya batang kemaluanku yang panjangnya 20 cm dan diameternya 3,8 cm amblas semua. "Aaakkhhh..." lagi-lagi teriakannya membuatku bersemangat sekali. Kusodok sekuat-kuatnya, sekancang-kencangnya. "Ngghhh.. Rickkk.. gede banget.. aanggghh.. indah sekali rasanya."Kemudian kami mengganti posisi nungging. "Plok.. plok.. plok.." suara waktu aku sedang menggenjotnya dari belakang. Dadanya berayun-ayun. Diana kadang meremasnya sendiri. "Aahhh.. lagi.. lebih cepat.. Aaahhh.. Diana udah keluar.. Kamu keluarin di luar, ya!" Tidak lama kemudian akupun keluar juga.Kusemprot maniku ke sekujur tubuh Diana yang lemas tak berdaya. Dijilatinya lagi batang kenikmatanku sampai lama sekali sampai-sampai keluar lagi. Dengan nafas masih memburu terengah-engah, Diana memakai pakaiannya kembali. "Kamu hebat sekali Rick. Diana puas sekali. Sebenarnya aku sudah jatuh hati kepadamu pada pandangan pertama." Kemudian sebelum keluar kamar Diana kembali mencium bibirku. Kali ini aku tidak malu lagi, kucium dia sambil kupegang payudaranya.Setelah kenikmatan bersama itu, kami berpelukan untuk beberapa menit dan kami berciuman lagi untuk beberapa lama. Sejujurnya aku sudah jatuh hati kepada guru anakku sejak pertama kali bertemu dan sekarang baru kusadari bahwa dia juga telah jatuh hati kepadaku. Setelah itu aku kemudian berkata kepadanya, "Diana, aku ingin kamu menjadi kekasihku yang bersedia mengajari Jerry.." Belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, Diana langsung menciumku dan aku membalasnya dengan penuh kemesraan dan tentunya berbeda dengan perlakuan kami yang baru saja terjadi.Setelah kami berciuman untuk beberapa menit, Diana langsung berkata kepadaku, "Ricky, aku juga ingin memiliki kekasih dan ternyata aku sekarang menemukannya dan aku ingin menikah denganmu dan kita bisa bersama-sama mendidik Jerry." Setelah kejadian itu, Diana sering pergi keluar bersamaku dan Jerry.<br />sentakan aliran cairan hangat dari batang kemaluan Shin Chan segera dirasakan oleh dinding-dinding liang kenikmatan mamanya. <br />Sudah satu minggu ini Shin Chan melihat papanya secara diam-diam mengambil botol ungu dari atas lemari obat didapur dan meminum sebutir obat warna merah dari dalamnya. Setiap kali Shin Chan bertanya pada papanya, ia selalu memperoleh jawaban yang tak memuaskan. Shin Chan berpikir bahwa yang diminum papanya setiap akan berangkat kerja itu adalah permen yang sangat enak rasanya dan disembunyikan darinya. Timbullah keinginannya untuk mencoba obat yang dikiranya permen enak itu.Sepulang sekolah ia langsung kedapur karena lapar. Lalu ia mencoba berteriak memanggil mamanya tapi ia hanya mendengar jawaban samar-samar dari belakang. Mamanya meminta Shin Chan untuk sabar menunggu karena beliau masih sibuk mencuci pakaian. Duduk di depan meja makan pandangannya tertuju pada lemari obat yang ada dipojok dapur. Dilihatnya juga sebuah botol ungu diatasnya."Uhh, lapar begini paling enak makan permen dulu ya", katanya dalam hati.Otaknya berputar mencari cara meraih botol ungu yang terlalu tinggi dari jangkauannya. Akhirnya ia mengambil kursi tinggi dan berhasil meraihnya. Di botol itu tertera "Penis Enlargement", (pembesar kelamin), tapi Shin Chan tak tahu maknanya dan dianggapnya isinya adalah permen manis. Ketika akan membuka didengarnya suara mamanya mulai mendekat ke dapur. Dengan buru-buru ia mengambil 2 butir dari dalam botol itu lalu ditutup dan dikembalikan ketempat asalnya. Sambil mengunyah 2 butir obat yang dikiranya permen itu ia mendorong kursi ketempat semula.<br />"Hmm, rasanya manis, enak", katanya dalam hati."Shin Chan, kamu makan apa?", tanya mamanya ketika melihat anaknya lagi mengunyah sesuatu."Permennya Papa", jawab Shin Chan santai tanpa rasa bersalah.Tanpa memikirkan soal permen itu, mamanya Shin Chan kemudian menyiapkan makan siang Shin Chan. Sejak saat itu bila Shin Chan harus menunggu untuk makan siang ia pasti akan mengambil dan mengunyah permennya Papa tanpa sepengetahuan siapapun. Meskipun tidak setiap hari ia mengambil permennya Papa tapi setiap pengambilan bisa 2 sampai 3 butir. Hal itu ia lakukan selama hampir 3 bulan. Papa Shin Chan yang banyak disibukkan pekerjaan kantor tak pernah curiga akan singkatnya persediaan obatnya karena sering lupa dan selalu membeli lagi setelah habis.Shin Chan sendiri tak pernah merasakan efek dari obat itu karena ia sama sekali tak mengerti. Efek yang ditimbulkan permen yang dikunyahnya adalah pembesaran alat kelamin pria hanya pada saat ereksi. Oleh karena Shin Chan kecil belum pernah ereksi maka ia pun tak merasakan apa-apa.Suatu sore hari ketika Shin Chan menonton TV bersama mamanya, ia melihat penyanyi wanita yang hanya mengenakan bikini."Ma, Mama, yang nyanyi cantik ya Ma", kata Shin Chan pada mamanya."Cantik mana sama Mama?", tanya mamanya."Cantik Mama dikit, tapi banyakan penyanyi itu", jawab Shin Chan santai."Ehh, Shin Chan nakal ya", teriak mamanya."Kalau begitu nanti nggak kubuatkan mie kesukaanmu", sambung mamana."Ma, Mama, buatkan mie-nya dong", rengek Shin Chan berkali-kali tanpa dihiraukan mamanya."Mama cantik kok, Mama lebih cantik dari penyanyi itu, sungguh Mama tambah cantik lagi kalau buatin Shin Chan mie kesukaan Shin Chan", rayu Shin Chan pada mamanya.Akhirnya luluh juga hati mamanya mendengar rengekan dan rayuan anaknya semata wayang itu."Iya Shin Chan, Mama akan buatkan tapi nanti ya", ujar mamanya.<br />"Shin Chan mau sekarang Ma, Mama buatin sekarang dong, Shin Chan lapar sekali", rengek Shin Chan lagi.Tak tahan mendengar rengekan Shin Chan, mamanya langsung ke dapur dan menyiapkan mie kesukaan Shin Chan."He, hehe, Shin Chan akan makan enak", katanya dalam hati sambil menonton goyangan penyanyi-penyanyi cantik di TV."Uhh, asyiik cantik-cantik goyang ngebor, ayo terus ngebor", kata Shin Chan dalam hati sambil terus mendekat ke arah TV dengan tengkurap.Tanpa disadarinya, kemaluan Shin Chan bergeser dengan karpet yang ada dilantai. Semakin asyik, Shin Chan mengikuti irama lagu di TV dan menggerak-gerakkan pinggulnya. Semakin lama ia merasakan rasa yang enak kemaluannya ketika bergesek dengan karpet."Uhh, enaak, ayo terus goyang", kata Shin Chan.Tiba-tiba kemaluan Shin Chan bertambah besar karena ereksi. Semakin lama semakin besar hingga panjangnya sekitar 20 cm, sebuah ukuran panjang kemaluan yang berlebihan untuk anak seusia Shin Chan. Karena celana Shin Chan ukurannya pas-pas-an untuk anak seukuran Shin Chan maka Shin Chan menjerit kesakitan karena kemaluannya yang panjang itu menabrak dan terjepit karet celananya."Aduh, Aduh, Mama, Mama sakit Ma", jerit Shin Chan pada mamanya.Terkejut Mama Shin Chan langsung berlari ke ruang tengah dan mendapat Shin Chan lagi terlentang kelimpungan dengan tonjolan celananya yang sangat besar."Kamu kena? Mana yang sakit?", tanya mamanya pada Shin Chan kebingungan."Ini Ma, burung Shin Chan kejepit celana, tolong Ma, aduh sakit", teriak Shin Chan sambil meringis dan memegang burungnya.Sekilas Mama Shin Chan juga melihat tontonan TV yang masih memeprlihatkan goyangan-goyangan erotis dari penyanyinya. Mengertilah Mama Shin Chan tapi tetap heran dengan besarnya tonjolan burung Shin Chan. Untuk mengurangi rasa sakit jepitan celana pada burung Shin Chan maka mamanya melorotkan celana Shin Chan yang lagi terlentang. Bertambah terkejutnya Mama Shin Chan setelah melihat burung Shin Chan yang berdiri tegak dengan ukuran melebihi milik suaminya. Dipegang dan diusap-usap burung Shin Chan oleh kedua tangan mamanya yang lembut.<br />"Enaak Ma, terus.", kata Shin Chan nakal sambil tersenyum lega."Shin Chan, ini akibatnya kalau kamu lihat TV yang seperti gituan", teriak mamanya dengan muka merah dan segera mematikan TV."Mama, Mama, maafin Shin Chan.", rengek Shin Chan hampir menangis.Tapi tetap saja burung Shin Chan berdiri tegak karena usapan mamanya.Mamanya Shin Chan tahu bahwa untuk menidurkan kembali burung Shin Chan ia harus menyudahi usapannya pada burung itu, tapi karena ia belum pernah melihat dan memegang penis pria sebesar itu maka dengan ia masih tetap berlama-lama menatap dan mengusap burung anaknya. Melihat jam dinding, dengan berat hati ia meninggalkan Shin Chan dan kedapur untuk menyiapkan makan malam suaminya yang akan tiba dari pulang kerja tak lama lagi."Ma, Mama, gimana ini, Shin Chan kok ditinggal", teriak Shin Chan."Lepas dulu aja celanamu, duduk dan tunggu aja, kalau burungmu sudah tidur pakai lagi celanamu", teriak mamanya dari dapur."Hihihi, dingin-dingin empuk", tawa Shin Chan sambil memijat-mijat burungnya sendiri.Lupa akan perintah mamanya, Shin Chan lari berputar-putar diruang tengah tanpa celana menirukan aksi superhero kesayangannya ketika membasmi kejahatan."Hmm, mana monster-monster jahat itu biar kutembak dengan senjata baruku ini", teriak Shin Chan memegang burungnya dan memainkannya bak senjata.Kelakuan Shin Chan yang belum tahu apa-apa ini, membuat burungnya tetap saja berdiri tegang tak mau segera tidur. Tapi Shin Chan malah senang karena punya mainan baru.Mama Shin Chan yang telah usai menyiapkan makan malam keluarga, kembali keruang tengah untuk melihat kondisi anaknya."Ma, Mama, ayo Ma main superhero lawan monster, Shin Chan jadi superheronya, Mama jadi monsternya ya", teriak Shin Chan pada mamanya."Shin Chan kamu kok nakal banget sih, disuruh duduk kok malah lari-lari", teriak mamanya tak dihiraukan Shin Chan yang lagi asyik main dengan berlarian.Mamanya berusaha menangkap Shin Chan untuk dipaksa duduk tenang, tapi Shin Chan malah menganggapnya bermain-main dan tetap terus menghindar dari tangkapan mamanya lalu sesekali memegang burung dan mengarahkannya pada mamanya sambil beraksi menembak."Dor, dor, dor", teriak Shin Chan.Gemas campur marah mamanya Shin Chan mengancam tak memberinya mie, tapi Shin Chan nakal sudah tak mendengarkan lagi ancaman mamanya yang sudah dianggapnya monster yang berusaha menangkapnya."Ayo monster kalau bisa tangkap Super Shin Chan", ujar Shin Chan.<br />Mendengar kata-kata Shin Chan, mamanya punya akal untuk menangkapnya."Awas Super Shin Chan kalau ketangkap akan kuberi pelajaran", kata mamanya Shin Chan berlagak jadi monster.Lalu mamanya Shin Chan segera mematikan lampu diruang tengah sehingga kondisinya menjadi remang-remang."Mama, Mama Shin Chan takut, nyalain lagi lampunya", jerit Shin Chan ketakutan sehingga tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri.Tiba-tiba dua tangan mamanya sudah menangkap tubuhnya dari belakang.<br />"Hehehe, ketangkap kamu", ujar mamanya Shin Chan dengan suara monster."Mama, Mama mainnya sudahan", ujar Shin Chan sambil merobohkan dirinya diatas karpet ruang tengah."Mamamu sudah tak ada, yang ada hanyalah monster yang akan memberimu pelajaran", kata mamanya bak monster jahat yang siap menerkam mangsanya.Merasa tertantang, keberanian Shin Chan muncul kembali mengingat ia punya senjata pamungkas yaitu burungnya yang masih berdiri."Super Shin Chan tidak takut sama monster jelek, sini biar kutembak", teriak Shin Chan dengan memegang dan mengarahkan burungnya ke arah wajah mamanya yang mendekat.<br />"Aku bukan monster jelek tapi monster cantik dan tak takut dengan senjatamu, terimalah pelajaran dariku", ucap mamanya Shin Chan langsung menangkap dan menjilati burungnya Shin Chan yang mengarah kemukanya.Shin Chan yang tak berdaya melepas tangannya dari burungnya dan terlentang mengaduh"Aduh, aduh, geli Ma, geli Ma"Tak mendengarkan rintihan Shin Chan, mamanya terus menjilati dan mengulum batang kemaluan Shin Chan. Kuluman maju mundur pada ujung batang kemaluan Shin Chan ia tambahkan kocokan dengan tangannya pada pangkal batang kemaluan Shin Chan."Uhh, uuh, mmh, Ma, Ma, en, en, enaak", ucap Shin Chan terbata-bata."Teruus Ma, iya gitu, mmh, uhh, lagi Ma, mmff", kata Shin Chan yang membuat mamanya makin mempercepat kuluman dan kocokan pada batang kemaluan Shin Chan."Ma, Ma, Sin, Sin, Shin Chan mau.", belum habis ucapan Shin Chan, batang kemaluannya berdenyut hebat mengeluarkan cairan putih dan langsung menyemprot kedalam kerongkongan mamanya."Mmmh, mmh.", suara mamanya sambil terus menyedot batang kemaluan Shin Chan dan menelan cairan putih itu seperti menyedot plastik sedotan ketika minum es juice sirsak."Mama, Mama kok doyan sih Shin Chan pipisin", ujar Shin Chan setelah lepas mulut mamanya dari batang kemaluannya."Shin Chan, itu tadi bukan pipis tapi peluru dari senjata Shin Chan yang harus dimakan oleh monster", kata mamanya Shin Chan dengan kalem.Bersamaan dengan itu terdengar suara telpon dan ternyata dari papanya Shin Chan yang memberitahu istrinya bahwa ia akan lembur malam ini hingga tengah malam.Dengan sangat kecewa, mamanya Shin Chan menutup gagang telepon. Ia kecewa karena hasrat nafsunya yang tinggi setelah bermain dengan Shin Chan hingga basah celana dalamnya ternyata tak dapat ia lampiaskan bersama suaminya yang akan pulang larut malam."Mama, Mama siapa yang nelpon kita?", tanya Shin Chan yang masih belum bercelana meski burungnya sudah kembali pada ukuran semula."Itu tadi papamu, pulangnya akan malam. Kamu cepat pakai celanamu, makan lalu segera tidur", perintah mamanya dengan nada agak keras sambil kembali menyalakan lampu ruangan tengah.Di kamar tidur, Shin Chan yang bersiap-siap menuju ke pembaringan bercakap-cakap dengan mamanya."Mama, Mama besok disekolah akan aku tunjukkan senjataku pada teman-teman".Mamanya langsung menjawab"Shin Chan kamu tidak boleh menunjukkan senjatamu itu, senjatamu itu hanya boleh kamu tunjukkan sama Mama saja, dan jangan sekali-sekali cerita pada papamu atau orang lain, ngerti?"."Memangnya kenapa Ma?", tanya Shin Chan tak puas."Kalau kamu ceritakan dan tunjukkan sama orang lain, Mama nggak mau lagi main sama kamu dan Mama nggak akan membuatkan mie kesukaan Shin Chan", jawab mamanya yang direspon dengan anggukan oleh Shin Chan.Ditempat tidur Shin Chan masih bingung dengan apa yang dikatakan mamanya tadi."Mama curang, masa senjata kok nggak boleh dikeluarkan, eh tapi kalau nggak dituruti nggak bisa dapat mie dan nggak bisa main, wah nggak asyik".<br />Gemericik air terdengar oleh Shin Chan dari arah kamar mandi. Shin Chan nakal segera bergegas membuka selimut lalu turun dari tempat tidurnya."Uhh, Mama mandi, ngintip ahh, seperti apa sih Mama punya senjata? punyaku kalah nggak ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.Didalam kamar mandi yang hanya ditutup separuh itu terlihat mamanya Shin Chan sedang telanjang sambil menunggu tingginya air dalam bathtub. Berdiri bersandarkan dinding kamar mandi tangan kanan mamanya Shin Chan mengusap-usap daerah kemaluannya sendiri dan sesekali memasukkan jari tengahnya kedalam vaginanya. Sementara itu tangan kirinya meremas payudaranya sambil memejamkan mata membayangkan burungnya Shin Chan.Shin Chan yang sedang mengintip keheranan melihat senjata mamanya yang hanya berupa lubang kecil yang ditumbuhi rambut-rambut halus tanpa ada moncongnya seperti miliknya. Lebih heran lagi ketika melihat payudara mamanya."Uhh, Mama punya 2 senjata, tapi kok diatas ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.<br />Merasa ingin lebih jelas ia bergerak lebih maju tapi badannya menyenggol pintu kamar mandi sehingga mengejutkan mamanya.<br />"Shin Chan, kamu kok nakal sekali", teriak mamanya.Dengan nyengir di bibir Shin Chan berkata"Mama, Mama maafin Shin Chan".<br />Berhadap-hadapan dengan mamanya yang telanjang, piyama Shin Chan mulai terbuka bagian bawahnya karena tertonjol oleh batang kemaluan Shin Chan yang berdiri mengeras. Hal itu tak luput dari pandangan mamanya."Shin Chan kamu haru diberi pelajaran lagi karena nakal, kesini dan buka piyamamu", perintah mamanya.Shin Chan yang ketakutan hanya menuruti perintah mamanya. Dengan telanjang bulat ia masuk kedalam kamar mandi dan berdiri tepat didepan mamanya.Dengan tinggi badan Shin Chan, mukanya tepat menghadap pada daerah kemaluan mamanya."Mama, Mama mana senjatanya yang seperti punya Shin Chan?", tanya Shin Chan.<br />"Senjataku nggak kelihatan karena ada didalam, coba lihat", jawab mamanya Shin Chan."Mana, nggak kelihatan?", tanya Shin Chan.<br />"Memang nggak, tapi bisa mengeluarkan peluru, coba rasakan dengan lidahmu", perintah mamanya Shin Chan dengan menarik kepala Shin Chan hingga lidahnya menyentuh bibir vagina mamanya."Ohh, Shin Chan rasakan lubangnya dan masukin dengan lidahmu", perintah mamanya.Lidah Shin Chan akhirnya menemukan lubang vagina mamanya dan tanpa diperintah lagi bergerak-gerak secara bebas dalam liang kenikmatanan mamanya."Ahh, terus Shin Chan, lagi, jangan berhenti ohh.", ucap mamanya sambil mendesah keenakan.Tarikan tangan Mama semakin erat memegang kepala Shin Chan membuat Shin Chan agak gelagapan.<br />"Cepat Shin Chan, Mama mau keluarin pelurunya, ahh.", desah mamanya sambil menggelinjangkan tubuhnya.<br />Shin Chan merasakan semprotan kecil yang hangat dari dalam liang kenikmatan mamanya dan berusaha menelannya.<br />Selepas itu mereka berdua mandi bersama dalam bathtub yang telah terisi air hangat. Berdekapan dengan mamanya, tangan Shin Chan yang nakal meremas-remas payudara mamanya. Shin Chan kecil duduk dipangkuan mamanya, burungnya yang makin mengeras bergeseran dengan perut mamanya. Shin Chan terus meremas semua bagian tubuh mamanya yang sudah merebahkan tubuhnya. Seperti mendapatkan mainan baru, tubuh Shin Chan yang berada diatas tubuh mamanya bergerak keatas kebawah sambil merasakan rasa enak pada bagian burungnya karena bersentuhan dan bergeser dengan tubuh mamanya. Mamanya Shin Chan membiarkan tingkah polah anaknya pada tubuhnya menunggu tertumpuknya hasrat nafsu yang tak akan dibendungnya.<br />"Shin Chan, ayo kita adu senjata Shin Chan dengan senjata Mama", ajak mamanya Shin Chan."Mama, Mama gimana caranya?", tanya Shin Chan bingung."Masukin aja senjata Shin Chan kedalam lubang yang Shin Chan masuki lidah tadi, nanti didalam akan beradu sendiri", jawab mamanya menjelaskan."Ayo, ayo Ma, diadu, tapi yang kalah tandanya apa Ma?", tanya Shin Chan kembali.<br />"Yang mengeluarkan peluru duluan yang kalah", jawab mamanya.Mama Shin Chan kemudian mengatur posisi tubuh Shin Chan yang berada diatasnya agak ke belakang sehingga batang kemaluan Shin Chan tepat berada diatas vaginanya. Dipandu oleh tangan mamanya, ujung batang kemaluan Shin Chan masuk sedikit kedalam lubang vagina mamanya."Shin Chan ayo dorong biar masuk terus", ucap mamanya sudah tak sabar."Mama, Mama rasanya geli", jawab Shin Chan polos.Ditariknya tubuh Shin Chan oleh mamanya sehingga seluruh batang kemaluan Shin Chan masuk dalam vagina mamanya."Ahh, ah.", desah mamanya merasakan kenikmatan gesekan burung Shin Chan dengan liang kenikmatannya yang lain dibandingkan burung milik suaminya.<br />"Uhh, mmh, mmff, enaak Ma", kata Shin Chan kegirangan."Shin Chan, cepat kamu maju mundur tapi jangan sampai lepas ya senjatamu", perintah mamanya lagi.Menuruti kata-kata mamanya, Shin Chan terus melakukan gerak maju dan mundur dan semakin lama semakin cepat hingga membuat gelombang yang lumayan dalam bathtub. "Shh, aah, terus Shin Chan", desah mamanya.<br />"Mmh, mmff, iya Ma", kata Shin Chan mengiyakan.Beberapa saat kemudian Shin Chan berkata"Mama, Mama aku mau keluarin pelurunya"."Tahan Shin Chan.", ucap mamanya sambil mepercepat gerakan tubuhnya untuk mengimbangi gerak maju mundur Shin Chan.Lalu didekapnya tubuh Shin Chan yang sudah kelihatan tak dapat menahan ejakulasinya."Mamaa..", ucap Shin Chan lirih dibarengi rasa denyutan dari batang kemaluannya.Satu sentakan aliran cairan hangat dari batang kemaluan Shin Chan segera dirasakan oleh dinding-dinding liang kenikmatan mamanya.Lalu mamanya menggendong tubuh Shin Chan kecil yang sudah didekapnya. Dalam gendongan mamanya yang dalam posisi bediri Shin Chan menguncikan kakinya pada bagia belakang tubuh dan kaki mamanya agar tak jatuh. Dalam gendongan mamanya ini Shin Chan merasakan tubuhnya digoyang keras oleh mamanya sehingga gesekan yang ia rasakan pada batang kemaluannya semakin ia rasakan enaknya. Sehingga meluncurlah peluru-peluru berikutnya tak tertahankan lagi. Sementara itu mamanya juga merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya sehingga iapun mencapai puncaknya. Gelinjang tubuh mamanya seakan tak mau berhenti mengeluarkan segalanya dari dalam liang kenikmatannya yang terdalam.<br />Ahhh Ommm..Enak banget sih batangnya... <br />Aku yang sudah merasa lemas akhirnya tak mampu bergerak lagi. Aku lega sejauh ini aku masih mampu mempertahankan mahkota keperawananku. Aku langsung tertidur. Mungkin Oom Heru juga ikut tertidur. Karena aku sudah tidak ingat apa-apa lagi. Aku bangun ketika aku merasakan geli saat payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Oom Heru sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit. Tubuh telanjang Oom Heru menindihku. Tubuhnya yang tinggi besar membuat tubuhku seolah-olah tenggelam dalam spring bed. Tanpa kusadari tanganku pun mulai bergerak meremas-remas rambut Oom Heu yang sedang sibuk melumat kedua puting payudaraku bergantian. Tubuh kami sudah mulai basah oleh peluh kami yang mulai mengucur deras. Dalam posisi seperti itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Semakin lama benda yang terjepit di antara perut kami itu makin mengeras dan terasa panas. Ohh, ternyata benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Oom Heru yang mulai mengeras. Perlahan namun pasti lidah Oom Heru mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidah Oom Heru mulai menelusuri tubuhku bagian samping ke aras bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri. "Oshhh.. Ohhh Omm.. Ohh" aku hanya mampu merintih. Karena bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar ke bukit kemaluanku lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit kemaluanku. Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati perut bagian bawahku, jari jari Oom Heru mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku kurasakan mengedut-ngedut. Tiba-tiba Oom Heru membalik posisi tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang aku dapat melihat tanpa malu-malu lagi bentuk kemaluan laki-laki. Batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan. Gagah sekali bentuknya seperti meriam kecil antik yang banyak kulihat dijual di sekitar candi Borobudur sana. Aku tidak sempat mengagumi benda itu berlama-lama, karena tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Oom Heru menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar pantatku terangkat ke atas saat bibir Oom Heru mulai menciumi bukit kemaluanku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku. Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepala Oom Heru untuk lebih menekankan wajahnya ke bukit kemaluanku. Oom Heru pun menekan pantatnya ke bawah hingga batang kemaluannya lebih dalam memasuki mulutku. Aku hampir tersedak dan susah bernapas karena batang kemaluan oom Heru yang besar itu menyumpal mulutku dan ujungnya hampir menyentuh kerongkonganku, sementara rambut kemaluannya yang sangat lebat menutupi hidungku!! Aku gelagapan hingga tanpa sadar kucengkeram pantat Oom Heru agar mengangkat pantatnya. Rupanya tindakanku berhasil karena Oom Heru mengangkat pantatnya sedikit hingga aku dapat bernapas lega. (Pembaca dapat membayangkan bagaimana rasanya hidung pembaca tersumpal jembut... Eh rambut kemaluan laki-laki!! Sudah baunya apek... Ting kruntel lagi kayak indomie pula!! Sedangkan mulut tersumpal batang kemaluan!!) Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Oom Heru mulai menggesek-gesek kelentitku. Kelentitku rasanya membengkak dan berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lagi... Namun saat desakan di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Oom Heru menjauhkan bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik Oom Heru agar aku penasaran. Oom Heru mengubah posisi lagi. Kini wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah Oom Heru mulai menekan selangkanganku. Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluan Oom Heru yang terjepit bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku tentunya!! Hangat sekali rasanya batang kemaluan itu. Nikmat sekali rasanya gesekan-gesekan yang ditimbulkannya saat pantatnya bergerak maju-mundur. "Oomhh.. Ja.. Jangan dimasukkan..!" kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat. Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus atau tidak, sebab sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang kemaluanku. "Oke.. Sayang... Kalau nggak boleh dimasukkan, Oom gesek-gesekkan di bibirnya saja ya..?" jawab Oom Heru juga dengan napas yang terengah-engah. Kemudian Oom Heru kembali memasang ujung batang kemaluannya tepat di celah-celah bibir kemaluanku. Aku merasa gemetar luar biasa ketika merasakan kepala batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir kemaluanku. Lalu dengan perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya dengan khidmat. Rupanya Oom Heru tidak puas dengan cara seperti itu (Aku pun juga kurang puas sebenarnya..! Tapi gengsi dong masak cewek minta duluan!!). "Oom masukkin dikit ya sayang.." bisik Oom Heru dengan napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat. Aku sendiri yang juga sudah sangat terangsang dan tidak berdaya karena sudah terbakar birahi hanya diam saja. Karena aku hanya diam, Oom Heru lalu memegang batang kemaluannya dan dicucukannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan pelan didorongnya pantatnya hingga akhirnya ujung kemaluan Oom Heru berhasil menerobos bibir kemaluanku. Aku menggeliat hebat ketika ujung batang kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku. Seperti janji Oom Heru, batang kemaluannya yang seperti lengan bayi itu hanya dimasukkan sebatas ujungnya saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Oom Heru itu luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi baja batang kemaluan Oom Heru yang bergerak maju-mundur secara pelahan. Oom Heru terus menerus mengayunkan pantatnya Mamaju-mundurkan batang batang kemaluan sebatas ujungnya saja yang terjepit dalam liang kemaluanku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan. "Sakkith.. Oomhh..?" Aku menjerit pelan saat kurasakan betapa batang kemaluan oom Heru menyeruak semakin dalam. Namun rasa perih itu perlahan-lahan mulai menghilang saat Oom Heru menghentikan gerakan batang kemaluannya yang begitu sesak memenuhi liang kemaluanku. Rasa sakit itu mulai berubah menjadi nikmat karena batang kemaluannya kurasakan berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. Lalu aku semakin mengawang lagi saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya. Bulu kudukku serasa merinding dibuatnya. Aku tak sadar lagi saat Oom Heru kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam laing kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang pun tak sadar akhirnya menggoyangkan pantatku seolah-olah memperlancar gerakan batang kemaluan Oom Heru dalam liang kemaluanku. Kepalaku tanpa sadar bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang baru kali ini kurasakan. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah di dalam diriku. Aku tak tahu entah bagaimana, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku. Bless... Perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Oom Heru yang sangat-sangat besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian bawahku. Oohhh rupanya mahkotaku sudah terenggut. "Akhh.. Sakk... Kitthh.. Oomhh.." aku merintih dan tanpa sadar air mataku menetes. Ada sebersit rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku begitu mudah menyerahkan mahkotaku yang paling berharga. "Oomh.. Kok dimaassuukiin seemmua.. Ah..?" tanyaku. "Maafkan Oom saayang. Oom nggak tahhan..!" ujarnya dengan lembut. Ia pun menghentikan gerakan pantatnya. Air mataku mengalir tanpa dapat kutahan lagi. "Jangan menangis sayang.." bisik Oom Heru di telingaku, "Oom sayang kamu" Ada secercah rasa bahagia saat kudengar bisikan mesranya di telingaku. Aku pun terdiam dan ia pun terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Ooh betapa indahnya.. Dalam diam itu aku dapat merasakan kehangatan batang kemaluannya yang hangat dalam jepitan liang kemaluanku. Kembali rasa nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Kemudian dengan perlahan sekali Oom Heru mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kemaluannya menyusuri setiap inci liang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Oom Heru sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya. "Hmmgghh" Kudengar Oom Heru mendengus tanda birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanya yang keras menggesek-gesek kelentitku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Oom Heru yang menarik batang kemaluannya dengan cara menyendal seperti orang memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih terjepit dalam liang kemaluanku. Lalu setelah itu didorongnya batang kemaluannya dengan pelahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Dilakukannya hal itu berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Oom Heru menarik batang kemaluannya dengan cepat! (Belakangan aku baru tahu kalau itu namanya teknik sendal pancing setelah Oom Heru menceritakannya! Intinya teknik ini adalah mendorong secara pelan hingga batang kemaluannya masuk seluruhnya lalu menarik dengan cepat seperti orang menyendal saat memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih tertinggal! Wow.. Ternyata teknik inilah yang kurasakan paling nikmat dan menjadi teknik favoritku!! Pembaca bisa mencobanya dan wanita ditanggung akan ketagihan deh!!). Napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya batang kemaluan Oom Heru, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang kemaluan Oom Heru semakin menyeruak ke dalam liang kemaluanku dan melesak hingga ke dasarnya. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang kemaluan Oom Heru menggesek-gesek dinding liang kemaluanku. Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Oom Heru dengan menggoyang pantatku. Semakin lama, genjotan Oom Heru semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep... slep... slep... sleep... bunyi gesekan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompa liang kemaluanku. "Akhh...! Aakhh.. Oomhh..!" erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kurasakan. Oom Heru benar-benar telah menyeretku menuju sorga kenikmatan. Persetan dengan keperawananku. Aku sudah tak peduli apapun. Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku!! Tubuhku mengelepar-gelepar di bawah genjotan tubuh Oom Heru. Seperti tidak sadar, aku dengan lebih berani menyedot lidah Oom Heru dan kupeluk erat-erat tubuhnya seolah takut terlepas. "Ooh.. Oomh.. Akhh..!" akhirnya aku menjerit panjang ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu aku hampir orgasme, Oom Heru semakin kencang menyendal-nyendal batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku. Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Oom Heru yang kuat. Tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks. "Ooh.. Aauuhh.. Oomh...!" Jeritku tanpa sadar. Seketika dengan refleks jari-jariku mencengkeram punggung Oom Heru. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Oom Heru agar dapat masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya aku seolah merasakan melayang. Tubuhku serasa seringan kapas. Aku benar-benar orgasme!! Gerakanku semakin melemah setelah kenikmatan puncak itu. Oom Heru menghentikan sendalannya. "Bagaimana rasanya sayang..!" bisik Oom Heru lembut sambil mengecup pipiku. Aku pun hanya terdiam dan wajahku merona karena malu. "Istirahat dulu ya sayang" bisiknya lagi. Oom Heru yang belum orgasme membiarkan saja batang kemaluannya terjepit dalam liang kemaluanku. Kami kembali terdiam. Mungkin Oom Heru sengaja membiarkan aku untuk menikmati saat-saat kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku sementara kurasakan batang kemaluan Oom Heru terus mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Tubuh kami sudah mengkilat karena basah oleh keringat. Memang udara saat itu panas sekali, apalagi kami juga habis bergumul hebat ditambah kamar itu tidak ber AC, hanya kipas angin yang membantu menyejukkan ruangan yang sudah berbau mesum itu. Setelah beberapa saat Oom Heru yang belum orgasme itu mulai menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Kali ini dia bergerak tidak menyendal-nyendal lagi. Masih dengan posisi seperti tadi, yaitu kakiku menjuntai ke lantai dan pantatku terletak di tepi pembaringan. Sedangkan oom Heru tetap posisi setengah berdiri karena kakinya masih di lantai. Kembali gejolak birahiku terbangkit. Dengan sukarela aku menggoyangkan pinggulku seirama dengan gerakan pantat Oom Heru. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Oom Heru semakin lancar dalam jepitan liang kemaluanku. Meskipun masih ada rasa sedikit ngilu, kubiarkan Oom Heru memompa terus lubang kemaluanku. Aku yang sudah cukup lelah hanya bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompaku. Batang kemaluannya yang hitam kecoklatan dan sudah berkilat karena basah oleh cairan licin yang keluar dari kemaluanku tanpa ampun menghajar liang kemaluanku. Edan tenan!! Liang kemaluanku dimasuki batang kemaluan sebesar itu. Kalau akau tak malu ingin rasanya aku menjerit meneriakkan kata-kata Oom Timbul dalam iklan jamu yang terkenal "Uenak tenaaann!". Memang enak, bagi yang belum pernah merasakan boleh coba! Ditanggung ketagihan. Memang kupikir-pikir mendingan enak ngeseks begini daripada ikut-ikutan teman kuliahku yang sok idealis berdemo panas-panasan!! Memang banyak teman yang ngajak aku berdemo, tapi aku emoh! Ngapain toh enggak ada untungnya! Paling-paling kita cuman diperalat sama pemimpin demo! (Rupanya ada benarnya juga pilihan yang kuambil untuk tidak ikut-ikutan berdemo! Soalnya ternyata ketahuan ada beberapa rekan yang terima duit dari demo itu!) Oom Heru semakin lama semakin kencang memompakan batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas kedua buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu nafsuku semakin memuncak kembali. Kurasakan kenikmatan mulai menjalar lagi. Bermula dari selangkanganku kenikmatan itu menjalar ke putingku lalu ke ubun-ubunku. Aku lalu balik membalas ciuman Oom Heru, pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Oom Heru yang dengan perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Gerakan Oom Heru mulai semakin liar. Napasnya mendengus seperti kerbau gila! (Mungkin kerbau kalau lagi gila begini kali ya?) Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang batang kemaluan Oom Heru yang terjepit erat dalam lubang kemaluanku. Aku pun semakin tak mampu menahan diri. Kusedot lidah Oom Heru yang menyelusup ke dalam mulutku. Tubuh Oom Heru mengejat-ngejat seperti orang tersengat listrik karena kenikmatan. Lalu di saat aku menjerit panjang saat merasakan orgasme untuk yang ke sekian kalinya. Oom Heru pun mengejat-ngejat. "Ough.. Ugh... Ughhh" dengan napas yang terengah-engah, Oom Heru yang berada diatas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kemaluannya. Lalu Crrtt.. Crrtt.. Crrttt... Crttt... Crttt... Aku merasakan betapa batang kemaluan Oom Heru menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang kemaluanku. Matanya membeliak dan tubuhnya terguncang hebat. Batang kemaluannya mengedut-ngedut hebat saat menyemburkan air maninya. Aku merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Rupanya kami mencapai orgasme bersama yang dahsyat <br />Kisah panas persetubuhan senggama nikmat <br />Kali ini akan kuceritakan pengalaman pertamaku melakukan hubungan sex atau make love (ML) yang sebenarnya. Ini kulakukan saat aku memasuki bangku kuliah di Universitas Airlangga (Unair) . Aku memang kuliah di sana mengambil jurusan kedokteran hewan. Di antara teman cowokku saat itu, yang paling akrab denganku adalah Charles, anaknya cukup ganteng dan pandai.Namun sayangnya Charles akhirnya tidak meneruskan kuliahnya karena dia merasa patah hati denganku (bukan GR lho!). Charles memang merupakan cowok yang pertama kali merasakan mahkota kegadisanku, kulakukan semua itu dengan suka rela tanpa ada tuntutan.Kuanggap saat itu kami memang saling suka sama suka dan saling membutuhkan, bukan berarti itu sebagai suatu ikatan yang mana aku harus bersedia menjadi istri Charles kelak. Hal inilah yang membuat Charles akhirnya harus terpukul dan patah hati, karena setelah kupersembahkan mahkota kegadisanku, Charles merasa harus bertanggung jawab dan akan menikahiku. Sedangkan aku tidak ingin mendapat ikatan apa-apa, maka akhirnya Charles patah hati dan berhenti kuliah, sejak saat itu aku juga tidak tahu dia ada dimana, kalau seandainya saat ini di manapun Charles berada dan sedang membaca kisahku ini, aku mohon maaf, bukannya aku bermaksud menyakiti hatinya, tapi begitulah aku, Natalia yang masih tetap seperti yang dulu.Sejak awal perkenalanku dengan Charles, kami memang telah merasa saling cocok satu sama lain. Banyak hal yang kami selalu lakukan dan lalui bersama, entah bagaimana perasaan Charles padaku saat itu, namun aku menganggap Charles tak lebih sebagai seorang teman yang akrab dan enak diajak berbincang maupun bergaul, atau mungkin sebagai kakak yang bisa diajak curhat misalnya.Hubungan kami makin hari makin dekat dan akrab, kami juga mengawali dengan saling berciuman, berpelukan sambil terkadang saling raba dan saling remas, tentunya di tempat-tempat sepi yang memungkinkan. Belakangan kami juga sering melakukan petting atau oral sex.Kalau yang satu ini kami lakukan terkadang di rumahku saat tidak ada siapa-siapa, terkadang juga di tempat kost Charles, atau di losmen-losmen murah dengan membayar patungan, maklum Charles bukan asli anak , kedua orang tuanya asli dan tinggal di Medan sana.Kami gapai kepuasan itu melalui hubungan oral sex, kami saling cium, saling lumat dan saling cumbu. Tangan-tangan kami saling meraba dan mengelus daerah sensitif kami masing-masing, hingga pada puncaknya kami saling jilat dengan posisi 69. Kepala Charles membenam di selangkanganku, mengoral vaginaku dan menjilati klitorisku.Sebaliknya aku juga sibuk mengocok batang kemaluan Charles sambil mulutku mengulum kepala batang kemaluannya, kujilat biji pelirnya hingga ke bagian kepala batang kemaluannya. Awalnya aku tidak mengizinkan sperma Charles tumpah keluar di mulutku, namun akhir-akhirnya sering kali kubiarkan spermanya menyembur di dalam mulutku.Bahkan beberapa kali sperma itu yang awalnya tidak sengaja tertelan menjadi sengaja kutelan sampai habis. Memang awalnya aku merasa jijik dan hampir mau muntah rasanya, apa lagi kalau semburan spermanya muncrat dengan keras hingga langsung menyumbat kerongkonganku.Memang pengalaman adalah guru yang terbaik, akhirnya aku pun terbiasa dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral sex sampai lawan mainku orgasme, dan spermanya menyembur keluar di mulutku, kemudian langsung kutelan habis sampai bersih kembali.Hal yang sama justru sudah dilakukan Charles sejak dari awal kami melakukan hubungan oral sex, dan Charles pula yang mengawali mengoral vaginaku, jauh hari sebelum aku berani dan mau melakukan oral sex pada dirinya. Charles selalu tidak membiarkan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku, tumpah begitu saja membasahi sprei tempat tidur yang kami pakai.Charles selalu menjilat dan menelas habis semua cairan beningku saat aku mengalami orgasme saat dioralnya, soal kenikmatan yang kualami saat itu, sungguh sangat sulit kulukiskan dengan kata-kata, karena rasanya tidak ada kata atau kalimat yang dapat mengartikan bagaimana nikmatnya saat orgasme itu.Suatu siang yang tanggal dan harinya aku sudah lupa, aku dan Charles pulang kuliah agak siang karena memang tidak ada kegiatan di kampus. Kuajak Charles mampir ke rumahku seperti biasanya, dan waktu itu di rumahku juga sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku sibuk dengan urusannya masing-masing, sedang adikku ada yang masih kuliah dan yang kecil juga belum pulang dari sekolahnya.Suasana dan kondisi rumahku yang kosong dan sepi memungkinkan Charles untuk bebas mencumbuku, Charles mengawalinya dengan mencium lembut bibirku yang tipis dan mungil. Kami saling berciuman dan berpagutan, bibir kami saling mengulum, dan tangan kami saling meraba dan meremas daerah-daerah yang sensitif.Cukup lama kami bergumul di tempat tidurku, sampai akhirnya kami saling menanggalkan busana kami masing-masing, seperti biasanya saat kami melakukan oral sex. Lalu kami sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuh kami.<br />Dan cumbuan dan ciuman tadi sudah berubah menjadi jilatan yang kami lakukan, kami saling menjilati hingga mencapai posisi favorit kami yaitu 69. Ternyata aku lebih dahulu mengalami orgasme saat melakukan oral sex kali ini, aku benar-benar hanyut dan terobsesi dengan permainan lidah Charles yang menyapu rata setiap bagian vaginaku.Terus terang aku paling tidak tahan saat klitorisku dijilat apa lagi dikulum-kulum. Biasanya darahku seakan serentak secara bersamaan mengalir ke atas kepalaku dan berkumpul di ubun-ubun kepalaku, kalau sudah demikian bendungan pertahananku jebol diterjang badai dan gelombang birahiku yang dahsyat.Namun kali ini rupanya Charles lebih lama bertahan daripada biasanya, memang tidak biasanya Charles mampu mempertahankan orgasmenya sebegitu lama saat kukulum batang kemaluannya. Kali ini rupanya lain, dan karena orgasmenya tak kunjung tiba, Charles mengubah posisinya dengan menindih tubuhku dengan posisi kami saling berhadap-hadapan.Charles kembali mencium dan melumat bibirku, masih terasa sisi bekas lendirku yang menempel di mulut Charles, rasanya sedikit asin dengan aroma yang khas sekali, karena aku juga pernah menjilati jari-jariku setelah melakukan masturbasi, saat itu jari-jariku juga dipenuhi oleh cairan kenikmatan sisa orgasmeku.Sambil menciumku, Charles memegang batang kemaluannya dan menggosok-gosokkan ujung kepala batang kemaluannya di antara celah belahan bibir vaginaku, aku merasakan geli yang bercampur kenikmatan, ada rangsangan tersendiri yang kurasakan saat itu, sehingga membuat liang vaginaku kembali basah dibanjiri oleh cairan birahi yang mengalir dari dalam rahimku.<br />Charles mulai menusuk-nusukkan ujung kepala batang kemaluannya di celah liang vaginaku, desakan batang kemaluannya terasa agak sakit saat memasuki terlalu dalam ke liang vaginaku, hingga terkadang aku sedikit tersedak dan mengaduh, namun lama kelamaan aku juga menjadi tidak tahan dengan perlakuan seperti itu, ingin rasanya aku merasakan batang kemaluan Charles dimasukkan lebih dalam lagi ke liang vaginaku.Charles sepertinya juga tahu apa yang kumau, ia mulai menggosokkan batang kemaluannya masuk lebih dalam lagi ke liang vaginaku. Aku kembali merasakan sakit di dalam liang vaginaku yang memang belum pernah dimasuki benda apa pun, kali ini ada sedikit rasa perih dari dalamnya.Charles rupanya juga mengerti akan hal itu, dan ia tidak melanjutkannya dengan gegabah, sambil sesekali meneruskan dorongannya agar batang kemaluannya masuk lebih dalam lagi, Charles juga memberikan aku waktu luang untuk menarik nafas menahan rasa sakit dan perih yang bercampur nikmat di vaginaku.<br />Akhirnya setengah dari batang kemaluan Charles berhasil menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku, dan Charles mulai memompanya pelan-pelan sambil terus melakukan tekanan hingga batang kemaluannya benar-benar dapat masuk secara utuh di dalam kemaluanku.Rasa sakit dan perih yang kualami juga makin lama makin hilang berganti dengan rasa nikmat yang selama ini belum pernah kualami. Charles makin mempercepat pompaannya, batang kemaluannya digenjot keluar masuk di liang vaginaku, yang makin becek oleh lendir yang tak terbendung, keluar dari dalam rahimku."Oo.. Ooh! Aduu.. Uuh!"Aku hanya bisa menyeracau tidak karuan, tanganku berusaha meraih apa saja yang ada di sekitarku, dan kain sprei tempat tidurku yang menjadi sasaran jambakan tanganku, kuremas kain spreiku hingga tempat tidurku makin acak-acakan. Tubuhku sedikit bergetar, kurasakan ada sesuatu yang aneh di dalam liang vaginaku, aku sepertinya sedang kencing namun bukan air seniku yang mengalir keluar, namun kutahu itu adalah semburan pelumasku, yang kembali membasahi liang vaginaku.Vaginaku mengedut kuat meremas batang kemaluan Charles yang masih asyik terus memompa liang vaginaku, kedutan vaginaku itu akhirnya juga membuat pertahanan Charles ikut jebol juga. Dapat kurasakan semburan dahsyat di dalam liang vaginaku saat Charles melepaskan orgasmenya.Cukup lama kami berpelukan sambil posisi batang kemaluan Charles masih tertancap di dalam liang vaginaku, kurasakan batang kemaluan Charles pelan-pelan kembali mengecil seukuran normal di dalam liang vaginaku. Cairan birahi kami berdua yang bercampur di dalam liang vaginaku merembes keluar melalui celah lipatan bibir vaginaku, belakangan baru kutahu diantara rembesan tersebut ada bercak merah yang membasahi sprei tempat tidurku. <br />Nikmatnya goyangan batang kemaluan dalam liang senggamaku..ahhhh <br />Biasanya para kaum wanita kalau berkuliah kebanyakan suka memakai celana panjang, namun aku lebih suka tetap memakai rok saja untuk bawahannya kalau sedang ke kampus. Rokku mini sekali dengan bawahan yang lebar, bentuknya seperti yang biasa dipakai oleh para cheerleader (pemandu sorak). Yang membedakan hanya dalamannya saja, biasanya para cheerleader masih menggunakan celana pendek di dalamnya walau agak mini untuk membungkus CD yang mereka pakai. Bedanya dengan diriku, aku tidak pernah memakai penutup lain untuk menutupi bagian tubuhku yang paling vital kecuali CD.CD yang kupakai sangat mini dan sexy, bentuknya G String dua jenis, yang satu model berenda dan yang satu lagi model tali tang terbuat dari nylon. Sexy sekali karena hanya ada seutas yang melingkari pinggangku, bedanya hanya yang tali nylon dengan ikatan di kiri kanan pinggangku, selebihnya sama saja ada bagian yang hanya selebar ukuran satu jari turun dari belakang pinggang mengitari selangkangan melalui belahan pantatku. Hanya ada secarik kain yang lebarnya tidak lebih dari ukuran dua jari di bagian depan yang fungsinya hanya mampu menutupi lubang vaginaku. Yang berenda berbentuk hati kecil ada renda di pinggirannya, sedang yang model bertali, bentuk penutup bagian depannya berbentuk segitiga kecil, tipis dari bahan sutera.Sebagai atasannya aku lebih sering memakai hem lengan pendek agak longgar. Kupilih ini karena aku memang tidak pernah memakai BH di dalamnya. Seperti kisahku terdahulu, aku memang sejak kecil tidak suka dan tidak pernah memakai BH hingga tak heranlah sampai detik ini aku juga tidak mengetahui berapa besar ukuran payudaraku.<br />Payudaraku tidak terlalu besar. Ukurannya sedang-sedang saja tetapi bentuknya cantik dan padat. Warna puting susuku dan sekitarnya merah muda sedikit kecoklatan, sungguh menggairahkan sekali. Untuk yang satu ini aku sering mendapat pujian dari kaum lelaki yang sudah pernah melihat atau meremas payudaraku.Terus terang dosenku yang cowok sering kali harus menelan ludah apa bila melihat penampilanku. Apa lagi saat melihatku duduk dengan berpangku kaki hingga bagian atas pahaku tersingkat sedikit ke atas. Pahaku yang mulus itu juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang menurut istilah beberapa orang temanku, itu namanya bulu-bulu monyet.Aku kuliah di Universitas Airlangga (Unair) , mengambil jurusan kedokteran hewan dan saat ini aku sudah menjadi seorang dokter hewan yang magang di Kebun Binatang (KBS). Kali ini aku ingin menuliskan kisahku tentang pengalaman pertamaku bercinta sungguhan (ML) yang kulakukan saat masih duduk di bangku kuliah.Aku berkenalan dengan seorang mahasiswa yang juga mengambil jurusan yang sama denganku, namanya Hamid asal juga, namun akhirnya Hamid tidak meneruskan kuliahnya karena patah hati denganku. Sekarang entah Hamid ada dimana aku sendiri juga tidak pernah tahu.Hubunganku dengan Hamid akrab sekali, sehingga pertama kali aku melakukan hubungan sex yang sebenarnya juga dengannya. Kupersembahkan kegadisanku pada Hamid yang betul-betul sangat mencintaiku. Namun aku masih tidak ingin melanjutkan hubungan itu dengan serius karena apa yang kulakukan bersama Hamid bagiku hanyalah suatu pelampiasan atas kebutuhan biologisku saja.Hal ini rupanya membuat Hamid patah hati dan akhirnya drop out dari kampus, dan entah kini kemana dia aku juga tidak pernah mendengar kabar beritanya lagi sejak kami berpisah dulu. Kalau kebetulan Hamid yang kumaksud sedang membaca kisahku ini, aku mohon maaf padamu, karena aku memang belum bisa jatuh cinta dengan siapapun hingga saat ini.Hubunganku dengan Hamid sebenarnya biasa saja seperti remaja lain saat berpacaran. Kami sering berciuman baik di mobil, di kampus maupun di rumah, pokoknya di mana saja kalau ada kesempatan untuk melakukannya. Kami juga sering saling meraba bagian-bagian sensitif kami. Lebih sering Hamid mengajakku ke rumahnya yang keadaannya memang selalu sepi itu, karena Hamid adalah anak tunggal yang kedua orang tuanya selalu sibuk di luar, jadi sekali lagi praktis rumah Hamid yang tidak terlalu besar di kawasan Ngagel itu selalu dalam keadaan sepi.Hal ini sangat menguntungkan bagi kami berdua. Di rumahnya itulah aku pertama kalinya merasakan nikmatnya ML. Kami bercumbu, berciuman di atas tempat tidur di kamar Hamid. Mulut Hamid menciumi bibirku yang mungil dan tipis, lumatannya membuatku sangat bergairah sekali.Sambil melumat bibirku, jari tangan Hamid melepaskan kancing bajuku satu persatu hingga terlepas semua dan langsung ditanggalkannya hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku terbuka polos tanpa sehelai benang pun. Hamid langsung memegang dan meremas-remas payudaraku hingga aku jadi sangat terangsang oleh perlakuannya.Kulepas dengan menarik ke atas kaos yang dipakai Hamid dan dia pun membantu untuk melepaskannya. Selanjutnya kubuka kancing celana jeans yang ia pakai, kuturunkan gespernya dan Hamid pun membantu untuk melepaskan sendiri celana yang masaih ia kenakan berikut CD-nya sehingga Hamid terlebih dahulu telanjang bulat di hadapanku.Lalu kuraba seluruh bagian tubuhnya, kuraih batang kemaluannya yang sudah mengeras dan berdiri tegak bagaikan tugu pahlawan. Aku merasa sedikit aneh karena tanganku tidak menyentuh bulu kemaluan Hamid. Rupanya Hamid rajin mencukur habis bulu kemaluannya sehingga bagian kemaluannya tampak bersih dan polos. Hanya ada sedikit bulu di bagian tertentu saja. Ada bagian yang terasa sedikit kasar karena bulu-bulu kemaluannya mulai tumbuh, sehingga ujung-ujungnya yang tajam terasa sedikit kasar bila tersentuh, namun ini justru membuat rangsangan tersendiri bagiku. Penis Hamid lumayan besar dan panjang, diameternya sekitar 6 cm dengan panjangnya sekitar 17 cm.Mulut Hamid menjelajahi wajahku hingga seluruh bagian leher dan telingaku. Lidahnya dijulurkan menjilati seluruh bagian leherku. Sesekali Hamid memberikan kecupan di leherku dan lidahnya menjalar ke bagian belakang telingaku. Lubang telingaku pun tak luput dari sapuan lidahnya. Tangannya membuka pengait rok miniku dan kini kubantu memerosotkannya dengan bantuan kedua kakiku. Tangan hamid langsung meraba bagian luar CD yang kupakai. Ikatan tali nylon G Stringku di samping pinggang ditariknya sehingga terlepas sudah penutup akhir di tubuhku dan CD-ku dilempar jauh ke lantai.Kini kami sudah sama-sama bugil, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami lagi. Lalu kami saling bergumul, bibir kami kembali saling lumat dan tangan kami pun saling meraba bagian sensitif lawan masing-masing. Nafsu birahiku naik ke ubun-ubun rasanya. Vaginaku yang sudah basah sejak tadi jadi menjadi semakin basah saja.Cairan bening yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku seakan tak terbendung lagi, semakin lama alirannya semakin deras saja. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatanku keluar membanjir hingga sekitar selangkanganku. Kemudian kuraih batang kemaluan Hamid sambil kukocok-kocokkan dengan sedikit kasar karena menahan gejolak rangsangan yang kualami.Mulut Hamid mencium bagian dadaku. Kedua payudaraku dicium dan dijilatinya secara bergantian. Lidahnya menyapu rata puting susuku. Ujung putingku dijilat dan dihisapnya sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nikmat. Tangan hamid mulai menelusuri selangkanganku, seluruh bagian luar kemaluanku pun tidak luput dari belaian tangannya.Jari-jarinya digaruk-garukkan di belahan bibir vaginaku, hingga aku sedikit mendesah tertahan. Ujung jari tangan Hamid mulai memainkan klitorisku. Ujung klitorisku sedikit ditekan dengan ujung jarinya kemudian digesek-gesekkan secara teratur hingga aku mengaduh tapi bukan karena kesakitan."Aa.. Aacch!" pekikku nyaring sambil menggeliat tidak karuan.Rupanya aku telah mencapai orgasme hingga lendirku menyembur memenuhi bagian dalam liang senggamaku. Dapat kurasakan vaginaku mengedut sambil melepas lendir. Hamid semakin bergairah mencium dan menjilati bagian depan tubuhku. Jilatannya mengarah turun ke bawah menyapu setiap jengkal kulit tubuhku. Perut hingga lubang pusarku disapu dengan lidahnya. Dia semakin ke bawah ke arah paha, kembali naik ke atas menjilati bagian dalam paha, semakin naik lagi hingga pangkal paha, kemudian bibirnya menciumi bibir vaginaku. Dengan tanpa sedikit pun merasa jijik Hamid menjilati dan menelan cairan lendir bening dari vaginaku.Bibirnya mengulum bibir vaginaku dan lidahnya dijulurkan di antara belahan bibir vaginaku. Dapat kurasakan ujung lidahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku sambil sesekali menyentuh dinding luar vaginaku yang kembali membasah lagi. Lidah Hamid menyapu ujung klitoris lalu mulutnya dibenamkan ke vaginaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.Aku kembali tidak mampu membendung gelombang orgasmeku yang mengulung-gulung liar dari dalam tubuhku. Kujambak rambut Hamid yang kepalanya masih membenam di selangkanganku. Kutarik kepalanya agar lebih terbenam lagi di selangkanganku, kujepit kepalanya sambil kurasakan semburan lendir kembali membasahi liang vaginaku.<br />Hamid kembali menjilat dan menelan habis cairan yang keluar dari dalam liang vaginaku sebelum dia merambat naik kembali melumat bibirku sambil memegang dan mengarahkan batang kemaluannya di depan liang vaginaku. Digesek-gesekkan sebentar kepala kemaluannya di belahan bibir vaginaku, baru kemudian didorongnya sedikit hingga kepala kemaluannya mulai memasuki liang vaginaku."Aduuh..! Sakit..! Pelan dong!" jerikku menahan sakit yang bercampur nikmat.Hamid memberiku waktu untuk menarik napas sejenak, kemudian kembali dia mendorongkan batang kemaluannya agar masuk sedikit lebih dalam lagi."Aa.. Uuhh! Aduuh..!" jeritku kembali menahan rasa perih di dalam liang vaginaku.Hamid bukannya menarik keluar batang kemaluannya dari dalam liang vaginaku, tetapi dia malah menekan lebih dalam lagi, dan tekanannya se makin kuat dan akhirnya."Bleess.. Uu.. Uucch! Sleep..! Aa.. Aacch! Sleep..! Oo.. Oocch!" suara desahanku seakan bersahutan dengan suara pompaan batang kemaluan Hamid.<br />Rasa sakit yang kualami juga sudah semakin menghilang bersamaan dengan deru pompaan batang kemaluan Hamid yang memompa liang vaginaku yang semakin lama semakin kencang. Aku rasanya benar-benar hampir pingsan, tidak tahu harus berbuat apa dan harus bagaimana. Aku tidak mampu melukiskan kenikmatan yang kualami saat itu dengan kata-kata. <br />Kisah Nikmat Orgasmeku..aouuhhh <br />siang itu tidak ada sesuatu yang harus kukerjakan hingga aku duduk seorang diri di kantor klinik hewan. Karena ruangannya yang sepi, kuangkat kedua kakiku dan kuletakkan di atas meja. Sebagian pembaca tentu masih ingat, aku selalu mengenakan rok mini yang lebar di bagian bawahannya hingga tentu saja posisiku duduk sekarang membuat pantat dan paha bagian belakangku terbuka lebar.<br /><br />Kusilangkan kakiku di atas meja, pantatku kuletakkan di ujung kursi putar sambil bersandar. Aku membaca buku-buku tentang satwa dari luar negeri. Suhu udara di akhir-akhir ini sangat panas, sudah waktunya hujan namun sampai dengan saat ini kota belum juga terguyur hujan sama sekali.<br /><br />Posisi dudukku saat itu terus terang sangat menyejukkan daerah sekitar selangkanganku karena hembusan hawa dingin dari AC bisa langsung menerpa daerah sekitar pangkal pahaku. Karena lelah membaca, kusandarkan kepalaku ke kursi sambil kupejamkan mata untuk tidur-tiduran, sementara HT tetap kunyalakan dan kuletakkan di atas meja dekatku agar sewaktu-waktu ada panggilan darurat aku bisa langsung memonitornya.<br /><br />Kulepas satu lagi kancing bagian atas hem longgar yang kukenakan, harapanku hembusan hawa dingin AC di ruangan klinik ini dapat menyusup masuk dadaku agar tidak kegerahan. Rupa-rupanya semilir hembusan hawa dingin AC yang menyejukkan ruang klinik ini telah benar-benar membuatku tertidur cukup pulas sehingga aku tidak mengetahui saat ada orang masuk ke klinik.<br /><br />Bernard salah seorang kolegaku rupanya siang itu juga mendapat giliran piket. Untuk mengusir rasa jenuhnya, rupa-rupanya Bernard berjalan-jalan mengelilingi KBS hingga sampai di klinik dan kemudian mampir sejenak. Dapat pembaca bayangkan apa yang Bernard lihat saat memasuki ruangan klinik? Mata Bernard langsung tertuju pada bagian belakang pahaku yang terbuka lebar hingga bagian pantatku. Langsung saja Bernard menelan ludahnya saat ia melihat pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu halus itu terpampang jelas di hadapannya.<br /><br />Bernard yang sebenarnya sudah sejak lama berusaha mencoba merayuku, siang ini tanpa disangka dia bagaikan mendapat rejeki nomplok saja. Bernard sebenarnya sudah beristrikan seorang dokter umum dan juga sudah memiliki anak. Usia Bernard sekitar 36 tahun, orangnya tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dan wajahnya cukup lumayan. Orangnya cukup konyol dan suka bercanda. Begitu melihat pemandangan seperti itu, dengan serta merta Bernard langsung maju dan berjongkok tepat di depan belahan pangkal pahaku. Mulutnya meniup-niup selangkanganku. Pada awalnya aku memang tidak merasakannya karena aku sedang benar-benar tertidur pulas, namun lama kelamaan aku dapat juga merasakan adanya hembusan angin yang datangnya bukan dari hembusan AC.<br /><br />Kubuka mataku dan sungguh sangat terkejut karena kulihat ada orang yang sedang berjongkok menghadap selangkanganku sedang meniup pangkal pahaku. Secara spontan kuturunkan kedua belah kakiku dari atas meja. Karena kejadiannya begitu cepat, kepala Bernard tertindih oleh pahaku. Akibatnya posisi kepala Bernard akhirnya terkangkangi oleh pahaku dan wajah Bernard jatuh tepat di pangkal selangkanganku. Gila! Bernard bukannya segera berdiri dan menyingkir, tapi dengan serta merta wajahnya malah diusapkan ke pangkal selangkanganku yang terkangkang tadi. Usapannya membuatku geli. Lalu hidung Bernard menyingkap ujung G String-ku yang sexy.<br /><br />Aku saat itu memakai CD model G String yang mini, bahannya hanya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku, selebihnya adalah seutas nylon lainnya menyambung dari pinggang bagian belakang, turun ke bawah mengikuti bagian belahan pantatku, melilit ke depan tepat di bagian liang vaginaku tersambung dengan secarik kain sutera tipis yang berbentuk segi tiga.<br /><br />Di bagian sutera tipis benbentuk segi tiga ini, ujung hidung Bernard menyangkut di lipatan penutup liang vaginaku. Akibat gesekan wajahnya di selangkanganku maka tersingkap pula bibir vaginaku hingga Bernard dapat menyaksikannya dengan jelas sekali, karena bola matanya hanya beberapa centi saja di hadapan bibir vaginaku yang dalamnya berwarna merah muda menggairahkan itu.<br /><br />Melihat pemandangan seperti itu membuat Bernard yang tadinya mungkin hanya iseng ingin menggodaku jadi semakin bernafsu saja. Mulutnya langsung menghunjam vaginaku, bibir Bernard serta merta dengan lahapnya menciumi bibir vaginaku.<br /><br />Kejadiannya sejak awal terasa begitu cepat. Tangan Bernard sudah langsung menarik ikatan G String-ku yang terletak di samping kiri kanan pinggangku. Kondisi bagian bawah rok miniku yang lebar ini membuat Bernard tidak menemui kesulitan sama sekali. Dalam hitungan detik saja bagian bawahku sudah tanpa dilapisi sehelai benang pun.<br /><br />Kepala Bernard tertutup oleh rok miniku, wajahnya tepat di selangkanganku dan bibirnya melumat bibir vaginaku dengan penuh nafsu. Lidahnya dijulurkan dan dikorek-korekkannya ke klitorisku. Apa yang ia lakukan membuatku yang tadinya pada saat awal-awal kejadian ingin memarahinya, tidak jadi. Aku malah jadi terangsang oleh permainan lidah Bernard yang menjilat habis bibir dan liang vaginaku.<br /><br />Lidah Bernard menjulur mengorek-ngorek liang vaginaku hingga terasa menyentuh bagian dalam dinding-dinding vaginaku yang segera menjadi basah oleh cairan bening yang mengalir dari dalam vaginaku. Aku tidak bisa menahan lagi gejolak nafsuku hingga tanganku menyusup ke balik hem yang kukenakan dan jari-jari tanganku meremas payudaraku sendiri. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari. Rasanya nikmat sekali hingga payudaraku terasa semakin keras karena aku sudah benar-benar diselimuti oleh nafsu.<br />Bernard mengangkat kedua belah kakiku sambil membukanya lebar-lebar. Kedua pahaku dikangkangkannya untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi mulut dan lidahnya untuk menjilati seputaran vaginaku. Bernard sangat piawai memainkan ujung lidahnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama baginya membuatku orgasme. Semburan hangat langsung muncrat dari dalam rahimku, keluar membasahi liang dan dinding vaginaku dan serta merta Bernard langsung menjilat dan menelan habis cairan pelumasku yang mengalir keluar."Huu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", aku melenguh bagaikan anak sapi saja. Bernard tetap saja meneruskan jilatannya sampai vaginaku benar-benar bersih dan kering kembaliAku akhirnya menarik napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang merembes keluar melalui liang vaginaku. Selesai melakukan jilatannya, Bernard langsung berdiri sambil membuka kancing celananya. Celana berikut CD-nya diperosotkan sampat batas lututnya hingga tampak batang kemaluannya langsung menjulang keluar bagaikan torpedo yang siap diluncurkan menuju sasaran.Bernard mengangkat kedua kakiku sehingga badanku terlipat. Lututku didorong hingga berada dekat dengan wajahku, batang kemaluannya langsung diarahkan ke belahan bibir vaginaku dan tanpa harus mendapat bimbingan lagi, batang kemaluannya telah berada tepat menempel di mulut liang vaginaku. Didorong-dorongkannya sedikit sehingga kepala kemaluannya menemui sasaran yang tepat, kemudian didorongkan sedikit lebih dalam lagi dan, slee.. eep! Masuklah sebagian batang kemaluannya. Ditarik keluar sedikit dan didorongkannya lagi masuk lebih dalam.<br />"Oo.. Oocch! Slee.. Eep! Slee.. Eepp! Uu.. Uucch! Slee.. Eepp! Slee.. Eepp! Aa.. Aacch!", demikian suara rintihanku bersahut-sahutan dengan bunyi suara saat batang kemaluan Bernard memompa liang vaginaku.Kondisi liang vaginaku sudah sangat basah sehingga memudahkan batang kemaluan Bernard terbenam habis ke dalam vaginaku. Ujung kepala kemaluannya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. Ujungnya menyentuh dan menekan-tekan tonjolan daging seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku, rasanya luar biasa nikmat.Karena memang sudah cukup lama aku tidak melakukan ML ditambah dengan permainan Bernard yang cukup piawai hingga membuatku segera akan mencapai puncak kenikmatan kembali."Ayoo..! Terus..! Aku sudah hampir orgasme!", seruku."Sebentar Nat! Kita keluarin sama-sama..", jawab Bernard."Dikeluarin di dalam atau di luar nich?", tanya Bernard padaku sambil terus memompakan batang kemaluannya di dalam liang vaginaku."Uu.. Uucch! Terserah..!", teriakku dan.."Ooo.. Oocch! Aa.. Aacch!"Badanku tiba-tiba gemetar dan sedikit kejang. Bernard pun ikut melenguh sambil tetap menggenjot pompaannya lebih cepat lagi. Kami dalam waktu yang hampir bersamaan sama-sama mengalami orgasme. Terasa sekali semburan sperma Bernard yang hangat membanjiri liang vaginaku. Tumpahan cairan cinta kami tercampur jadi satu dalam liang vaginaku, saking banyaknya bahkan tidak tertampung sehingga merembes keluar mengalir mengikuti celah belahan pantatku dan membasahi anusku.<br /><br />mengecup membelai dan mengulum ujung-ujung payudara <br />Sejak Tira mulai mengenal betapa indahnya dan bahagianya kalau bisa memuaskan birahi Mas, maka Tira jadi mulai kasi Mas "hand jobs" secara rutin. Pertama-tama sih Tira cuman nemenin Mas meng hand job dirinya sendiri, dan Tira "bantu" dengan pamer payudara aja. Abis gimana dong, Tira kan dulu masih takut-takut. Tapi lama-lama Tira jadi kepengin nyoba ikut meganging "joystick"nya Mas. Eh akhirnya jadi keterusan, hehehe. Hampir tiap Mas main ke tempat Tira, atau Tira main ke tempat Mas, pasti ada acara nyelinap ke kamar tidur, kunci pintu, dan acara hand job dimulai.<br />Si Mbok kayaknya sih udah tau kalau Mas sering ke kamar Tira, tapi Tira sama Mbok kan udah CS-an jadi asik aja deeh.. Yang penting jangan sampe Mama sama Papa tahu. Kalau enggak bisa gawat. Nah, ada suatu hari yang sangat berkesan banget buat Tira, soalnya ada kejadian yang seru tapi serem juga kalau diulang lagi. Jadi ceritanya begini: Mas ama Tira lagi duduk-duduk mesraan di ruang tamu, pas sore-sore jam 7. Tira pikir hari itu acaranya bakal rutin. Biasanya abis duduk-duduk mesraan sambil bikin PR (gini-gini kalau lagi mesraan pun pelajaran Tira gak lupa lho), abis itu baru deh urusan "hand job" dimulai.Kebetulan Papa ama Mama lagi gak di Jakarta, lagi keluar kota. Tira udah seneng aja. Horeee!!! Mumpung Papa ama Mama lagi gak ada, jadi acara hand-job bisa semalam suntuk! Yea! Eh gak tahunya, mendadak ada suara."Ting Tong", bel rumah Tira bunyi. Mbok Yem buru-buru pergi ke depan buat buka pintu."Eh, Bu Wida. Den Tiraaa… ada Bu Wida nih!"Matik aku, pikir Tira pas saat itu. Bu Wida itu Tante Wida, saudara Mama. Dia tinggalnya di Bandung, tapi sering main ke Jakarta. Nah, kalau dia dateng ke rumah sore-sore gini, ujung-ujungnya pasti nginep deh. Besok baru pulang, grrr…. Ganggu acara Tira ajahh."Bu Wida itu siapa Tir?" tanya Mas pada Tira."Saudaranya Mama dari Bandung Mas," jawab Tira."Oh, gitu. Ya udah, Tir, sana gih sambut Tante kamu.""Terus Mas gimana?""Ya Mas di sini aja, nanti kan kalau Tante masuk tinggal dikenalin aja ke Mas.""Mas, Tante kayaknya nginep deh, soalnya dia kan tinggalnya di Bandung.""Terus?""Terus, ya kayaknya Tira takut entar malem gak bisa… ehm…"(Tira ngomong gini sambil bikin gerakan pakai tangan kanan, seakan-akan lagi kasi Mas "hand-job"). Mas terdiam sejenak."Ya..gak pa-pa lah Tir…" kata Mas sambil menghela napas. Kalau udah gini justru Tira yang jadi blingsatan, soalnya terus terang aja, Tira seneng banget ngasi Mas hand-job. Kalau kesempatan ber hand-job ria jadi ilang, Tira bakal BT banget. Gak tahu kenapa, kayaknya ada rasa puasssss… yang gimana gitu kalau bisa bikin Mas puas juga, hehehe. mungkin udah kodrat cewek sejati kali ya, lebih senang memberi daripada diberi kepuasan. Tapi kalau mau dikasi gak nolak lho, hehehe, yang penting nikah dulu yang bener! Tira punya konsep bahwa selama masa pacaran, ngapain aja boleh asal jangan ML soalnya bahaya bo. Kalau melendung gimana? Kan repot. Kalau selain itu sih boleh-boleh aja asal jangan main paksa.<br />Tira suka bingung juga, kalau lagi ngerumpi ama temen-temen cewek, pasti ada aja yang bilang kalau nggak seneng ngeladenin cowoknya, baik dengan cara hand job maupun cara lain. Kalau menurut Tira sih, kayaknya bohong deh kalau ada cewek bilang sayang banget ama cowonya tapi gak mau ngeladenin napsunya si cowok. Berarti tuh cewek pacaran ama ini cowok cuman buat status doang atau experimen doang. Di sisi lain bohong juga kalau ada cowo bilang sayang ama cewek tapi terus maksa-maksa si cewek buat muasin napsunya. Kalau udah main paksa sih berarti cintanya dusta, cuman napsunya aja yang diturutin.<br />Dari pengalaman Tira, Tira yakin cewek-cewek yang nggak bokis, nggak tukang tipu, dan beneran sayang ama pacarnya, pasti gak keberatan kok buat kasi hand job dll sama cowoknya, asal cowoknya bisa ngerayu dan memberi rasa aman ama tuh cewek. Gitu. Cuman kadang-kadang kita suka takut keterusan. Takut jadi ML deh. Waah jangaan dong, entar kalau melendung gimana? Eh, jadi ngelantur. Sorry ya, intermezo dikit gak pa-pa kan Pak Wiro?Ah udahlah. Yang penting sekarang nyambut Tante Wida dulu. Segera Tira ke depan sambil nggandeng Mas. Mas jadi bingung tuh, hihihihi. Tante Wida lagi duduk-duduk di kursi depan, yang di depan taman. Begitu liat Tira, langsung deh keluar gaya khasnya."EEeehh Titirrr!!! Apa kabar?" Dengan pasang senyum semanis mungkin, Tira segera nyamperin Tante, and kita peluk-pelukan dech, hehehehe."Ya ampun Tir, kamu udah gede banget yah? Udah kelas berapa nih?" Tante nanya ama Tira."Udah kelas tiga Tante.""Wih, dikit lagi kuliah dong. Mau kemana kuliahnya? Ke Jepang aja? Nichidai?""Ih Ogaaaah ah. Gak mau. Pengennya di sini aja. Kalau bisa sih di UI. Oh iya Tante, kenalin dong ini ‘temen’-nya Tira." Tante Wida dan Mas berjabatan tangan. Agak kaku ya, soalnya Mas emang orangnya kalau baru kenal gak banyak ngomong, tapi Tante Wida mah kebalikannya. doyan ngomong banget, namanya juga ibu-ibu."Hallo, temennya Tira ya? Temen apa ‘Temen’…," kata Tante Wida sambil senyum-senyum."Iya Tante, nama saya (namanya Mas).""Temen sekolah?""Bukan Tante, saya kuliah di (sekolahnya Mas), sekarang lagi skripsi.""Wah, bagus dong." Ya udah deh Mas sama Tante ngobrol kemana-mana, sambil duduk-duduk di depan. Kalau nggak buru-buru di "cut" entar gak masuk-masuk nih."Tante, Mas, masuk dulu yuk! Tante udah makan belum?" kata Tira."Eh iya, belum makan nih! Laper deh. Kamu ada makanan apa Tir?""Tadi Mbok Yem bikin sukiyaki.""Wih, dasar Jepang. Udah enak dia bikinnya?""Tante rasain aja sendiri. Udah diajarin ama Mama, pasti enak laah." Tira manggil Mbok Yem dan nyuruh dia nyiapin meja makan."Tante makan duluan gih, Tira tadi udah kok. Sekarang Tira mau nerusin belajar dulu ama Mas," kata Tira.<br />"Belajar apa belajar?" kata Tante sambil senyum jenaka. Ih sebel deh kalau udah ngelihat tampang Tante lagi gitu. Untungnya Tante langsung lenggang kangkung ke ruang makan, jadi Tira gak perlu menjawab pertanyaan yang rada sulit tadi, hehehe. Jadi ya gitu deh, Tante enak-enakan menikmati Sukiyaki di ruang makan, sedangkan Tira dan Mas bikin PR di ruang tamu. Eh, maksudnya Mas bantuin Tira bikin PR, hehehehe. Gak kerasa waktu berlalu. Ya, udah jam 9an malem. Udah dua jam kita bikin PR. PRnya selesai lho, padahal pas bikin sambil grayang-grayangan, hehehehe. Eh, posisi Tira pas bikin PR asik banget deh. Jadi kita berdua duduk di lantai, sedangkan bukunya ditaruh di meja tamu, yang gak terlalu tinggi (paling-paling kaki mejanya tingginya cuman 40 CM dari tanah).<br />Tira duduk bersila, tangan Tira di meja megang bolpen dan buku. Mas duduk di belakang Tira sambil meluk, dan sekali-sekali nyium-nyiumin tengkuknya Tira, ngeraba payudara Tira, dan kadang-kadang Tira juga nengok ke belakang dan ciuman sama Mas. And hebatnya, itu dilakukan sambil bikin PR lho. Mas selain rajin nggrayangin Tira ternyata juga rajin ngajarin Tira pelajaran sekolahan. Asik ya! Udah. PR selesai. Tira nyender ke belakang deh, ke pelukannya Mas. Kayaknya Mas jadi "on" deh, soalnya dia mulai nyelinepin tangannya ke balik Tshirt Tira, terus mulai "mijetin" payudara Tira sambil nyium-nyiumin tengkuknya Tira. Aduh Tira demen bangen deh yang model kayak gini. Jadi makin "on" juga deh.Mendadak sebuah ide gila muncul di benak Tira. Tira gak tahu kenapa bisa muncul. Pokoknya tau-tau "ting!" muncul. Kayak di film kartun, di atas kepada Tira ada "lampu" yang "nyala", hehehe. Tira kebanyakan nonton Warner Bros Cartoon sih ya."Mas, Tira kedalem bentar ya," kata Tira. Mas mengangguk. Tira buru-buru bediri, ngerapihin baju, terus masuk ke dalam. Tira ngelihat ke living room, ketemu Tante Wida lagi leyeh-leyeh nonton siaran TV-3 yang pakai bahasa Melayu, ehehehe."Lagi nonton apaan Tante?""Ini lho, acara dari negeri Jiran. Seru juga," kata Tante."Tante, Tira di depan ya, kalau perlu apa-apa kasih tahu Tira aja.""Okies deh. Eh Tir, Tante nginep ya?""Oh, emang harus nginep lah. Kalau pulang sekarang kasian Tante.""Thanks Tir. Tapi, Tante tidur di mana ya?""Tante tidur di kamar Tira boleh, di kamar Papa-Mama boleh."<br />"Ya udah di kamar kamu aja. Pinjem baju tidur kamu ya?" Glek. Bener kan perkiraan Tira. Pasti deh Tante Wida bakal ganggu acara Tira. Tapi gak pa-pa deh, toch Tira udah memikirkan jalan keluarnya."Ambil aja Tan. Eh ngomong-ngomong soal baju tidur, Tira kayaknya perlu ganti juga deh," kata Tira sambil pasang senyum manis… banget (padahal mangkel, hehehehe.) Sambil berkata demikian, Tira berjalan ke kamar, terus pasang AC (biar Tante gak kegerahan nanti), trus buka lemari, pilih-pilih baju… Ah ketemu! Daster biru tua polos yang leher bajunya rendaaaah banget. Kalau Tira gak pakai bra, payudara Tira gampang banget diintip lewat leher baju itu. Perfect! So Tira buka T-shirt, buka rok, dan buka bra, hehehe. Ih sebel, dari dulu pertama kali bikin cerita untuk CCS sampai sekarang ukuran bra Tira gak ganti-ganti deh, 34A terus. Gimana ngegedeinnya ya? Ah sebodo, yang penting Mas seneng-seneng aja sama "perabot" Tira yang satu ini, hehehe.(Eh Pak Wiro, cerita Tira yang pertama dimuatnya kapan sih? Tira sendiri udah lupa lho. Ada dua tahun gak?) Tira melangkah ke depan, nemuin Mas, dengan memakai daster biru tua tadi, sambil bawa botol Coca Cola ukuran jumbo dan gelas dua biji."Lah Tir, Coca Cola buat apaan? Kan kamu malem-malem gak boleh minum dingin-dingin dan soda-soda katanya," tanya Mas."Udah deh. Mas santai aja. Ini surprise Tira yang kedua buat Mas," jawab Tira. Tira ambil tangan Mas, terus Tira gandeng sambil Tira jalan ke sofa. Duduk deh kita berdua di sofa. Sambil duduk bedua, Tira gak ngomong apa-apa, cuman megangin tangan Mas sambil memberikan tatapan "rahasia" ke wajah Mas, hehehe. Mas langsung ngerti, bahwa itu berarti Tira lagi pengen mesraan sama Mas.Tir, Tante kamu gimana?" tanya Mas sambil ngedeketin wajahnya ke Tira."Ya… gimana ya?" Sambil celingukan ke arah pintu yang menuju ke ruang tengah, Tira meluk leher Mas terus nge kiss duluan, hehehe. Mas jadi gelagepan. Tira sekarang kalau kissing udah mulai "jago", soalnya udah banyak latihan sih. Kita berdua kissing, lembuut deh. Tira suka bingung sama orang-orang yang kalau kissing main lidah. Kan ribet banget. Tira lebih suka kissing pakai bibir, yang lembut tapi lamaaa. Kayaknya lebih romantis. Tira biasanya merem kalau di kiss. Tapi Tira ngerasa Mas malam ini agak lain. Akhirnya Tira buka mata, terus Tira liat mata Mas juga ngelirik-ngelirik ke pintu ruang tengah. Hehehe. Rupanya Mas masih mikirin Tante juga, takut kalau-kalau dia iseng-iseng ke ruang tamu."Udah to Mas, tenang aja," kata Tira."Loh kok tenang. Nanti kalau Tante ke sini gimana?"Tira gak jawab. Tira pegang tengkuk Mas, terus narik wajahnya ke deket dada Tira. Pelan-pelan Tira turunin leher baju Tira, trus Tira bilang, "Mas, kiss dong."Mas segera melakukan yang Tira minta. Enak lho, kayaknya ada rasa gimana gitu. Enaknya gak cuma di bagian payudara aja, tapi ke seluruh badan. Kayaknya rasa geli-geli enak dan merinding itu nyebar sampai ke tulang punggung dan ubun-ubun gitu. Tira gak tau deh, apa semua perempuan merasakan seperti ini? Apa jangan-jangan Tira doang?"Mas.." kata Tira.."Jangan kuatir soal Tante.."<br />"Kok gitu?""Tira sengaja pake daster ini, jadi kalau Mas mau grayang-grayang and kissing-kissing payudara Tira kan gampang, tinggal tarik dikit, beres. Kalau Tante mendadak kesini, kan tinggal belagak gak ngapa-ngapain aja.""Pinter juga kamu.""Trus, untuk urusan hand-job," Tira mengambil bantal sofa ruang tamu, terus Tira taruh di pangkuan Mas. Bantal itu lumayan besar sehingga bisa menutupi hampir seluruh bagian bawah tubuh Mas kalau dia lagi duduk, mulai dari bawah puser sampai lutut. Terus, pelan-pelan Tira raba bagian depan celana Mas, sambil Tira soen pipinya, dan Tira bisikin…"Mas gak keberatan kan kalau hand-jobnya di bawah bantal ini? Jadi kalau Tante iseng-iseng ke depan, kan Tira bisa buru-buru tarik tangan.""Lah, taunya kalau Tante mau ke depan gimana?"<br />"Ya kan langkah kakinya kedengeran. Atau bisa juga begini." Tira bangkit sebentar trus nutup pintu ruang tengah."Nah, gitu Mas. Pintu ini kan berat, jadi kalau Tante buka pintu pasti ada suaranya, dan gak bisa langsung kebuka. Jadi ada warningnya gitu.""Trus, kalau tumpah di bantal gimana? Kamu mau nyuci sendiri?" Tira tersenyum penuh arti"Tenang aja Mas. Tira udah ada akal kok." Mas akhirnya tersenyum, dan memeluk Tira. Pelukannya erat tapi tidak membuat Tira sesak napas. Tira bisa merasakan jantung Mas (dan jantung Tira juga) berdetak agak lebih kencang. Tira bisa merasakan napas Mas agak memburu. Dan Tira bisa merasakan kecupan-kecupan dan belaian lidah Mas di leher Tira, turun ke dada Tira, ke payudara Tira, Uhh… enaknya. Tira merasa hanyut dalam cumbuannya Mas. Tira merem deh, biar bisa meresapi keindahan ini. Gak terasa Tira melenguh pelan.(Sebenarnya pas lagi kejadiannya, Tira gak sadar loh kalau Tira mengeluarkan suara-suara yang demikian. Mas yang kasih tahu, hehehe.) Mas berbisik di telinga Tira."jangan keras-keras say, nanti Tante denger lho." Tira juga nyadar sih, kalau mesraan curi-curi kayak begini memang rada kurang enak yah. Tira merasakan bahwa Mas sebenarnya kurang bisa menikmati 100% saat-saat bemesraan ini karena dia takut ama Tante Wida. Yah, gimana dong ya, biar Mas bisa enjoy? Pelan-pelan Tira tarik retsleting Mas dari bawah bantal. Uh, kok belum "keras" sih? Kayaknya butuh something extra nih. Tira tarik lagi leher daster Tira, terus Tira "tawarin" payudara Tira ke depan muka Mas, sambil "punya"nya Mas aku usap-usap dari luar underwearnya. Kontan aja "tawaran" Tira diterima.Mas dengan mesra mengecup, membelai dan mengulum ujung-ujung payudara Tira. Wuih, rasanya enaak deh. Tapi kayaknya pembaca yang cewek pasti udah tahu ya, gak perlu dijelasin lagi, hehehe. Lama-lama Tira ngerasa bahwa "punya" nya Mas udah keras, dan udah bisa di hand-job. Tira tarik underwear Mas ke bawah dikit, biar Tira bisa leluasa menggenggam "punya"nya Mas. Posisi Tira pas banget deh. Kita duduk berdampingan di sofa, Tira di kanan Mas di kiri. Tangan kiri Tira ngerangkul leher Mas, Mas mencumbui payudara Tira, tangan kanan Tira di "punya"nya Mas. Tira merasa bahwa napas Mas makin lama makin memburu, dan dia mulai memejamkan matanya.Bagus deh, berarti Mas udah mulai enjoy. Berarti "pekerjaan tangan" Tira bisa diteruskan dengan lebih serious. Tapi demi menjaga keamanan, kayaknya Tira musti cek Tante dulu nih."Mas, bentaaar aja, aku mau check Tante dulu ya. Nanti kita terusin, OK?" tanyaku pada Mas. Mas merengut sebentar, tapi terus senyum lagi dan mengangguk. Hihihi, Tira soen pipi Mas terus jalan deh nyari Tante ke dalam. Pas Tira lihat di depan TV, gak taunya Tante lagi tidur nggeletakan. Kasian, ngantuk dia. Dalam hati Tira bersorak, horeee!!Biar Tante tidurnya enak, Tira selimutin aja pakai selimut dari kamar Tira. Beress. Buru-buru Tira kembali ke ruang tamu. Mas lagi duduk-duduk nyender sambil memejamkan mata. Tangannya bergerak-gerak di bawah bantal yang tadi Tira taruh di pangkuannya."Hayo Mas, lagi ngapain? ini kan kerjaannya Tira" kataku sambil mengambil alih "pekerjaan" tadi. Kamipun kembali ke posisi tadi. Kocokan tangan Tira di "batang"nya Mas makin intens, seirama dengan desahan napas Mas yang makin memburu. Kecupan dan jilatan Mas di payudara Tira juga makin bikin Tira blingsatan, bikin Tira keenakan. Ohh Mas… Aduuh, lama-lama pegel juga ya? Kayaknya Tira perlu tambah "verbal stimulation" nih ke Mas."Mas… ayo dong. Udah mau keluar kan? Please… ayo Mas, do it for me. Squirt for me," bisik Tira di telinga Mas. Hisapan Mas di puting Tira makin keras. Aduuh sakit. Pelan-pelan dong Mas. Tapi gpp deh. Sakit tapi enak, hehehe."Tirr…..Mas udah hampir nih," desah Mas. Well, this is the moment of truth buat Tira. Now or never! Cepat-cepat Tira ambil gelas berisi Coca Cola di meja, Tira minum seteguk (tapi nggak ditelan). Tira singkap bantal yang ada di pangkuan Mas. Lalu… deg-degan juga sih. Tira masukkan "kepala"nya Mas ke mulut Tira, sambil Tira kerjain terus "batang"nya. Berhubung di mulut Tira ada Coca Cola, Tira jadi nggak ngerasain rasa "batang"nya Mas (kayak apa sih rasanya?). Mas terbelalak. Kaget dia."Tira?" Sambil tetap mempertahankan tangan dan mulut Tira di "batang"nya Mas, Tira melirik ke arah wajah Mas, hehehe. Merem-melek dia, menikmati "kerjaan"nya Tira."Tira… I love youuuu!!!!" Mas teriak ketahan (takut kedengeran orang?) Tira merasakan "punya"nya Mas menegang, dan kayak ada sentakan-sentakan keras beberapa kali. Tira bergidik juga sih, ini kan pertama kali Tira masukkin "punya"nya Mas ke mulut Tira. first blow job. Terus keluar di dalem lagi. Makanya Tira akalin pakai Coca Cola, biar gak jijik.Tira berasa sih, kayak ada "cairan" lain yang nambah masuk ke mulut Tira. Ini pasti spermanya Mas. Tira terus ngurut-ngurut "punya"nya Mas sampai Mas kayaknya udah gak terlalu tegang lagi, dan dia menarik napas legaaaaaa..banget. Pelan-pelan Tira bangkit. "Punya"nya Mas udah kecil lagi. Tira ambil botol Coca Cola, Tira tuang lagi ke gelas yang tadi, terus GLEK, Tira telen semua. Baik Coca Colanya maupun "hasil kerja"nya Tira dan Mas. Sambil minum, Tira bersihin "punya"nya Mas pakai ujung daster. Yeech, belepotan deh. Tapi gpp deh demi Mas. Mas kelihatannya masih capek banget. Tira rangkul dia, terus Tira bisikin…<br />Friday, February 1, 2008<br />Aku punya istri, namanya Ida. Dia bekerja di perusahaan swastasebagai staf pemasaran. Gaji yang dia dapat tidak mencukupi karena(setelah) dipotong dengan biaya transpotasi dan makan, hanya tinggalbeberapa ratus ribu rupiah. Sementara fixed cost COM (Cost OfMarriage) alias biaya tetap operasional rumah tangga cukup besar yangtidak sebanding dengan pemasukan, sehingga aku usulkan dia berhentibekerja saja, agar membantu usahaku dengan demikian aku dapatmengurangi karyawanku dan menambah pemasukan. Alhasil pemasukan hanyadari hasil wiraswastaku, mangan ora mangan ngumpul.Setelah dicoba beberapa bulan, akhirnya dia menolak dengan alasanpemasukanku fluktuatif, sementara dia mempunyai penghasilan tetap.Selain itu pekerjaan di rumah monoton, dan buat apa dia belajar bilatidak dipraktekkan. Semua alasannya masuk akal, sehingga dengan berathati aku menyetujuinya untuk kembali bekerja di kantor yang sama.Beruntung sebelumnya dia mendapat cuti di luar tanggungan, belummengundurkan diri, sehingga dapat kembali lagi dengan hak yang sama.Beberapa bulan kemudian istriku bilang ingin mempunyai anak. Saat inidia menggunakan spiral sebagai kontrasepsi (kita sepakat sebelumnikah agar tidak mempunyai anak bila belum siap secara materiil danmoril). Aku bilang kondisi saat ini tidak memungkinkan. Dia tetapbersikeras bahwa banyak anak banyak rejeki. Aku tertawa mendengarnya.Akhirnya dia menerima untuk sementara waktu tidak hamil dulu. Akuberikan alasan bahwa biaya terbesar untuk mempunyai anak adalahpendidikan dan kedua kesehatan, sehingga dengan kondisi yang belumstabil, aku belum berani ambil resiko - kita selalu bermusyawarahdengan memberikan alasan yang masuk akal, sehingga tidak ada larangantanpa alasan - alias otoriter.Suatu siang, aku "pingin" banget, kita berdua tinggal di rumahkontrakan di pinggiran Selatan kota Jakarta, yang hanya mempunyaitiga ruang dengan masing-masing ukuran tiga kali tiga, ruang pertamaruang tamu, ruang tengah, ruang tidur yang mempunyai pintu, sedangkanruang ketiga adalah dapur dan kamar mandi, sehingga secarakeseluruhan rumah kontrakan ini berukuran tiga kali sembilan meter,dan itupun berjajar sebanyak lima buah berdempetan.Kondisi rumah yang kecil dan panas yang terik, membuat dia tidurhanya mengenakan CD dan bra, sementara tak jauh darinya kipas angindengan kecepatan rendah, sedang berputar. Pagi hari menjelang siangaku "meminta" tetapi dia menolak karena capek. Tapi desakan "arusbawah" ini nggak tahu diri, akhirnya aku berusaha masuk ke kamar.Ternyata kamar dikunci. Dengan tidak kehilangan akal aku berusahamelepas anak kunci di dalam kamar dengan menusuk dari luar denganobeng, agar jatuh ke koran yang aku letakkan di bawah pintu. Aduh mauminta "jatah" sama istri sendiri saja susahnya minta ampun. Saat anakkunci jatuh, dia terbangun dan anak kunci itu dengan sekali gerakandengan kakinya keluar dari koran. Yah apes, gagal.Aku coba cara lain. Kabel kipas angin tertancap di stop kontak diluar kamar tidur (karena stop kontak di kamar tidur lagi rusak) akucabut sehingga udara yang dihembuskan terhenti. Tak berapa lama, diamulai berkeringat, dan berusaha menekan tombol-tombol kipas yang takbertegangan.Karena panas dia keluar dan..."Mas, aku capek tolong jangan dulu, pasang lagi kabel kipasanginnya!" katanya. Tanpa komentar kulakukan apa yang dia minta. Yahterpaksa mengalah lagi. Dia kembali masuk ke kamar untuk melanjutkantidur tanpa mengunci kamar. Gagal lagi.Suatu hari dia memintaku agar bekerja di kantoran, yang pentingmempunyai penghasilan tetap. Aku bilang umurku sudah tidak muda lagi.Mana ada kantor yang mau. Yang ada juga sekarang pada di PHK,kubilang.Saat malam, aku benar-benar "pingin" banget, soalnya yaitu, dia kalautidur nggak siang atau malam selalu hanya CD dan bra hitamnya saja,sementara kulitnya lumayan putih, jadi kan "arus bawah" selalumeronta. Aku mulai mendekati dan merayunya, karena sudah beberapahari ini aku hanya masturbasi."Ma, aku pingin, nih.." sambil mengusap paha bagian dalamnya,posisinya tidur telungkup. Dia langsung membalik badan dan dudukserta..."Kamu disuruh kerja nggak mau, aku pingin punya anak kamu nggak mau,apa-apa nggak mau, mati aja sana! ngentot mulu yang dipikirin.."katanya dengan suara cukup keras, malu juga aku didenger olehtetangga."Ya sudah Ma. Kalau nggak mau yah jangan teriak-teriak gitu dong.Didengerin sama tetangga kan malu!" jawabku. Mungkin dia ada masalahdi kantor atau kurang sehat, aku memaklumi, aku keluar kamar dantidur di ruang tamu.Di suatu sore, saat sampai di rumah dari pulang kerja, setelahmembersihkan diri dan makan, dia minta tolong aku untuk ngerokinbadannya. Katanya masuk angin. Aku sedang tanggung memperbaikiperalatan usahaku di ruang tamu. Ternyata karena nggak sabarmenungguku, dia minta tolong dengan mbak sebelah untuk ngerokinbadannya di kamar tidur kami.Setelah selesai memperbaiki peralatan, aku menuju kamar tidur dankulihat dia sedang tidur-tiduran (dia selalu tidur dengan telungkup,aku nggak bisa membayangkan saat dia nanti hamil, kalau jadi, khanrepot). Aku coba memijat pundaknya, dan mengurut punggungnya. Karenaterhalang oleh tali surga alias tali bra, kucoba melepaskan. Dia diamsaja, dan aku terus memijat dengan siku tanganku secara perlahan,kuturunkan sedikit bagian belakang celana dalamnya hingga belahanpantatnya tampak semua (kalau dia protes, akan kujawab CD-nyamengganggu).Nampaknya dari hasil pijatanku dia tertidur. Dengan perlahan kulepasCD-nya, pelan-pelan. Setelah terlepas, kupijat telapak kakinyasedikit demi sedikit menuju ke bagian atas sambil melebarkanbentangan kaki kiri dan kanan, kemudian ke arah betisnya, pangkalpahanya, dan kuusap paha bagian dalamnya, dan dia mengubah arahkepalanya dengan membelakangiku (jangan-jangan dia pura-puratidur???).Saat ini rudalku sudah siaga satu, nampak seperti joystick. Bedanyanggak ada push-button-nya.Saat kupijat paha bagian dalam sengaja kelingkingku tidak ikutmenekan tetapi kubiarkan menunjuk. Kadang kugesek ke anusnya, kadangke klitorisnya (dia mempunyai klitoris yang sangat besar serta keluardari penutupnya, baik dalam posisi terangsang ataupun tidak - mungkinitu sebabnya dinamakan IDA alias Itil kuDA). Dia ini tergolong wanitadengan bulu lebat, hingga lubang anusnya pun banyak ditumbuhi bulu.Takut dianya marah aku pindah memijat kaki sebelahnya tanpa merubahposisi dudukku, dan kuulangi lagi mengarah ke atas. Kali ini akutidak menyentuh anus atau klitorisnya, tapi kuusap bulu kemaluanserta bulu sekitar anus tanpa menyentuh kulitnya.Aku lepaskan pakaianku. Kebetulan hawanya panas sekali saat itu.Kuusap kemaluannya, terasa ada seikit lendir, kubalikkan badannya,dan..."Ma, main, yah?" bisikku ke telinganya sambil menjilat daging lunaksekitar telinga."Hmmm..." tanpa kata, tapi aku dapat menangkap maksudnya, pasti bukanpenolakan. Segera kutindih badannya, dan kuhisap putingnya yangberwarna coklat muda secara bergantian (lucu deh, balita aja kalahmimik asi-nya). Kemudian kucium mulut dan kujilati sekitartelinganya, aku tidak berani mencium lehernya karena masih ada sisabalsem, bukan terangsang yang kudapat malah kepedasan nanti.Aku tidak berani memegang rudalku, karena tangan bekas memijat taditerkena balsem bekas kerokan yang ada di punggung istriku. Sehinggadengan penuh perjuangan aku mencoba memasukkan rudalku ke dalamvagina istriku tanpa memegangnya, seperti max biagi habis finishterus lepas tangan, tusukan pertama gagal akibatnya terpeleset danmenggesek klitorisnya, istriku coba mengangkang lebih lebar agarlebih leluasa memasukkannya, kutusuk lagi, dan terpeleset dan..."Pa, pelesetin terus aja enak kok," katanya ngeledek. Dalam hati iyaenak di kamu, nggak enak di aku. Kucoba yang ke tiga, akhirnya masuk,tetapi belum masuk semua hanya bagian kepalanya saja karena agaksempit. Nggak apa-apa deh yang penting sudah masuk sasaran tembak. Yasudah, aku coba tarik-tekan dengan "space" yang kecil tadi, dengankesabaran akhirnya semakin basah dan..."Mph, eh," cuman itu yang keluar dari mulut istriku, dengan raut mukaseperti orang tidur.Lama kelamaan vaginanya semakin basah sepertinya mempersilakanrudalku masuk lebih dalam. Kutekan lebih dalam dan masuk semua, barutarik-tekan, empat kali, aku sudah keluar."Ma, maaf yah, soalnya sudah lama nggak main jadi keluarnya cepet,"kataku. Dia tidak menjawab tetapi mengeluarkan lenguhan nafaspanjang, artinya dia nggak puas. Yah siapa sih tahan "palkon" (kepalakontol, red) belum masuk semua, tapi digesek-gesek sekitar vaginasoalnya belum dipersilakan masuk. Coba deh masturbasi, tapi yangdiurut hanya "palkon"nya saja, kalau nggak cepet keluar (ya lecet).Udah gitu aku khan udah lama nggak main jadi yah cepet keluar. Akuagak heran sampe ada yang main bisa lama saat merawanin anak orang.Biasanya untuk pertama kali yang cewek akan merasakan lebih banyaksakitnya ketimbang enaknya, sementara cowok lebih cepat keluarkarena "palkon"nya akan terjepit dinding vagina karena si cewekmenahan rasa sakit. Yah kecuali kalau cowoknya memakai obat atau Cosudah pengalaman alias nggak perjaka.Setelah itu aku berdiri dengan ke dua lututku. Tampak cairan putihalias spermaku meleleh dari vagina istriku. Ada sebagian orang yangmengatakan itu cairan yang menjijikan, didorong bagaimanapun caranyatetap akan keluar dari kedudukannya (si istri pingin hamil jadiberusaha spermanya nggak keluar) - beda dengan pejabat di negaraberkembang udah menjijikan didorong pakai apapun tetap nggak mauturun juga.Kubersihkan dengan CD hitamnya, dan aku ke belakang untukmemcuci "rudalku". Setelah selesai aku kembali ke kamar tidur. Posisitidur istriku belum berubah, masih terlentang dengan kaki terbukalebar dan mata terpejam (yang jelas bukan tidur kemungkinan kesel,ya)."Ma, nambah yah?" kataku. Dia diam aja. Aku duduk di depan vaginanya.Tampak vagina labia minoranya sudah menutup, tetapi klitorisnya masihtersembul keluar. Kubuka labia minoranya yang tertutup bulu hitamkeriting, saat akan kujilat..."Jangan, Pa, kotor.." kata istriku, sambil bangun terus memegangbagian belakang kepalaku dengan kedua tangannya serta menghisap bibirbawahku, menghisap dengan sangat kuatnya dan mencari-cari lidahku.Setelah dapat, dihisapnya lidahku, terlepas, dimainkannya lidahnya digusiku. Saat dia melakukan semua gerakan kulihat matanya terpejam,saat mendapatkan lidahku, matanya setengah terbuka yang tampak bagianputihnya saja.Dijilati leherku, terus ke dua putingku, hingga "rudal"ku bergeraktetapi belum mengeras hanya "waspada satu". Selanjutnya dia menjilatilubang "rudal"ku. Poupss, rasanya mak... Dia suka meng-oral-ku,tetapi kalau di-oral nggak mau, alasannya kotor bekas darahmenstruasi, keputihan, bau, pokoknya nggak boleh, yah sudah aku nurutaja, toh aku yang diuntungkan.Dia memasukkan hanya sebatas kepala "rudal" ke dalam mulutnya,dihisap, dilepas (hingga bunyi "plop"), dijilati kepalanya, dihisaplagi, begitu keras menjadi "siaga satu", dimasukkan semuanya ke dalammulut, dilakukan berulang-ulang. Rasanya "rudal"ku sudah keras,tetapi ada sedikit rasa linu (mungkin setelah keluar yang pertamatadi dan kencing saat dibersihkan sekarang dipaksa tegang lagi),sehingga rasa linu ini mengalahkan rasa nikmat untuk segera "keluar".Tahu kalau sudah "siaga satu", dia segera mengangkangi rudalku danmemasukkan ke vaginanya, bergerak naik turun dengan sangat cepat."Oh.. oh.. ohhh.." suaranya keras bener, membuat rasa linuku hilangberubah menjadi nikmat. Kucoba menutup mulutnya agar tidak didengartetangga, malah jariku dijilati, auw, enak bener. Nggak lama digigit,langsung segera kutarik tanganku (ganas bener, anjing kalah?), Eh,malah lebih keras lagi suaranya. Bodo ah, biarin tetangga denger,kadang seperti orang kepedesan (sshuah - shuah, padahal nggak adacabenya), kadang seperti orang merintih kesakitan.Sudah capek dengan gerakan cepat naik-turun. Dia terduduk tetapitetap bergerak memutar secara perlahan, kemudian dia roboh, telungkupmemelukku, dan menghisap bibirku. Terasa "rudalku" seperti ada yangmenekan, saat dia melakukan penekanan dengan rongga vaginapada "rudalku", dia mengangkat sedikit pantatnya dan menjatuhkannyakembali, akhirnya dia nggak bergerak."Capek aku, Pa," katanya dengan napas ngos-ngosan. Kubalik badannyatanpa melepas "rudal"ku. Tampak hidungnya kembang-kempis, capek benarkayaknya. Kucabut "rudalku". Tampak banyak lendir berwarna putihmenyelimuti "rudal"ku, dan di sekitar labia minoranya ini sih bukanbecek tapi banjir, tetapi aku tetap senang (wanita tidak mengeluarkanatau menyemprot cairan sperma seperti pria, hanya lendir bening,akibat dikocok terus menerus maka berubah manjadi putih susu). <br />Pelajaran seks dari pembantu janda kembang <br />Gue adalah anak ketiga kakak gue dua-dua adalah cewek, waktu itu kakak gue dua duanya udah pada menikah karena umur mereka ama gue cukup jauh sekitar beda 10 tahun dari kakak gua yang paling bungsu. Dan mereka sekarang tinggal ama suaminya masing-masing. Jadi gua dirumah tinggal ama ibu dan bokap gua bertiga....Gua termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan gua udah lebih tinggi dari babeh gue, trus juga tulang-tulang gua termasuk kekar dan besar......Tapi yang paling gua ngak tahan adalah itu tuch penis gua kalo lagi tegang .. Gedeee banget....pernah gua ukur ama temen gue waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang..dan waktu di banding ama temen-temen gue, gue punya paling panjang dan gede... dan pernah gua ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 Cm...Yang paling gua ngak tahan adalah kalo lagi di kelas gua suka perhatiin ibu Ina guru Bahasa Inggris... kadang-kadang tanpa sadar kalo gua liat itu ibu guru lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap ... burungku langsung mengeras... dan menonjol kedepan... kalo lagi gitu gue berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas...Gue punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan hayalan yang sama... sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila ama ibu guru Ina yang berasal dari tanah minang. Kalo ibu guru ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis ibu ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat.Gilanya kita berdua suka menghayal menjadi kekasih ibu ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan ibu ina... wah kalo lagi menghayal berdua... burung kita ampe keras banget..Temen gue si joko pernah nyarannin gue ... eh Bram lu kalo mau tau rasanya hubungan sex ama ibu ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin Ibu ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.karena pengen tau waktu itu gue coba...wah memang enak mula-mula... burung gue makin lama makin gede dan keras seperti batu... tapi udah gue kocok-kocok ampe sejam lebih kok ngak keluar-keluar .. akhirnya gua bosan sendiri dan cape sendiri.... trus besoknya gue cerita ama joko .. dia bilang wah ngak normal loe.... sejak itu beberapa kali gue coba pake sabun tapi ngak pernah berhasil.... akhir gua jadi males sendiri... ngocok pake sabun.Nah ini awal mula cerita gue... waktu itu pembantu rumah tangga gua keluar, trus ibu dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik.waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama ibu gue, bahwa dia adalah janda tapi belom punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin ama bi Asih udah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.Aku memanggil dia bibi Asih... dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ngak pernah marah kalo di goda ... ngak seperti mbok laskmi pembokat gua yang sebelumnya... udah tua tapi cerewetnya minta ampun.Bibi Asih sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga ngak terlalu banyak cuma ngelayani gue, nyokap dan bokap gue.Nah waktu itu adalah hari Jum'at... inget banget gua....... Nyokap gue dapet telepon dari jakarta bahwa kakak gue yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau beranak anak yang pertama.Mereka pergi dengan Sopir kantor babe gue ke jakarta jum'at sore...Aku ngak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola basket di sekolahan.Jum'at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamar... wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekali.........Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malam... badanku terasa gerah.. habis baca buku begituan... aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku ... kebetulan kamarku dan kamar bi Asih tidak terlalu jauh ... dan aku melihat pintunya agak sedikit terbuka.....Tiba-tiba timbul pikiran kotorku... ah pingin tau gimana bi Asih tidurnya... trus aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunya.... dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnya... lalu aku masuk kedalam kamarnya...Kulihat Bi Asih tidur terlentang... kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatas... dia tidur menggunakan jarik kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikit... aku perhatikan betisnya... kuning bersih dan lembut sekali.... kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanya...wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.Aku menarik napas dan menelan ludah... aku perhatikan wajah bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelap... lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebut... sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatas... terus kusibak kesamping.... dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuningan... Aku kagum sekali melihat pahanya bi Asih padat, putih dan berisi ngak ada bekas cacatnya sedikitpun juga... lalu aku pandang lagi wajah bi Asih ..ah dia masih lelap... aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannya... pelan pelan aku tarik kesamping kanan... dan wah akhirnya terbuka lagi... kini di hadapan ku tampak kedua paha bi Asih yang padat dan kuning langsat itu...... aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya bi Asih aku buka perlahan-lahan... keringat dingin aku rasa menahan ketegangan ini... dan burung ku semakin keras sekali .... akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kebuka kekiri dan kekanan... kini terlihat bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam saja.....Aku benar-benar bernafsu sekali saat itu....Kulihat perut bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekali... perutnya kecil kencang ngak ada lemaknya sedikitpin juga.. agak sedikit berotot kali.... pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar.Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulu jembutnya yang halus... ngak terlalu banyak... dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecil.......Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnya... tersasa empuk dan hangat... terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah ngak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanya.... Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah itu... wah pingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangun.... Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turun... ahhh aku pingin tau gimana sich bentuk tetek dari bi Asih......Pelan pelan kubuka baju bi Asih.. ngak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga biji... dan satu satu kubuka peniti tersebut... lalu angkat geser kesamping bajunya... wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagi... Kini bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapanku...Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti ini... BH bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisi.... Aku perhatikan buah dadanya... naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebut... dengan agak gemetar aku pelan buka buka cantelan itu..... satu lepas... dan waktu mau buka yang satu lagi bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia ngak bangun kali lagi mimpi...lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagi.... dan akhirnya terbuka.....Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kali... terus warna pentilnya agak merah muda... bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan..Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut ...indah sekali... apalagi bi Asih pakai kalung tipis warna kunig emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanya... serasi sekali....Aku semakin bernafsu... jantungku bedegup kencang sekali.. pingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukna bila dia bangun... aku mulai takut saat itu.... akan tetapi hawa nafsuku sudah memmuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebut... kini bi Asih udah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya saja... aku pingin tau juga kayak apa sih yang namanya memek itu... terus terang aku seumur itu belum pernah melihat memek asli kecuali di foto...Aku cari akal gimana ya... tiba-tiba aku lihat di meja bi Asih ada gunting kecil... wah aku ada akal.. nihku ambil gunting tesebut... lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana bi Asih di dekat selangkangannya... aku tarik pelan-pelan agar dia ngak bangun... terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnya... segitiga yang pas didepan memek bi Asih putus juga ku gunitng... dan aku singkap calana dalam tersebut ke atas.....Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang pun... memeknya bentuknya rapat sekali kayaknya ngak ada lobangnya... bulunya halus tipis... samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapat...Wah aku betul-betul udah nafsu buta saaat itu... Aku bingung gimana nich... pingin pegang memek tersebut tapi takut dia bangun... Ah aku nekat karena udah ngak tahan... lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamku..... wah penisku udah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin tetek bi Asih dan dan memeknya....wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekali... rasanya seperti mau pipis.. tapi ngak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam memeknya bi Asih... tapi ngak bisa juga keluar... ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungku....akhirnya aku udah ngak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur bi Asih......Aku ingat seminggu yang lalu bi Asih pernah dibangunnin oleh ibu gua jam sepuluh malam waktu itu ibu gua mau minta tolong di kerokin.. nah bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo udah tidur susah di bangunin nya...Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudah malam ini juga dia susah bangun... lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia ngak bangun juga.. bener-bener nich bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinya... aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannya.......pelan-pelan aku tempelkan burungku di memeknya bi Asih... tapi lubangnya kok ngak ada... aku agak bingung .... pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi ngak keliatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berfikir mungkin ini yang dinamakan itil oleh kawan-kawanku.... aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok ngak ada belahan lagi... ternyata emang ngak ada lubangnya... aku bingung..... wah gimana nich........tapi aku udah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan helm burungku ke vagina bi Asih ternyata...ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masuk....baru di bagian luarnya saja rasanya belahan memek bi Asih udah ngak muat....tapi ku pikir udah kepalang basah aku tempel aja helm burung ku ke memek bi Asih.. wah ngak bisa masuk hanya nempel doang... tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam memeknya bi Asih... enak sekali hangat..... aku gosok pelan-pelan....... dan memek bi Asih agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku ngak bisa masuk... makin lama makin enak... aku benar-benar udah lupa daratan ... dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalam... aku ngak sadar kalo bi Asih bisa bangun... akhir bener juga ketika aku agak tekan sedikit bi Asih bangun dan dia sepertinya masih belum sadar betul.. tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan ini.... dia menjerit den. Bram ngapain... aduh den ngak boleh den.. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannya.... den jangan.... den.. keluar.... den...Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluuuu banget ngak ketulungan... aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluar..... langsung masuk kamar......rasanya mau kiamat saat itu... .. bingung banget... gimana ntar kalo bi Asih ngadu ke orang tua gua.... wah mati gue..... .....Besok paginya aku bangun pagi-pagi... terus mandi... ngak pake sarapan aku pergi kesekolah......di sekolah aku lebih banyak diam dan melamun... bahkan ada temen gua yang godaain gue dengan mengolok gue... gue tarik kerah bajunya dan hampir gue tabok untung keburu di pisahin ama temen gue...dan waktu pertandingan basket... gue.. di keluarin soalnya gue tonjok salah satu pemain yang dorong gue.... wah bener bener kacau.. pikiran gue saat..itu.Biasanya gue pulang sekolah jam 12.30... tapi aku ngak langsung pulang tapi main dulu kerumah temen gue ampe jam 5 sore baru gua pulang......Ampe dirumah... bi Asih udah menunggu di depan rumah... dia menyambutku... kok lama sekali pulangnya den .. bi Asih sampe khawatir..... tadi ibu telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin sore... soalnya mba Rini (kakakku) masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah bi Asih ngak marah sama aku... baik sekali dia... ...aku langsung masuk kamar... dan mandi sore...... terus tiduran di kamar.....Jam 7.00 malam bi Asih ketuk kamarku den.. den... makan malamnya udah siap....Aku keluar dan santap malam... lalu setelah selesai aku nonton TV.. bi Asih beres-beres.. meja makan...selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang ke bi Asih... ah dia ternyata cukup cantik juga...badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gede....... bener bener seperti gitar......setelah selesai aku panggil dia... bi. bi.... tolong dong aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nich...baik den.... terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkap....dan menghidangkannya di depan aku....dan langsung mau pergi..... tapi aku segera panggil lagi bi Asih jangan pergi dulu dong.......dia Jawab ada apa den.... ehmmmm itu bi emmm bi Asih tadi cerita ngak ama ibu soal semalam..... dia senyum wah mana berani bibi cerita.... kan kasian den Bram.... lagian kali bi Asih juga bisa kena marah....wah lega hatiku... bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem itu...maaf celana bibi Asih rusak.. soalnya... emmm soalnya.... aku ngak tau harus ngomong apa.....Tapi kelihatannya bi Asih ini cukup bijaksana... dia langsung menjawab iya dech den bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puber... ya khan...aku tertawa.. ah bi Asih ini sok tau ah.... dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puber...jangan sampai terjerumus...... Kembali aku tertawa... terjerumus ke mana... kalo ke tempat yang asyik sich aku ngak nolak... bi Asih melotot eh jangan den... ngak baik.... Terus bi Asih langsung menasihati aku... dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup ganteng... pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksir... bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebak... trus di suruh kawin... hayo mau ngasih makan apa...Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku ngak tau apa itu.... trus aku jadi agak sedikit berani dan kurang ajar ama bi Asih..... Aku pandang dia.... terus aku bertanya... bi ... bi Asih khan udah pernah kawin khan... gimana sich bi rasanya orang begituan.......bi Asih nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merah... trus aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener pingin tau katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul ngak... bi Asih diam sebentar... ah ngak den selama bi Asih kawin 4 tahun.. bibi ngak ngerasa apa-apa... maksudnya gimana bi....masa bibi ngak begituan ama suami bi Asih... eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. ngak sampai 1 menit udah selesai.....Aku semangkin penasaran.. ah masa bi... terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam ngak.....EEhhh ngaco kamu... dia tertawa tersipu-sipu... ehmm ngak kali ya... soalnya baru didepan pintu udah loyo.... hi hi.....eh udah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilang... lagian bi Asih khan udah cerai 3 tahun jadi udah lupa rasanya.... sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergi....ehh bi bi..bi tunggu dong... temenin aku dulu dong.... trus dia bilang eh udah besar kok masih di temenin bibi udah cape nich... tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul ngak terasa udah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekali... dingin juga rasanya... bi Asih pandai juga bercerita... cerita masa remaja dia... rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMP.......Aku duduk di sofa panjang.. bi Asih duduk di karpet bawah... terus aku panggil dia bi sini dech...tolong liatin dong ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeri... bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. mana den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang ku... .. trus dia dia bilang ngak ada apa-apa kok... ....Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan bi Asih ngak marah... kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti bi Asih ngak bakalan marah....Lalu aku bilang ini bi Asih tapi bi Asih matanya meram ya... soal aku malu keliatan bodongku... dia tersenyum dan menganguk... lalu memeramkan matanya.... nah ini aku pikir kesempatanku.....aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan bi Asih... lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamku.... burungku masih setengah besar belum gede banget........Lalu aku tarik tangan bi Asih dan letakkan di ata burungku.... dia bilang ehhh apa ini... trus aku bilang eh awas jangan buka matanya ya... dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok anget...Begitu tersentuh tangan bi Asih menaraku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekali... rupanya bi Asih curiga .. dan membuka mata... eh pamali dia bilang.... tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi mata bi Asih.. dia tersnyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den ngak sopan....tapi aku bilang tolong dong bi... pingin banget dech.....Kayaknya bi Asih kasian sama aku... dia mengangguk... dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan ngak boleh macam-macam...ntar kalo orang tua aden tau bi Asih kena marah.. dan dia bilang eeeh ih kok gede banget sich den...iya jawabku singkat...lalu tangan bi Asih menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungku... kira-kira 10 menit... dengan agak serak dia bilang udah belom den.....Saat itu aku merasa melayang... dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbul... aku pegang lengan bi Asih terus naik ke bahu... leher.. pelan-pelan turun ke dadanya... dia bilang eh den mau apa... tapi aku pura-pura ngak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. bi Asih agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan den....jangan. tapi dia tidah menepis tanganku... aku semakin berani... pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantian... nampak napas bi Asih agak memburu.. aku semkin berani lagi... teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya ......ah susunya terrasa lembut sekali...bi Asih bilang lagi dengan lirih... den jangan .... aku ngak perduli....lalu aku buka baju atas bi Asih dan ku buka juga BH nya... mula-mula bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrah... dan terbuka bagian atas badan bi Asih... susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundar.... lalu mulai kuremas-remas bi Asih agak sedikit menggeliat.....napasnya memburu ........aku ingat akan buku porno yang kubaca... lalu aku coba praktekkan.... ya itu aku mencoba mencium pentil dari teteknya bi Asih dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permen...... wah kayaknya bi Asih kenikmatan banget... napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engah... waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. udah den... udah.... ah bi Asih ngak tahan... katanya.....aku malah semakin semangat seluruh teteknya bi Asih aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emut.....bi Asih semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kiri terhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekali... agak sakit juga rasanya tapi aku biarin aja....Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atas bi Asih aku ciummi lehernya, bahunya yang putih....dan aku buka seluruh celanaku...sehingga bi Asih bebas memegang burungku dan telurku bergantian....Adegan ini cukup lama juga berlangsung hampir sejam... kali aku liat jam diding udah jam 10.30....Lalu aku rebahkan bi Asih di sofa panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut aja... kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya bi Asih.... pelan-pelan agak turun ... aku ciummi perut bi Asih.... dia tampak agak kegelian.... aku semangkin terangsang... aku ingat-ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno...Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya bi Asih... dia bilang eh den jangan mau apa... ngak bi tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kain bi Asih copot sudah dan aku buang jauh-jauh...dia tinggal memakai celana dalam saja.... eh.. biarpun dia ini orang desa... tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekali... mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baik.....Aku ciummi perut bi Asih terus turun kebawah... dan terus kebagian kemaluannya.... dia tampak mendorong kepalaku... jangan den... tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turun... wah ini dia betul-betul melawan dan ngak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya itu... tapi aku terus berusaha... adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup lama dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannya... pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannya... bi Asih tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan den... jangan den.... tapi aku ciumi terus....akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engah.... dibagian tengah memek agak keatas memek bi Asih ada daging agak keras seperti kacang... mungkin itil... nah itilnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kdang aku emut-emut dengan bibirku...Aku ciumi terus memek bi Asih.. dan tau tau aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas.bi Asih tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga...cairan yang keluar dari memek bi Asih makin banyak aja.. dan makin licin....Ah aku udah ngak tahan lagi rasanya...lalu kubuka kaos bajuku... dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan bi Asih...aku periksa lagi memek bi Asih.. yach masih seperti tadi malam ngak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basah... aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging... aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin penisku...Aku penasaran lalu aku bangun dan belutut di pinggir sofa dan burungku aku arah kan ke memek bi Asihbi Asih nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangun... dan bilang den jangan sampai ketelanjuran... ya ngak boleh... aku bilang iya bi tenang aja... aku cuma mau ngukur aja kok...dan dia percaya lagu rebahan lagi... sambil bilang janji ya den jangan di masukkin punya aden ke liang nya bi Asih... iya jawabku singkat... lalu aku ukur-ukur lagi lubang memek bi Asih dengan penisku ternyata memang penisku ini ngak normal kali.. karena jangankan lubang yang didalan tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnya... bibir bagian luarnya aja ngak muat... aku mulai berfikir ... wah bener kata joko aku ini ngak normal..... trus aku bilang ke bi Asih.... bi kok kayaknya lubangnya bi Asih mampetnya... ngak ada lubangnya... bi Asih mengangkat kepala... tau ya... dulu juga burungnya suami bibi rasanya ngak pernah masuk sampai kedalam...wah aku pikir yang normal aku atau bi Asih nich... tapi dasar udah nafsu banget... ngak ada lubang .... lubang apapun jadi dech aku pikir... memek bi Asih semakin basah aku pegang-pegang terus... lalu aku tarik bi Asih bangun dan ku ajak ke kamar orang tuaku... dia menolak ech jangan den... ngak apa-apa aku bilang.... aku paksa dia kekamar orang tuaku dan aku rebahkan dia di tempat tidur spring bed... kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kaca... lalu aku naik di atas tubuhnya bi Asih... dan bi Asih agak sedikit meronta.. den kan janji ya ngak sampai di gituin.... iya dech aku bilang....Aku lalu turun dari tubuh bi Asih dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kaki bi Asih sampai pantat bi Asih tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi memek bi Asih ... dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno ... aku masukan lidahku di sela-sela memek bi Asih .. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam memek bi Asih... aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian itilnya itu... bi Asih tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahku.... terasa semakin basah memek bi Asih dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya... semakin licin..........aku lalu bangun......dan aku dorong lagi bi Asih ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnya.......Aku ciumi lagi tete bi Asih yang keras dan kenyal itu... dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalaku.... pelan-pelan aku kangkangin paha bi Asih mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrah... dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vagina bi Asih...pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vagina bi Asih... yang sudah mulai banjir dan mulai licin... aku merasa bahwa sekarang helm penisku sudah mulai terjepit oleh bibir memeknya bi Asih tapi tetap belum bisa masuk... pelan pelan aku tekan agak keras bi Asih tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos den... aku ngak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vagina bi Asih tapi belum mau tembus juga... aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi ... tapi aku ngak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprak... rupanya vagina bi Asih bener-bener banjir... dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbuka.... aku makin semangat tarik dorong tarik dorong... bi Asih nampak mulai merem melek matanya... dan matanya membalik balik kebelakang....mulutnya mendesis desis... aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibir bi Asih.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman ... jadi ngak tau caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidah bi Asih .. wah dia makin membinal... dan celah di memek bi Asih makin terasa agak melebar... dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti helm burungku ini bisa masuk.. ke dalam memek bi Asih... lalu aku ambil ancang-ancang... kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepan...pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu... dua tiga.... empat ...liiimaaku tekan yang keras penisku ke memek bi Asih bibir bi Asih yang masih ada di dalam mulutku tiba... bersuara huhh...ehmmh hupelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu... dua tiga.... empat ...liiima aku tekan yang keras penisku ke memek bi asih, sementara bibir bi asih yang masih ada di dalam mulutku tiba... bersuara huhh...ehmmh huhuu dan bi asih memundurkan pantatnya kebelakang... dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala ...jangan... sakit... dia bilang... aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorong... belum mauk-masuk juga.. helm penisku... tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbuka....aku cari akal... wah gimana nich.. ya.... lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggang bi asih lalu turun sedikit kuremas-remas pantat bi asih yang besar ... kayaknya dia tambah semakin terangsang... dan aku pikir ini lah saatnya... aku pegang pantat bi asih keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tiga... tekaaaaannnnnn......... bi asih tampak meronta-ronta... tapi aku ngak perduli terus kutekaaaaaaan dan blesssssss penisku masuk kira-kira sepertiga... bi asih meronta lagi...mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya bi asih kecil sekali sampai-sampai penisku ngak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga bi asih berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagi... kutarik tanganku dari pantat bi asih dan ku pegang ke dua tangan bi asih dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan... dia berusaha meronta... dengan mengeser pantat kekiri dan kekanan tapi aku ngak mau lepas... aku ikuti arah pergerakan pantat bi asih.. dia kekanan aku kekanan bi asih kekiri aku kekiri dia mundur aku maju.... bi asih agah merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas.... dia memang kuat pinggangnya... terus goyang kiri dan kanan .... tapi aku terus tancap burungku yang udah masuk sepertiga ke memek bi asih.... akibat gerakan bibi asih ini mula-mula penisku yang ngak bisa bergerak akibat terjepit memek bi asih mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tersgesek-gesek oleh vaginanya bi asih. terus aku panteng... penisku di dalam memek bi asih dan memang saat itu rasanya lobang bi asih sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh memeknya bi asih... Lama-lama gerakan bi asih agak melemah dan nafas agak terengah engah... dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam memeknya dan sakitnya mulai hilang..... Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi kedalam. agar ngak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena memek bi asih udah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitan... aku melalukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga... lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagi... aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam bi asih menggelinjang.. dan bersuara ... aduh.. huhh hmmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. blesssss masuk lagi penisku lebih dalam bi asih agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeri... tapi aku ngak perduli aku tekan lagi lebih keras lagi... cabut sedikit tekan lagi... bi asih agak meronta-ronta... aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencing... aku semakin bersemangat... dan dengan sekuat tanaga.. aku tekan tiba-tiba pantat ku kedepan .... dan bleessssss penisku amblas kedalam memeknya bi asih.... bi asih agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya kekiri dan kekanan lagi.. tapi aku sudah samkin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannya.... setelah bi asih ngak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya bi asih mulai menikmati dan dia kelihatan menngejang dan lalu memeluk aku keras-keras..... dan mulutnya mendesis desis... aku semakin bersemangat... dan genjotanku semakin keras dan kencang.... dengan kedua kaki ku kukangkangkan paha bi asih lalu aku genjot lagi penisku keluar masuk..... kira-kira 10 menit.. bi asih mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagi.... dan... setelah itu dia kelihatan agak loyo... tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku ... aku semakin keras mengocok penisku di dalam memek bi asih...dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk memek bi asih... bila aku tekan... tampak memek bi asih dekok kedalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir memeknya ikut munjung ke depan......... kira-kira.... 15 menit ... aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.... ada sesuatu keluar dari penisku... aku merasa nikmat banget... aku tekan keras-keras penisku di dalam memek bi asih... dan bi asih yang tadi udah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya kekiri kekanan.... aku semakin kenikmatan... dan tiba-tiba terasa lagi seeer serr ada cairan keluar dari penisku... dan bi asih juga kelihatannya merasa nikmat juga... dia seperti mencari-cari sesuatu... pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pingganku... seperti orang main gulat.... aku ngak berkutik ngak bisa bergerak... dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluar....... bi asih semakin menggila dia mengigit.. gigit... bahuku.... dan menjerit lirih.. den.. enak sekali den......... aku peluk bi asih keras-keras..... dan kita berpelukan kurang lebih lima menit....... penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembek... dan bi asih nampak tergelak.. lunglai di sebelahku...... Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari memek bi asih.. dan kulihat memek bi asih.... ... Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnya.... dan aku melihat di seprai dekat memek bi asih banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambu.... aku agak kaget... dan bilang ama bi asih... bi ..... bibi masih perawan ya........... Bi Asih tersenyum manis... dan menjawab... iya den soalnya selama bibi nikah... bibi belum pernah kemasukan.... karena mantan suami bibi dulu orangnya loyo.... baru nempel udah banjir dan lemes.... Aku menggumam.... pantas susah banget masuknya.......terus si bi asih nimpali bukan susah....tapi emang burungnya den bram yang kegedean.... bibi ampe hampir semaput rasanya...... Malam itu aku tidur berdua dengan bi asih di kamar ortu gua.... kita tidur telanjang bulat.... cuma di tutup pakai selimut...... pagi-pagi jam 5 pagi udah terbangun.... dan penisku tiba-tiba mengeras lagi.... ... tanpa permisi... aku langsung naik lagi kebadan bi asih.....yang masih setengah tidur dan dia terbangun..... Aku kangkangin lagi pahanya kekiri dan kekanan... bi asih diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyum..... lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan memek bi asih dan aku tekan-tekan... tapi ngak bisa masuk-masuk... bi asih tersenyum.... dan dia bilang sini bi asih bantu... lalu tangannya kebawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang memeknya bi asih.. terasa hangat... lubang itu dan mulai basah... ternyata kali ini ngak sesulit tadi malam... helm penisku dengan beberapa kali tusukan maju mundur... mulai bisa masuk kedalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun memek bi asih mulai basah dan licin... dan kelihatanya bi asih juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya... beberapa kali dia sedikit mengaduh... tapi... setelah memeknya betul-betul banjir... dan penisku bias masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmati... dan... pagi itu aku bersenggama dengan bi asih sampai jam 7.00 pagi... bi asih orgasme sampai 3 kali... dan aku muncrat juga tapi ngak sebanyak tadi malam.. <br />air mani gue muncrat didalam memeknya..ouuuhh <br />Untuk sambilan gue juga punya usaha kursus private komputer. Siang ituIbu Susan, salah satu klien telpon. Katanya dia belum tahu juga carakirim e-mail. Maklum baru 2 x gue ajarin. Dari pembicaraan disetujuiuntuk ketemu jam 7 malam. Karena dia sampai rumah jam 6 sore. Dia kerjajadi interpreter bahasa Jepang.Jam 7 kurang 10 gue sudah sampai di Lobby Apartemen-nya di bilanganBenhil. Nggak lama dia nongol di Lobby dengan masih pakai pakaiankerjanya. dan segera mengajak saya naik ke Apartemennya. Tanpa gantibaju, dia langsung ke meja komputernya dan menghidupkannya. Nggak lamamasalahnya beres, e-mailnya bisa terkirim semua. Dia cuma lupa nggakclik “send & receive”.Terus dia minta diajarin browsing pakai Explorer. Berhubung dia jarangpakai komputer, kagok bener dia pegang mouse-nya. Entah apa sebabnyague bermaksud kasih contoh, eh tangan dia masih pegangin mouse. Yahtangan nya keremes tangan gue yang gede. Waduh …. alus juga tuh tangan.Gue buru-buru tarik tangan, nggak enak ntar dikatain kurang ajar.Suami-nya adalah temen boss gue. Kalau dilaporin bisa-bisa gue dipecat.Dia lepasin mouse, dan gantian gue pegang sambil ngasih tau dia bedanyabentuk kursor.Gue belum suruh dia coba, eh … tangannya udah nyelosor duluan megangmouse yang masih gue pegang. Yah tahu sendiri khan tangan gue yang diapegang. Gua pengin lepasin tapi sayang abis halus banget telapaknya.Dan bau parfumnya juga lembut, membuat gua betah didekatnya. Gueantepin aja. Gua pikir dia akan lepasin …. eh nggak juga. Malah tangangua dielus-elus. Maklum tangan gua bulunya oke punya.Gue beranikan diri untuk menegurnya “Ibu …. , sebentar lagi Bapakpulang….” Belum sempat ngomong banyak, jari telunjuk tangan satunyadiletakan didepan bibir sambil …. psst….., dan kata dia “hari ini diake bini tuanya …..”. Aduh rejeki nomplok nih, kata gue dalam hati. Tapigue pura-pura nggak berminat. Meski dalam hati udah suka banget.Tangan gua yang masih pegang mouse masih di elus. Kebetulan gua dudukdisebelah kanannya, jadi tangan kiri gua bebas. Dan lagi kursinya nggakpakai tangan-tangan. Makin enak aja …. Tangan kiri nya mengelus tangankiri gue dan diangkatnya, dan ditaruh diatas pahanya yang putih andmulus. Meski dia pakai rok nggak mini, tapi karena duduk ketarik jugakeatas. Roknya yang biru tua menambah kontrasnya warna.Abis naruh tangan gue,tangannya bergerak lagi ke tengkuk gue, dandielusnya. Wow makin on gua. Secara reflek tangan gua juga membalasaksinya, dan gua elus pahanya pelan-pelan. Makin lama makin keatasmenuju pangkalnya. Roknya pun makin tersibak keatas terdorong tangangua. Makin keatas makin mulus. Gua usap pangkal pahajya dan matanyamulai nanar.Ibu Susan sebenarnya biasa saja, nggak terlalu istimewa. Tingginyajugatidak sampai 160 cm (perkiraan gue sih). Kalau berdiri dia tidaklebih tinggi dari pundak gue. Cuma dia menang body yang memang yahutdan kulitnya yang putih mulus. Maklum dia masih keturunan Chinesse dankali aja nggak pernah main di got waktu kecilnya, jadi nggak ada bekaslukanya. Cuma kasihan dia, cuma jadi bini muda. Jadi jatah batinnyanggak terima full. Padahal usianya belum sampai 30 – an, hampir sebayague. Kali aja dia “older than me”Tangan gua ngilang didalam rok kerja nya ngusap-usap pangkalpahanya.Kemudian di berdiri di depan gua yang masih duduk. Lalu kancingbaju-nya dibuka semua. Tapi bajunya nggak dilepas. Dia tarik tangan guadipindahkannya ke pinggangnya dia. Kaus dalamnya gua angkat, danperutnya yang putih bersih pun terpampang didepan gua. Kuciumi perutnyadan sekeliling pusarnya kujilati. Dia menggelinjang kegelian. Keduatangannya mengacak-acak rambutku dan kadang kala dijambaknya. Pedesjuga sih.Baju dan kaus dalamnya sudah lepas dari roknya. Kaus dalamnya kuangkatlebih keatas, dan tampak BH nya menyangga bukit yang tidak terlalubesar tapi juga tidak terlalu kecil. Pokoknya bentuknya bagus danukurannya pas. Dan tentu saja halus. Kebetulan kancing BH-nya didepan,jadi tanpa usaha lebih keras gua udah bisa nglepas tu BH. Bukitkembarnya tersaji jelas di depan gua. Sedikit kendor, tapi masih oke.Gua sambut salah satu putingnya yang berwarna coklat muda dengan bibirdan lidah. Sementara tangan kanan gua melintir puting nya yang satulagi. Seperti cari gelombang radio. Betul juga … nggak lama terdengandesis seperti gelombang FM stereo. Tangan gua yang satu lagi nyusuplagi kedalam roknya dan meremas remas pantatnya yang juga sudah agakturun. Maklum lah sudah hampir 30 an.Tangannya Ibu Susan (Oh ya gua tetep panggil dia Ibu karena diacustomer gue, padahal umur sih paling beda 1 – 2 tahun tuaan dia) yangsatu lagi sudah pindah aktivitasnya ke selangkangan gua. Barang guayang sudah on tampak jelas menonjol dari balik pantalon gua. Itu yangmenjadi sasaran aktvitasnya. Bahkan zipper pantalon gua udah diaturunin, jadi tampak jelas ujung moncong meriam gue dari balik kancutgue.Karena dielus terus moncong meriem gua tambah panjang terus sampaiukuran maksimalnya.kira 2 centimeter dibawah puser. Tangannya pun udahmasuk kedalam CD gua dan mulai mengocok-ngocoknya. Akhirnya ujungmoncong meriam keluar dengan sendirinya dari CD gua. Gua juga nggak maukalah set, tangan gua yang dipantat gua pindahin aktivitasnya kesela-sela paha dia. Dari CD nya udah terasa kalau vaginanya udah basah.Gua tarik sedikit CD nya kebawah, dan dengan sedikit digeser kesamping,gua udah bisa pegang belahannya. Lalu gua usap-usap dengan jari tengah.Sementara desis FM stereonya makin keras terdengar …. sssst ………uuhhhhhh ……. uhhhhhhh ……. sSssssssssstttttt.Dengan dibantu jari telunjuk, gua pegang kacang/itilnya -yang kebetulanagak panjang- dan gua pelintir-pelintir. Dianya makin keras gerakanbadannya dan kepalanya sering ditarik kebelakang. Dan badannyabergetar. Suaranya makin seru ….. untung di apartemen. Coba kalau kalautinggal dikampung ….. pasti banyak yang nyamperin dikira ada berantem.“Dan ….. lepasin celana ik, ….. ik udah nggak tahan. Dengan patuh guapenuhi permintaannya. Sementara tangannya sibut melepas sabuk gua danmemelorotkan pantalon dan CD gua sekaligus hingga lutut. Dia agakterkejut melihat moncong meriam gua. “Jij punya ukuran boleh juga……dari pertama jij kesini udah ik perhatikan, makanya ik pingin” katanyasetengah sadar setengah terdengarSementera CD nya sudah tergeletak dilantai. Gua masih duduk di kursitanpa sandaran tangan. Gua angkat roknya dan gua ciumin pahanya. Bahkangua sempat kasih tanda merah /cupang di kedua pangkal pahanya. Diasudah nggak sabar lagi, tanpa beri gua kesempatan untuk nglepasincelana secara sempurna, dia udah pegang ujung meriem gua dandibimbingnya, lubangnya nan basah dan hangat. Serta berbulu sedikitpada tasnya saja. Persis kaya memek anak-anak.Pelahan tapi pasti Ibu Susan menurunkan pantatnya, blesssssssssss……………Matanya terbelalak merasakan batang gua nyusup dengan hangat kelubangnya. Rupanya basahnya sudah sempurna hingga tanpa kesulitan sudah¾ batang gua masuk ke tubuhnya. Tapi berhenti sampai disitu saja, nggakdi terusin lagi.“Dan ….. batang jij panjang betul” katanya sambil mulai menaik turunkanpantatnya. Sementara gua tenangin pikiran, ambil napas, dan kosentrasiketempat lain. Biar customer gua puas duluan. Gua coba perhatiin TVyang lagi nyiarin sinetron. Jadi konsentrasi gua nggak ke kontol yanglagi dikerjain abis-abisan sama Ibu Susan. Naik turun …. digoyangkekiri dan kekanan……. diputar. Entah diapain lagi. Eh …. Bener nggaklama badannya terasa bergetar lalu melenguh kaya sapi .. uhhhh …. yanglebih keras dari sebelumnya dan tiba memeluk gua kenceng bener danjarinya meremas punggung gua. Untung gua masih pakai baju. Kalau nggakbisa nancep tuh kuku ke punggung. Peluhnya menetes ke baju kerjanyayang belum sempat dilepas, terlihat makin cantik dengan peluh di rambutkeningnya.Sementara telor gua juga terasa basah kena cairan dari vaginanya.“Uggghh … gila, enak sekali” katanya. “Ibu terusin aja” gua nimpali.“Ah … panggil San aja, entar ik lemes banget” jawabnya. Batang gua jugaudah terasa senut-senut, mau explode muatan. Tapi gua tahan dulu. Guaangkat kedua kakinya pada belakang lututnya dengan kedua tangan,sehingga seperti digendong. Tapi batang gua masih nacep di lubangvaginanya.Lalu gua jalan ke tembok dan gua pepetin dia ketembok dengan tetap guagendong. Buat gua tidak ada masalah ngangkat dia. Nggak percuma guahobby olah raga. Lalu gua mulai kerja nggoyangin pinggang maju mundur …goyang kiri …. goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam,sebentar-sebentar terbuka lebar. Sisa air yang dia keluarkan tadimenimbulkan irama yang teratur ….. cik … cik …. cik ….. seirama dengangoyangan pantat gua. Nggak lama dia keluarkan lagi muatan dari dalamvaginanya. Suara erangannya lebih seru dari yang pertama. Leher guadipeluknya kenceng didekep ke dadanya, disela sela bukit.“Dan …. jij sudah nyampe belum ?” tanyanya setelah berhasil mengaturnafasnya. “Hampir bu”. “Turunin ik dulu” tanpa mengiyakan dia gueturunin lalu melangkah ke meja tamu mengambil tisue. Dia masukintangannya ke rok dan dia lap memeknya yang basah kuyup. Sementarabatang saya senut-senutnya makin keras pertanda muatan minta dibongkar.Dengan tidak sabar gua ikuti Ibu Susan ke ruang tamu, dan dari belakangua peluk dia. Lalu gua minta dia menunduk dengan kaki mengangkang.Lalu gua naikin rok kerjanya hingga pantatnya yang putih kemerahan (lopercaya nggak kalau pantatnya berjerawat, padahal lainnya mulus) danmemeknya yang putih kemerahan dengan bulu yang tipis tampak menantanguntuk dijamah. Dengan bepegangan pada sandaran tangan kursi tamu.Dia menikmati lagi sentuhan gua. Kali ini yang bekerja lidah gua. Guajilat sedikit kacangnya dan di "suck” agar basah lagi. Nggak samapaidua menit udah tampak ada cairan bening lagi di memeknya. Maklumlampu-nya nggak dimatiin dan terang lagi. Jadi detilnya kelihatanjelas. Gua udahin “sucking & licking”, karena muatan gua udah merontaminta dikeluarin. Lalu gua masukin lagi dari belakang kontol gua kememeknya. Dia mendesis lagi demikian juga gua. Hangat dan lembab. Lalugua mula goyang kiri kanan, kadang-kadang gua putar. Sementara guamakin berat nahan muatan gua, gua tanya .“Bu boleh keluari di dalam …. “. “Boleh, emang sudah hampir…. “."#147;Ya”. “Kita sama-sama yal. Gua goyang terus sampai gua terasa enakbener karena muatan gua udah sampai deket pintu. Lalu gua peleuk diadari belakang sambil gua remes dadanya. Dan ….. cret ……. cret ……… cret……. cret, air mani gua muncrat didalam lubang vaginanya. Dan Ibu Susanpun merintih …………dan lalu mencengkeram tangan tangan kursi dengan eratserta badannya bergetar dan menegang.. Rupanya dia klimaks juga.nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-64811043278871892062009-01-31T20:39:00.000-08:002009-01-31T20:40:11.396-08:00lidahnasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-36941627923775296242009-01-31T20:34:00.000-08:002009-01-31T20:38:08.516-08:00indahnya belajar di luar negeriIndahnya Belajar di Luar Negeri<br /><br />Pesta Seks - - Posted on November, 1 at 9:47 pm<br /><br />Saat ini, umurku 21 tahun dan aku kuliah di luar negeri, tepatnya di Sydney, aku ambil gelar sarjana di sana. Aku sudah lebih dari 5 tahun di sana sampai saatnya terjadinya cerita ini. Namaku Thomas (nama samaran) dan aku punya teman perempuan yang namanya Rachel (bukan nama asli), dia adalah perempuan yang sering belajar bersama-sama denganku setiap kali aku ada masalah sama pelajaran di kuliah. Suatu malam dia datang ke rumahku, Rachel ini bukan orang Indonesia, dia ini campuran Hongkong dan Jepang, makanya lumayan cakap dan seksi. Tapi aku nggak ada pikiran macam-macam karena aku sadar ujian tengah semester tinggal seminggu lagi. Makanya aku cuekin aja dia, walaupun saat itu sedang belajar, dia lagi pakai baju tembus pandang, sehingga aku bisa lihat dadanya yang lumayan menggiurkan. Saat aku belajar itulah, muncul teman Rachel, namanya Michelle (bukan nama asli juga), dia ini satu kota denganku, aku ini dari Bandung, dia juga satu sekolah samaku cuma aku dulu nggak pernah kenal.<br /><br />Ok, aku teruskan yach. Saat dia datang itulah insiden ini terjadi, dia membawa Video CD Hongkong yang berbau seks dan mengganggu konsentrasiku belajar, karena aku belum pernah tahu yang namanya seks, makanya aku nonton saja karena nggak ada ruginya. Tetapi, setelah 15 menit menonton, tiba-tiba aku merasakan tangan si Rachel sudah mulai masuk ke celanaku, maklumlah saat itu aku pakai celana pendek ke rumah dia, aku merasakan sesuatu yang aku belum pernah kurasakan sebelumnya. Saat itulah, penisku berdiri dan aku sudah nggak bisa tahan nafsu lagi, makanya saat itu juga kuajak dia masuk ke dalam ruang kamarnya karena saat itu aku belajar di rumahnya dan langsung kukunci dan aku cueki Michelle yang sedang asyik nonton di depan. Di dalam kamar, aku ciuman sama dia lama sekali dan sambil ciuman itu, aku buka semua bajunya termasuk CD-nya dan ternyata aku kaget sekali karena saat aku pegang vaginanya, ternyata sudah basah sekali. Dengan posisiku di bawah dan dia di atas, aku mulai memasukkan penisku ke vaginanya yang merah dan “Bless..”, penisku masuk semua. oohh.. pertama kalinya aku menikmati saat-saat indah itu, ternyata Rachel sudah pengalaman, setelah aku tanya, ternyata dia pernah melakukan hubungan dengan bekas pacarnya di Hongkong. Rachel menaikkan tubuhnya dan menciumi payudaranya yang lumayan besar (sekitar 32-an gitu) dan mulai menjambak rambutku yang pendek. Saat itu aku baru menikmati vagina seorang wanita, setelah 5 menit kemudian, aku mulai ganti posisi, aku mulai menjilati vaginanya dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba dia berteriak saat kuhisap vaginanya keras-keras.<br /><br />“Thomass.. I lovve itt, babbyy”, dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena vaginanya sedang kujilat dan saat itulah saat pertama aku rasakan cairan wanita yang asam-asam pahit tapi nikmat. Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum selesai dan aku bilang dalam bahasa Mandarin ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan penisku ke pantatnya yang besar dan menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku dan aku mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang ternyata sudah basah lagi. Itulah saat-saat kenapa aku sampai sekarang jadi senang sama perempuan Hongkong karena mereka selalu nggak pernah bisa puas sama seperti aku. Saat aku berada di atas Rachel, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan tentunya penisku sudah masuk ke dalam vaginanya yang sangat nikmat itu. “Ooohh nikmat sekali rasanya”, dia juga menjerit “Ssshh”, seperti ular yang sedang mendekati mangsanya.<br /><br />10 menit kemudian, dia memelukku kuat-kuat dan aku bingung tapi aku juga mengalami perasaan yang aneh karena sepertinya ada yang mau keluar dari kemaluanku, “Thomass.. aku mauu keluaarr” (aku terjemahkan kata-katanya ke dalam bahasa Indonesia karena saat itu dia bicara bahasa Mandarin ke aku) dan aku juga menjawabnya dengan bahasa yang sama “Rachell.. kayaknya guee jugaa maauu..” nggak sampai 2 atau 3 menit, badanku dan Rachel sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari penisku ke dalam vaginanya dan aku juga merasa ada yang membasahi penisku dengan amat sangat. Setelah itu, Rachel terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya yang sedikit mirip dengan artis Hongkong Charlie Yeung. Aku mulai membelai-belai rambut panjangnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas. Karena aku nggak mau mengganggu dia, aku keluar dari kamarnya dan kulihat di ruang TV, Michelle sedang mengusap-usap clitorisnya sambil menonton Video CD tadi dan aku hampiri dia dan dia jadi kaget, “Ngapain loe..” dia berbicara kepadaku. “Si Rachel loe apain tuch.. teriakannya sampai kemari.” Terus aku berkata ke dia, “Michelle.. kemari dech aku mau bilang sesuatu ke dia!” dia mengikutiku ke sudut ruangan dan dia bersandar di dekat tembok karena dia mau tahu aku mau ngapain.<br /><br />“Ada apa si Thom?” tanpa banyak omong, aku mulai mendekati vaginanya yang saat itu memang dia nggak pakai CD, cuma celana pendek saja dan aku bilang ke dia, “Loe nggak pakai CD?” Terus dia bilang, “Lagi kucuci semua makanya aku nggak pakai.” Ada-ada saja pikirku tapi ini merupakan suatu kesempatan. Setelah dia berbicara, aku mengelus sekitar vaginanya dengan penuh kelembutan, terang saja dia mendesah hebat “Thomm.. oohh.. kamu benar-benar hebatt.. asal loe tahu aja sebenarnya aku suka sama loe sejak dulu.. cuma loe lengket sama Rachel aja, makanya aku nggak berani dekat dekat.. oohh.” Saat inilah kumulai membuka celanaku dan dia mulai memegang penisku dan mengkocok-kocok dengan hebatnya dan membuat penisku bangun lagi dari tidurnya dan tanpa pikir panjang, di tempat itu juga, aku tabrak vaginanya dengan penisku yang sudah tegang dan kugoyang-goyang vaginanya dengan perlahan-lahan. Dia memang menjerit pertamanya karena menahan rasa sakit dan saat kulihat ke bawah, lantai penuh dengan darah perawannya dan dia langsung ngomong sama aku, “Sebagai rasa cintaku sama kamu, aku persembahkan keperawananku buat kamu.. kamu bisa lihat ke lantai sebagai bukti.” Aku nggak berbicara apa-apa cuma bilang “I love you” saja sebelum kucium mulutnya. Setelah beberapa lama, rupanya dia nggak merasa sakit lagi dan berubah menjadi rasa nikmat “Ahh.. oohh..” kami berteriak bersahut-sahutan karena sedang sama-sama merasakan kenikmatan ini.<br /><br />5 menit kemudian aku mulai menghisap vaginanya dan clitorisnya sampai dia benar-benar mau klimaks dan setelah dia bilang dia mau klimaks, aku merubah posisi dan kusuruh dia tiduran di lantai dan setelah dia tidur di lantai, kumasukan penisku ke dalam vaginanya dan bless.. dia sekarang nggak merasa sakit rupanya. Setelah beberapa lama, aku sepertinya mau keluar dan karena aku nggak bisa tahan kenikmatan ini makanya aku langsung saja, croott.. crott.. sampai beberapa kali dan setelah aku selesai Michelle gantian memelukku dengan eratnya dan dia berteriak “Mass.. guee keelurr oohh”, dia bergetar hebat dan setelah itu dia mencium bibirku dan melumat habis bibirku dan setelah dia kecapaian dia juga ketiduran. Itulah ceritku pengalaman pertama di Sydney yang membawa malapetaka. Karena setelah peristiwa itu, Rachel dan Michelle hamil karenaku. Orang tuaku sedih sekali sampai nggak mau mengakui aku sebagai anaknya tapi aku juga nggak punya pilihan lain, karena aku juga didesak oleh Michelle dan Rachel untuk bertanggung jawab. Walaupun aku malu dan terpaksa putus sekolah, aku akhirnya menikah dengan Rachel dan Michelle di sebuah gereja di Sydney dan kami bertiga pindah ke kota kecil di dekat Sydney dan aku nggak bisa kasih tahu nama kota itu. Sekarang aku sudah punya 1 anak perempuan dari Rachel yang cantik dan juga anak perempuan dari Michelle yang lumayan cantik juga. Itulah cerita tragediku yang lumayan hitam. Bye.. maafkan aku semuanya.<br /><br />Tamnasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-36763473123356766782009-01-31T20:28:00.000-08:002009-01-31T20:29:55.913-08:00haiHai.. untuk seluruh pembaca, penggemar 17tahun.tk perkenalkan aku baru perdana mengirim cerita sex ini. Ini adalah cerita pengalaman aku langsung. Begini ceritanya.Aku seorang suami umur 39 tahun dan istriku berumur 40 tahun. Kami mempunyai anak 2 orang, 1 perempuan dan satu laki-laki. Walaupun kami sudah berumur tapi kehidupan sex kami sangat memuaskan.Kami selalu berhubungan sex. Istrku memang berumur 40 tahun tapi bodynya tanggung sexy dan terawat masih kelihatan seperti umur 30 tahun.Aku berpikir untuk memberikan sesuatu yang lain kepada istriku, yaitu akuingin kami bercinta dengan satu orang lain, bertiga. Dan ini aku sampaikan kepada istriku sebut saja namanya Rina. Namaku sendiri Ricky. Pertama-tama Rina tidak setuju, tetapi setelah ku bujuk-bujuk kukatakan. "Mah, ini kita lakukan untuk happy kita saja sayang". "Yah, pah tapikan saya malu bercinta dengan orang yang belum pernah saya kenal"."OK, sayang lupakan semua, yang penting saat itu kita mencapai kepuasan.Bagaimana sayang?", setelah kubujuk akhirnya Rina setuju."Terserah papah ajalah."Aku lalu mencium istrku, dan malam itu kami bercinta dan kami melakukannya sampai pagi.Waktu berjalan terus, sementara aku terus mencari orang yang cocok untuk kami aja bergabung. Suatu hari aku berkenalan dengan seorang guru instruktur senam di kota kami. Namanya Herman. Orangnya ganteng umurnya masih 26 tahun badanya pun sangat atletis. Beberapa kali pertemuan aku menyampaikan apa rencana kami kepada Herman, dan kulihat dia tidak terkejut. "Biasa Mas, aku pernah melakukan ini dengan pasangan lain," cerita herman. Oh aku sangat senag sekali, ternyata Herman sangat berpengalaman. Maka kami ataur rencana, Ini akan kami lakukan disalah satu hotel terkenal dikota kami. Hari Sabtu siang Rina dan aku ngobrol berdua diruang tamu. "Mah, aku kok rasanya kepengen kita tidur dihotel berdua saja malam ini", Rina menyambut dengan hangat."Boleh juga tuh Mas, hitung-hitung bulan madu," katanya. Kami sepakat memilih Hotel "S" untuk menginap nanti malam.Sesampai dihotel setelah menyelesaikan administrasi hotel, lalu kami masuk kamar hotel. Rina langsung rebahan diatas tempat tidur yang cukup besar.Sedangkan aku masuk kedalam kamar mandi untuk menelpon Herman, dan kami beri tahu nomor kamar dan jam berapa dia harus datang. Didalam kamar aku dan Rina ngobrol dan sekali sekali kami berciuman, Aku meremas payudara Rina dari balik bajunya sambil terus menciumi leher jenjangnya. Rina mendesah, "aaahh... mas....." sambil berciuman tanganku masuk kebalik baju yang dipakainya. "Mas?...... aku mau Mas...!" Rok yaand dipakai Rina sudah naik sampai memperlihatkan paha Rina yan mulus dan putih, Dan tanganku mengelus-elus<br />lembut memek Rina dari balik celana dalamnya dan aku merasakan cairan kemaluan istriku sudah mulai keluar... yah... oh.... terus Mas..... yahhh...atatasnya sayang..." Tiba2 pintu diketuk dari luar. Kami buru2 merapihkan pakain kami, biasa Rina sambil ngomel,"siapa sih, ngegangu aja?" Aku membuka pintu, Herman sudah didepan pintu dengan kaos ktetnya memperlihatkan tubuhnya yang atletis. "Siappa pah?" tanya istrku dari dalam. "Ini kenalkan teman papah, tadi telpon kebetulan dia ada di hotel ini, jadi papah suruh mampir saja.""Ini Rina istriku," "Aku Herman mbak," sambil menyalami istriku. Istriku banyak diam, mungkin kesel karena nanggung tadi. Sambil memeluk Rina aku berkata kepada Rina."Mah, Herman ini yang akan bergabung dengan kita untuk bercinta. Rina sedikit kaget, tapi setelah kutenangkan dia dapat menerimanya. Sambil ngobrol sekali-kali aku mencium Rina, pertama-tama Rina sanagt risih, tapi lama lama aku dapat merasakan Rina mulai terbiasa, malah membalas ciuman..aku. Herman tersenyum melihat kami berciuman. Aku melihat istriku melirik Herman pada saat kami berciuman. Hernan masih duduk disofa sementara…kami duduk dipinggir tempat tidur berpelukan menghadap kesofa dimana Herman duduk. Samil berciuman aku meraba-raba paha mulus istriku. Dan Rina melebarkan kakinya sehingga Herman dapat dengan jelas melihat paha bagian dalam Istriku dan celana dalam Rina. Herman berdiri menghampiri kami dan jongkok didepan kami. Sementara aku dan Rina terus berciuman dan pelan aku membuka satu persatu kancing kemeja Rina, dan terbukalah dadanya dengan BRa warna hitamnya. Tiba-tiba Rina tersentak, Rupanya Herman menciumi paha istriku, Rina menegang jilatan Herman terus merambat keatas menyentuh celana dalam istriku. Sementara aku sudah melepas beha Rina dan menciumi sambil menjilati puting teteknya. "ooooohhh..... yahhhhhh... enak enak Her......jilati memek mbak Her...???" MUlut istriku terus merengek-rengek meminta Herman untuk menjilat<br />memeknya. Aku merebahkan Rina ditempat tidur sementara kakinya masih menjuntai kebawah dan Herman terus menjilat dan menciumi selangkangan istriku. Rina melebarkan kakinya dan meminta Herman untuk membuka celana dalamnya."Iyah.... terus Her.... buka celana dalam Mbak.... jilati memek mbak oooohh...Mbak mau kontol mu......."Herman lalu membuka celana dalam Rina..... dan kelihatanlah memek istriku dengan bulu yang rapih terawat dan berkilat, menandakan Rina sudah sangat terangsang.Istriku sekarang sudah telanjang didepan dua laki-laki yang siap untuk memberikan kepuasan kepadanya. Rina tergolek pasrah sementara kakinya tetap menapak di lantai sehingga memeknya menjadi lebih kelihat menonjol keatas. Herman berdiri lalu membuka kaosnya, kelihatan dadanya yang bidang ditumbuhi bulu, Istriku memeandang nanar, Herman juga membuka celana panjangnya. Otomatis Herman hanya memakai celana dalam saja, dan kontolnya yang belum tegang menonjol dan kelihatan jelas dimata istriku. Dan Rina terus melihat kebawah. Sambil berkata "Her...?Mbak mau kontol kamu! Puaskan Mbak Her........" Rina Bangkit dari tempat tidur lalu jongkok didepan Herman. Istriku menciumi kontol Herman dengan bernapsu..... lalu Rina menurunkan celana dalam Herman, maka kelihatanlah kontol Herman begitu dekatnya denga muka Istriku. Rina menjilati kontol Herman mulai dari pangkal sampai ujungnya. Terus berulang-ulang. "ohhhhh.... enak Mbak .... enak sekali lidah kamu Mbak.." erang Herman.<br />Istriku memasukan kontol Herman kedalam mulutnya berulang kali. "Ahhhhh enak..... sekali Mbak" sambil tangan Rina mengocok-ngocok kontol Herman. Lalu Herman menngajak Rina berdiri. Lalu mereka berciuman sambil berdiri shhhhh...suara ciuman mereka sampai kekupingku aku terpancing, lalu menghampiri mereka. sambil jongkok dibelakang Rina, aku menciumi pantat rina sambil tanggan ku meraba-raba memek sitriku yang sudah basah....merekaterus berpelukan sambil berciumana sementara aku menciumu pantat istriku..........Tiba-tiba rina istriku menungging mengapai kembali kontol Herman dan dimasukannya kedalam mulut "acchhhhhh, Herman mengerang.... sementara aku menjilati memek Rina dari belaakng, sekali jari-jariku keluar masukan kedalam memek RIna. "yahhhhh... terus Mas... masukkan jarinya Mas... Rin... ga tahan...... terus...yang dalam......... Entot saya.... her..... Mbak Mau kontolmu... masukkan kontol kamu kedalam memek MBak..... aaaccchhh... ssssssssshhhh.." Kami berganti posisi. Aku rebahan di kasur sementara istriku menungging sambil menjilati kontol ku..... dari belakang Herman sudah siap-siap memasukan kontolnya yang sudah tegang kedalam memek istriku. Heramn mengosok-gosokan kontolnya kebelahan memek istriku "yahhh.... masukan Her... Mbak sudah ga kuat....... entot Mbak Her... Puaskan Mbak....." pelan kepala kontol Herman mulai masuk kedalam memek Rina ...., "sssshhhh..." Rina menegang ketika kontol Herman yang sudah tegang pelan-pelan masuk kedalam memeknya istriku. Herman berhenti sebentar, lalu pelan kembali menekan kontolnya masuk kedalam memek Rina kembali .Tubuh istriku bergetar.... ssshhhhh..... ohhhhhh... enak sekali her.....masukan terus yang dalam oooohhhhh hangat.... kontolmu hangat sekali Her........"<br />"yahhh...Mbak ?...memekmupun berdenyut Mbakk....." herman pelan menarik keluar kontolnya dan memasukannya kembali."Accchhhhh..... terus Her... yang kuat terus..... entot Mbak...... siram rahim Mbak dengan mani kamu....." Herman semakin memaju kontolnya dan semakain cepat...... mbakkk.... mau keluar Her......... oh... mBak ga tahan..Mbak ga tahan......." istriku menggelepar-gelepar."Oohhhh... acccchhhh..... saya keluar.... saya keluar....ahhhhhhhhhhhhhh........." istriku menegang, sementara Herman terus memaju kontolnya keluar masuk memek istriku. Istriku RIna tengkurap ditempaat tidur nafasnya memburu, sementara Herman tetap diatas tubuh Rina dan membiarkan kontolnya tetp tertancap didalam memek istriku sambil merasakan denyutan memek Rina meremas remas kontolnya. Lalu pelan pelan Herman mencabut kontolnya dan kembali memasukannya. Rina tersentak, "ohhh.... enak sekali kontolmu Her... ohhhh... terus... Her.... Mbak mau Lagi...... Mbak mau kontol mu lagi........... Mbak mau di entot berdiri....Ayo..... Mas entot saya.... puaskan saya......... Rina mau kontol kalian berdua...."Rina berdiri di peluk Herman dari belakang sementara aku jongkok menjilati memek Istriku yang sudah sanagt basah, sambil menjilati memek nya jariku masukan kedalam."Yaahhhh enak Mas... terus jilati memek Rin......" Herman dan Rina berciuman.... sementara aku terus menjilati memek Rina. Kontolku semakin menegang aku sudah ga tahan, lalu aku melebarkan kaki Rina sambil berdiri aku memasukkan kontolku kedalam memeknya. Berdiri adalah posisi favorit istriku. Aku memutar-mutar pantataku sehingga jembutku bergesekan dengan itil bagi atas istriku. "Oohhhh yyahhhhh.... kena mas... gesek-gesek terus... oohhhhh enak mas.... kontolnya..... ayoh Mas kita keluarkan sama-sama....... rina hampir....achhhhh..." Rina terus mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berciuman dengan Herman sementara aku terus memacu kontolku semakin cepat. Herman terus meremas-remas tetek Istriku. "Aachhhhhh.... oohhh.. aku keluar mas....... mbak keluar lagi Her...... ohh enakks..." Seeerrrr. Aku ikut menegang dan Crottttt......... kami berdua keluar bersama-sama. "Ohhhhhh...." istriku terkulai dipelukan Herman. "Achhhh.. ohhh.." aku mencabut kontolku dari memek Rina, sementara Rina masih terkulai dipelukan Herman. Kedua tangan Rina merangkul lehar Herman. Kontol Herman masih sangat tegang karena memang dia belum keluar,"Sambil berbisik... Mbak aku mau entot mbak... aku belum keluar... ahhh. Apa masih kuat mbak...?" tetap merangkul Herman lalu istriku mencium bibir Herman, sambil bergayut dia melingkarkan kakinya kepinggang Herman. "Blessssss...." masuklah kembali kontol Herman kedalam memek Istriku, sambil berdiri mereka berpacu mencapai puncak kenikmatan."Yahhhhh.... enak kontolmu Her..... terus masukan yang dalam... kontolmu hangat...... puaskan mbak" mereka berpacu semakin cepat. "Her mbak gak kuat mau keluar lagi..... achhhhhh......""Iyah mbak aku juga mau oooohohhhh... achhhhhh... terus... mbak keluar....ohhhhhhh crooottttachhhhhhh".Kedua tubuh itu menegang dan berpelukan sangat eratnya.Kami sangat puas sekali.Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawarandari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPAbagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan.Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bungakampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagiadiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kotadimana saya kuliah.Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerjasebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen,berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa sayapanggil Tante Stella, adalah ibu rumah tangga yang sangatmemperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Stella adalah mantanratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayaikarena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarikdiusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amatmanja pada orangtuanya, karena Tante Stella selalu membiasakanmemenuhi segala permintaannya.Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kalibuat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuantersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanyasedikit malas belajar. Tetapi Tante Stella malah menyarankan untukmemberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.Setiap saya selesai mengajar, Tante Stella selalu menunggu saya untukmembicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkapmenyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewatisatu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Stellasemakin akrab.Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datangseperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatotsepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karenasudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimalselama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, TanteStella datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedangmenghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hariitu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Stella tetap minta sayamenunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.Ketika Tante Stella memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkahkagetnya saya, ternyata Tante Stella telah memakai baju yang sangatseksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulaiberumur, Tante Stella masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukansenam "BL" seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut sayamempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambahukuran payudaranya kira-kira 36B.Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanyaberkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaansejalan dengan cairnya situasi, Tante Stella mulai bercerita tentangkesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingungmengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayalentah kamana."Rud, kamu lugu sekali yah..?" tanya Tante Stella."Agh... Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?"jawab saya."Yah... lebih dewasa Dong..!" tegasnya.Lalu, tiba-tiba tangan Tante Stella sudah memegang tangan sayaduluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati."Rud... mau kan tolongin Tante..?" tanya si Tante dengan manja."Loh... tolongin apalagi nih Tante..?" jawab saya."Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!" jawab si Tante.Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulutTante Stella yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidakmembayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid sayasendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginanuntuk "bercinta" dengan Tante Stella ini, karena selama ini sayamenganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab."Wah... saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?" tanya sayasambil bercanda."Yah... kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?" jawabnya.Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikandiri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya.Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulaimeremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Stella jugatidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengankeras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskannafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu,Tante Stella menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamartidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama diamelepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya siTante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapanafsunya dia ingin melepaskan celana Levi's saya. Dan akhirnya diadapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya."Wah... Rud, gede juga nih punya kamu..." kata si Tante sambilbercanda."Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!" jawab saya.Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Stella yang sudah jongkok didepan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengancepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya.Aghhh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini sayamerasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluansaya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membukabajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelahmelihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tibalibido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumipayudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Stella terlihatsenangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailahsaya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras."Oghh... saya merindukan suasana seperti ini Rud..!" desahnya."Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?" katasaya.Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tantejatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yangberwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liangkemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalusaya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan."Ogh... Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante..." dengan suarayang mendesah.Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuhTante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjirikemaluannya, wah... ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih,karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunyasudah tidak menjadi masalah.Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertamakalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. MulutTante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupunmulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puasmelakukan oral seks, akhirnya Tante Stella sekarang meminta sayauntuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya."Rud... ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahannih..!" pinta si Tante."Wah... saya takut kalo Tante hamil gimana..?" tanya saya."Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!" sambil berusaha meyakinkan saya.Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya sayanekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh,nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan."Ahhh... dorong terus Dong Rud..!" pinta si Tante dengan suara yangsudah mendesah sekali.Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulaimendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyikmeremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Stellamengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atassaya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Danternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar sayamerasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambilmerasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetapsibuk meremas payudaranya lagi."Oh... oh... nikmat sekali Rudy..!" teriak si Tante."Tante... saya kayaknya sudah mau keluar nih..!" kata saya."Sabar yah Rud... tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluarlagi nih..!" jawab si Tante.Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani sayadi dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante."Arghhh..!" teriak Tante Stella.Tante Stella kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memelukbadannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-ototkemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejambersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali danmenuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Stella dalam keadaantelanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entahkenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnyadari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Stelladari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnyayang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya denganpenuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluksaya dengan erat."Ih... kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?" kataya sambiltertawa kecil."Agh... Tante bisa aja deh..!" jawab saya sambil menciumi bibirnyakembali.Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagibersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dariTante Stella, kali ini saya langsung membuka celana dan baju sayakembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruangkeluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanyamelakukannya dengan gaya dogie style."Um... dorong lebih keras lagi dong Rud..!" desahnya.Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangatseksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante,sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapatsaya jangkau."Rud... mandi yuk..!" pintanya."Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin sayayah..?" jawab saya.Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamarmandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik TanteStella untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tantemulai terangsang kembali."Hm... nikmat sekali jilatanmu Rud... agghhh..!" desahnya."Rud... kamu sering-sering ke sini Rud..!" katanya dengan nafasmemburu.Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Stella agar duduk diatas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk kedalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyakterasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepatmembuat saya akhirnya "KO" kembali. Saya mengeluarkan air mani kedalam lubang kemaluannya. Tante Stella kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampaibersih. Setelah itu kami mandi bersama.siang itu tidak ada sesuatu yang harus kukerjakan hingga aku duduk seorang diri di kantor klinik hewan. Karena ruangannya yang sepi, kuangkat kedua kakiku dan kuletakkan di atas meja. Sebagian pembaca tentu masih ingat, aku selalu mengenakan rok mini yang lebar di bagian bawahannya hingga tentu saja posisiku duduk sekarang membuat pantat dan paha bagian belakangku terbuka lebar.Kusilangkan kakiku di atas meja, pantatku kuletakkan di ujung kursi putar sambil bersandar. Aku membaca buku-buku tentang satwa dari luar negeri. Suhu udara di akhir-akhir ini sangat panas, sudah waktunya hujan namun sampai dengan saat ini kota belum juga terguyur hujan sama sekali.Posisi dudukku saat itu terus terang sangat menyejukkan daerah sekitar selangkanganku karena hembusan hawa dingin dari AC bisa langsung menerpa daerah sekitar pangkal pahaku. Karena lelah membaca, kusandarkan kepalaku ke kursi sambil kupejamkan mata untuk tidur-tiduran, sementara HT tetap kunyalakan dan kuletakkan di atas meja dekatku agar sewaktu-waktu ada panggilan darurat aku bisa langsung memonitornya.<br />Kulepas satu lagi kancing bagian atas hem longgar yang kukenakan, harapanku hembusan hawa dingin AC di ruangan klinik ini dapat menyusup masuk dadaku agar tidak kegerahan. Rupa-rupanya semilir hembusan hawa dingin AC yang menyejukkan ruang klinik ini telah benar-benar membuatku tertidur cukup pulas sehingga aku tidak mengetahui saat ada orang masuk ke klinik Bernard salah seorang kolegaku rupanya siang itu juga mendapat giliran piket. Untuk mengusir rasa jenuhnya, rupa-rupanya Bernard berjalan-jalan mengelilingi KBS hingga sampai di klinik dan kemudian mampir sejenak. Dapat pembaca bayangkan apa yang Bernard lihat saat memasuki ruangan klinik? Mata Bernard langsung tertuju pada bagian belakang pahaku yang terbuka lebar hingga bagian pantatku. Langsung saja Bernard menelan ludahnya saat ia melihat pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu halus itu terpampang jelas di hadapannya.Bernard yang sebenarnya sudah sejak lama berusaha mencoba merayuku, siang ini tanpa disangka dia bagaikan mendapat rejeki nomplok saja. Bernard sebenarnya sudah beristrikan seorang dokter umum dan juga sudah memiliki anak. Usia Bernard sekitar 36 tahun, orangnya tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dan wajahnya cukup lumayan. Orangnya cukup konyol dan suka bercanda. Begitu melihat pemandangan seperti itu, dengan serta merta Bernard langsung maju dan berjongkok tepat di depan belahan pangkal pahaku. Mulutnya meniup-niup selangkanganku. Pada awalnya aku memang tidak merasakannya karena aku sedang benar-benar tertidur pulas, namun lama kelamaan aku dapat juga merasakan adanya hembusan angin yang datangnya bukan dari hembusan AC.Kubuka mataku dan sungguh sangat terkejut karena kulihat ada orang yang sedang berjongkok menghadap selangkanganku sedang meniup pangkal pahaku. Secara spontan kuturunkan kedua belah kakiku dari atas meja. Karena kejadiannya begitu cepat, kepala Bernard tertindih oleh pahaku. Akibatnya posisi kepala Bernard akhirnya terkangkangi oleh pahaku dan wajah Bernard jatuh tepat di pangkal selangkanganku. Gila! Bernard bukannya segera berdiri dan menyingkir, tapi dengan serta merta wajahnya malah diusapkan ke pangkal selangkanganku yang terkangkang tadi. Usapannya membuatku geli. Lalu hidung Bernard menyingkap ujung G String-ku yang sexy.Aku saat itu memakai CD model G String yang mini, bahannya hanya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku, selebihnya adalah seutas nylon lainnya menyambung dari pinggang bagian belakang, turun ke bawah mengikuti bagian belahan pantatku, melilit ke depan tepat di bagian liang vaginaku tersambung dengan secarik kain sutera tipis yang berbentuk segi tiga.Di bagian sutera tipis benbentuk segi tiga ini, ujung hidung Bernard menyangkut di lipatan penutup liang vaginaku. Akibat gesekan wajahnya di selangkanganku maka tersingkap pula bibir vaginaku hingga Bernard dapat menyaksikannya dengan jelas sekali, karena bola matanya hanya beberapa centi saja di hadapan bibir vaginaku yang dalamnya berwarna merah muda menggairahkan itu.Melihat pemandangan seperti itu membuat Bernard yang tadinya mungkin hanya iseng ingin menggodaku jadi semakin bernafsu saja. Mulutnya langsung menghunjam vaginaku, bibir Bernard serta merta dengan lahapnya menciumi bibir vaginaku.Kejadiannya sejak awal terasa begitu cepat. Tangan Bernard sudah langsung menarik ikatan G String-ku yang terletak di samping kiri kanan pinggangku. Kondisi bagian bawah rok miniku yang lebar ini membuat Bernard tidak menemui kesulitan sama sekali. Dalam hitungan detik saja bagian bawahku sudah tanpa dilapisi sehelai benang pun.Kepala Bernard tertutup oleh rok miniku, wajahnya tepat di selangkanganku dan bibirnya melumat bibir vaginaku dengan penuh nafsu. Lidahnya dijulurkan dan dikorek-korekkannya ke klitorisku. Apa yang ia lakukan membuatku yang tadinya pada saat awal-awal kejadian ingin memarahinya, tidak jadi. Aku malah jadi terangsang oleh permainan lidah Bernard yang menjilat habis bibir dan liang vaginaku.Lidah Bernard menjulur mengorek-ngorek liang vaginaku hingga terasa menyentuh bagian dalam dinding-dinding vaginaku yang segera menjadi basah oleh cairan bening yang mengalir dari dalam vaginaku. Aku tidak bisa menahan lagi gejolak nafsuku hingga tanganku menyusup ke balik hem yang kukenakan dan jari-jari tanganku meremas payudaraku sendiri. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari. Rasanya nikmat sekali hingga payudaraku terasa semakin keras karena aku sudah benar-benar diselimuti oleh nafsu.Bernard mengangkat kedua belah kakiku sambil membukanya lebar-lebar. Kedua pahaku dikangkangkannya untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi mulut dan lidahnya untuk menjilati seputaran vaginaku. Bernard sangat piawai memainkan ujung lidahnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama baginya membuatku orgasme. Semburan hangat langsung muncrat dari dalam rahimku, keluar membasahi liang dan dinding vaginaku dan serta merta Bernard langsung menjilat dan menelan habis cairan pelumasku yang mengalir keluar."Huu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", aku melenguh bagaikan anak sapi saja. Bernard tetap saja meneruskan jilatannya sampai vaginaku benar-benar bersih dan kering kembali.Aku akhirnya menarik napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang merembes keluar melalui liang vaginaku. Selesai melakukan jilatannya, Bernard langsung berdiri sambil membuka kancing celananya. Celana berikut CD-nya diperosotkan sampat batas lututnya hingga tampak batang kemaluannya langsung menjulang keluar bagaikan torpedo yang siap diluncurkan menuju sasaran.Bernard mengangkat kedua kakiku sehingga badanku terlipat. Lututku didorong hingga berada dekat dengan wajahku, batang kemaluannya langsung diarahkan ke belahan bibir vaginaku dan tanpa harus mendapat bimbingan lagi, batang kemaluannya telah berada tepat menempel di mulut liang vaginaku. Didorong-orongkannya sedikit sehingga kepala kemaluannya menemui sasaran yang tepat, kemudian didorongkan sedikit lebih dalam lagi dan, slee.. eep! Masuklah sebagian batang kemaluannya. Ditarik keluar sedikit dan didorongkannya lagi masuk lebih dalam."Oo.. Oocch! Slee.. Eep! Slee.. Eepp! Uu.. Uucch! Slee.. Eepp! Slee.. Eepp! Aa.. Aacch!", demikian suara rintihanku bersahut-sahutan dengan bunyi suara saat batang kemaluan Bernard memompa liang vaginaku.Kondisi liang vaginaku sudah sangat basah sehingga memudahkan batang kemaluan Bernard terbenam habis ke dalam vaginaku. Ujung kepala kemaluannya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. Ujungnya menyentuh dan menekan-tekan tonjolan daging seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku, rasanya luar biasa nikmat.Karena memang sudah cukup lama aku tidak melakukan ML ditambah dengan permainan Bernard yang cukup piawai hingga membuatku segera akan mencapai puncak kenikmatan kembali."Ayoo..! Terus..! Aku sudah hampir orgasme!", seruku.<br />"Sebentar Nat! Kita keluarin sama-sama..", jawab Bernard."Dikeluarin di dalam atau di luar nich?", tanya Bernard padaku sambil terus memompakan batang kemaluannya di dalam liang vaginaku."Uu.. Uucch! Terserah..!", teriakku dan.."Ooo.. Oocch! Aa.. Aacch!"Badanku tiba-tiba gemetar dan sedikit kejang. Bernard pun ikut melenguh sambil tetap menggenjot pompaannya lebih cepat lagi. Kami dalam waktu yang hampir bersamaan sama-sama mengalami orgasme. Terasa sekali semburan sperma Bernard yang hangat membanjiri liang vaginaku. Tumpahan cairan cinta kami tercampur jadi satu dalam liang vaginaku, saking banyaknya bahkan tidak tertampung sehingga merembes keluar mengalir mengikuti celah belahan pantatku dan membasahi anusku. Saat itu aku, Chintya dan beberapa teman yang lain mengadakan kegiatan camping di sebuah lereng gunung. Setelah mendirikan tenda, aku dan Chintya mencari air sekalian mandi di sungai yang berada beberapa meter ke bawah dari tempat camping itu. Kami berdua sama-sama memakai celana jeans dan kaos oblong putih sambil berkalungkan handuk.<br />Waktu itu aku sudah lupa dengan kejadian yang kuceritakan di "AKU DAN TANTE-TANTE". Aku ingat lagi ketika Chintya terjatuh masuk ke air. Pakaiannya basah sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan. Dia memakai BH hitam. Aku terangsang dengan keadaannya. Aku lalu menolongnya dan pura-pura terjatuh tepat di hadapannya. Dia lalu mencipratkan air ke tubuhku. Kuajak dia mandi sekalian dan diapun mau. Dia lalu naik ke atas batu dan melepas kaos dan celananya. Kemudian dia duduk bersimpuh dan mengambil sabun yang ada di saku celananya. Posisiku waktu itu berada di belakangnya. Aku semakin terangsang melihatnya hanya memakai pakaian dalam sedang menyabuni tubuhnya.Aku cepat-cepat melepas pakaianku dan kusisakan CD-ku, kuhampiri dia dan dari belakang aku melepas BH-nya. Dia tidak menolak ketika tanganku mengambil sabun dari tangannya. Aku lalu menyabuni kedua payudaranya yang sama besar dengan punyaku dari belakang sambil meremasnya. Dia membalikkan tubuhnya. Aku jadi leluasa menyabuni tubuhnya. Rupanya dia merasa aku tidak adil. Ketika aku meremas payudara kirinya dia mengambil busa sabun yang ada di payudara kanannya kemudian diusapnya kedua payudaraku. Aku memotong sabun itu dan kuberikan potongannya ke Chintya. Sekarang kami saling menyabuni kedua payudara. Kuberanikan diri mencium bibirnya. Dia membalasnya dengan lembut.Perlahan-lahan sambil kucium, dia kurebahkan di atas batu dan kuratakan sabunnya ke seluruh tubuhnya bagian atas sampai busanya hilang. Demikian juga dengan apa yang dilakukan pada tubuhku. Sekarang tubuh kami berdua sudah kering dari busa dan kutindih dia sehingga kedua payudara kami saling menempel. Kami terguling dan posisi Chintya sekarang di atasku. Dia lalu berdiri dan cepat-cepat aku dari belakang memeluknya. Aku mendesah ketika kedua payudaraku menempel di punggungnya. Tanganku meremas kedua payudaranya dan turun ke bawah masuk ke dalam CD-nya. Tetapi dia kurang suka dengan sikapku ini sehingga dia menarik tanganku kembali dan melepaskan diri dari pelukanku.Dia kemudian turun ke air dan kuikuti dia. Kuajak dia melanjutkan permainan yang tertunda di dalam air. Dia tidak mau dan mendorongku. Aku tidak memaksanya. Ketika dia mandi aku juga mandi. Sendiri-sendiri. Malamnya, dia tidur berdua setenda denganku. Kebetulan malam itu dinginnya sampai ke tulang. Meskipun kami sudah memakai pakaian hangat plus berselimutan. Ketika itu kami tidur saling berhadapan.Aku terbangun dan pikiran gilaku muncul lagi. Kusingkirkan selimut. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan retsliting jaketnya. Aku kaget dia ternyata hanya memakai BH di dalamnya. Dia rupanya terbangun juga dan tidak menolak ketika kulepas jaketnya. Bahkan dia melepas jaketku sehingga kedua payudaraku yang tadi kututupi jaket sekarang sudah telanjang. Dia melentangkanku dan dihisapnya kedua payudaraku bergantian. Aku merasakan kehangatan. Mulutnya kemudian naik dan mencium bibirku sambil dia melepas BH-nya. Aku lalu meremas kedua payudaranya begitu juga dengannya. Kemudian di tidur di atasku dan berpelukan.Kami bergulingan ke atas ke bawah sampai kami tidak merasakan kedinginan lagi bahkan berkeringat. Vaginaku mulai basah sehingga ketika dia di bawahku aku lalu duduk dan melepas retsliting celananya. Dia mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh dan langsung dipeluknya sambil dia berkata bahwa dia tidak mau bertindak lebih jauh lagi. Aku memakluminya dan kami akhirnya tidur berpelukan sampai pagi dan tidak merasakan dingin lagi. Keesokan harinya rombongan kami pulang kembali ke kota.Beberapa hari kemudian, aku yang tidak dapat menahan nafsu untuk bercumbu lagi datang ke tempat kostnya. Kulihat di balik kaos putih tipisnya dia tidak mengenakan BH. Kutanya kenapa dia tidak memakai BH. Dia menjawab bahwa BH-nya basah semua. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku duduk mendekatinya dan kuremas kedua payudaranya. Dia mendesah yang kusambut dengan ciuman di bibirnya. Dia mendorongku dan memintaku untuk tidak kurang ajar. Aku takut dia akan menjerit dan terdengar dari luar kamar kostnya. Tapi dia kelihatanya juga kasihan padaku. Sambil dia melepas kaosnya dia mengijinkanku mencumbunya untuk yang terakhir kalinya.Dia lalu tidur dan aku mulai melepas seluruh pakaianku. Ketika aku ingin melepas CD, dia melarangnya. Aku turuti larangannya. Kemudian kucium bibirnya sambil kuremas kedua payudaranya. Dia juga meremas kedua payudaraku dan salah satu tangannya kemudian turun ke bawah ke pantatku dan diremasnya pantatku. Aku disuruhnya berdiri dan dia dari belakang memelukku dan tangan kirinya meremas kedua payudaraku bergantian sedangkan tangan kanannya masuk ke CD-ku. Jarinya masuk ke vaginaku yang sudah basah serta mengocok vaginaku perlahan-lahan.Dia kemudian berlutut di hadapanku dan melepas CD-ku. Dijilatinya vaginaku yang sudah basah. Salah satu tanganku menekan kepalanya dan tanganku yang satunya lagi meremas kedua payudaraku sendiri bergantian. Aku mendesah berkali-kali ketika jarinya mengocok vaginaku sambil dijilatinya cairan yang keluar dari vaginaku. Mulutnya kemudian naik ke atas dan menghisap kedua payudaraku sedangkan kedua tangannya melepas CD-nya sendiri.Setelah itu mulutnya naik ke atas lagi dan mencium bibirku yang juga kubalas dengan jilatan lidah. Sedangkan kedua vagina kami yang basah saling menempel. Tangannya menekan pantatku sehingga kami berpelukan sambil berciuman, berjilat-jilatan, kedua payudara dan vagina saling menempel ditambah dengan jarinya yang keluar masuk ke pantatku yang kubalas dengan jariku yang juga keluar masuk ke pantatnya. Aku tidak mengira Chintya akan sejauh ini. Aku menikmatinya sampai beberapa menit sampai kami terkulai lemas.nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-82806379701468850732009-01-31T20:27:00.000-08:002009-01-31T20:28:00.244-08:00temankuPerkenalkan namaku Maya aku punya teman bernama Jenny. Kami sudah berteman sejak SMA kalau dihitung2 sekarang sekitar 15 tahun. Dan kami selalu terbuka dalam segala hal. Persahabatan kami boleh dibilang sangat dekat bahkan kami sudah begitu akrab dengan saudara dan orang tua masing2 sudah seperti saudara selayaknya. Begitupun dengan kedua orang tua kami dan saudara2 kami sangat akrab satu sama lain.<br />Setelah kami lulus kami tinggal di kota yang berbeda. Dia melanjutkan kuliah sedangkan aku lebih memilih bekerja secara langsung karena kemampuan ekonomi keluarga yang tidak mendukung.<br />Tapi pekerjaan aku banyak berurusan ke kota tempat tinggal dia sehingga kami kerap ketemu walaupun hanya untuk makan siang dan sekali2 aku menginap di kostnya karena letih menempuh perjalan yang agak jauh dengan sepeda motor ataupun hanya untuk sekedar tidur2 an melapas lelah. Dia sampai memberikan aku kunci cadangan kalau2 dia tidak ada di tempat dan aku mau kesana.<br />Kerap kalau aku gajian aku membeli sesuatu untuk dia sekedar hadiah atau kadang kami makan ketempat yang agak lumayanlah untuk ukuran anak kost.<br />Suatu hari ketika aku ke tempat dia aku lihat dia sedang tiduran, berselimut.<br />“Lho jam segini kok tiduran? Kamu sakit ya?” sambil aku raba keningnya agak panas.<br />“Kamu sudah makan belum?” Tanya aku lagi. <br />“Ga kepingin masih mual2″<br />“Kok mual kamu ngidam toh? He..he” aku candain dia sambil aku raba badannya basah semua.<br />“Baju kamu basah. Ganti dulu gih” sambil aku ambilin baju di almari dia.<br />Ini pertama kali aku liat dia telanjang di depan aku walaupun kami sudah temanan cukup lama. Memang badannya putih mulus beda sama aku yang kulitnya asia banget. (Kata orang kopi lebih mahal dari gula …tapi ga nyombong bule banyak yang suka boo sering muji katanya badanku seksi dengan payudara yang bisa dibilang lumayan lah…)<br />Habis itu dia tiduran lagi dan aku selimutin dia.<br />“Aku keluar dulu beli bubur ayam ya? Kamu minta apa lagi?” dia Cuma senyum dan menggeleng sambil bilang “Hati-hati !!”.<br />aku suapin dia sambil memberikan minum teh hangat. Baru aku makan.<br />“Kamu hari ini jangan pulang ya, tidur disini saja!” pintanya.<br />“Ya liat kamu begini ga mungkinlah aku pulang. Tapi aku pinjam baju kamu biar ini besok bisa dipake kerja lagi”.<br />Malam ini tidak seperti biasanya aku tidur disini, aku berbaring di sebelah dia sambil membaca buku dan dia tertidur lebih awal. Biasanya kami ngobrol sampe larut.<br />Tiba-tiba aku liat dia agak gelisah tidurnya dengan keringat mengalir di kening. Tanpa tersadar aku elus2 kepala dia untuk menenangkan. Dan dia terbangun.<br />“Kamu kok tidurnya gelisah banget ada apa?” sambil aku ambil tissue dan mengelap keringat dia. Dia hanya memandang aku sebentar kemudian melanjutkan tidurnya. Dan akupun ikut berbaring di sebelahnya. Dan tanganku masing mengelus elus rambutnya.<br />Aku tidak tau ada suatu perasaan aneh yang blm pernah aku rasakan walaupun kami sudah dekat begitu lama. Tiba2 dia terbangun lagi. Dan secara spontan dia meletakkan kepalanya di dada aku.<br />Dengan sedikit bingung aku Tanya lagi “Kamu ada apa kok tidurnya begini?”<br />“Ya pingin aja, biar lebih tenangan kamu ga suka ya”<br />Aku cuman tersenyum sambil tangan aku yang satunya pegang tangan dia dan yang satunya tetap mengelus2 rambut dia.<br />Tanpa sadar aku kecup kening dia. Mungkin terbawa suasana. Dia hanya melihat dan tersenyum. Senyum termanis yang pernah aku lihat.<br />Tiba-tiba dia bilang “Aku sayang banget sama kamu. Kamu gimana?”<br />Deg….aku agak kaget dan aku jawab “Ya sayang lah”.<br />Tangannya sedikit bergerak mengelus2 payudara aku, aku jadi agak terangsang karena tidak pakai bra. Tapi aku biarkan saja. Lama-lama nafasku agak cepat dan diapun begitu. Lalu aku turun dan mengecup bibirnya.<br />Tidak aku sangka dia membalas. Kami berpagutan lama sekali saling mempermainkan lidah kami berdua.<br />Dengan secepat kilat aku ubah posisi agar dia di bawah aku bergerak menciumi lehernya dia terus mendesah. Ssshhhhhhhhh……tanganku yang kiri bergrilya menuju payudaranya untuk meremas-remas sedangkan yang kanan tetap mengelus rambutnya. Lalu aku naik, aku gigit2 kecil kupingnya ku kecup dan kupermainkan lidah disana dia semakin menggelora ougghhhhh….sambil tanganku tetap memilin putingnya. Kecupanku pindah lagi ke lehernya dan kemudian satu persatu aku lepas pakainnya dan juga pakaiannku.<br />Aku turun lagi menuju ke payudaranya yang kanan sambil aku cium-cium aku tarik2 putingnya dan tanganku yang kiri memilin putingnya sambil sesekali meremas.<br />Dia mendesah ooouuughhhhhh sayang…..aku suka ini terus…oughhhh aku sayang kamu<br />Mendengar kata-kata itu aku menjadi lebih bernafsu. Aku ciumi payudaranya bergantian, aku kulum, aku tarik2 seperti bayi netek tangan yang satunya tetap meremas dan dia tambah mengigau kepalakupun makin di tekan ke teteknya. Terusin sayang oughhhhh…..ooooughhhhh shhhhhh…….<br />Akhirnya tanganku yang kiri aku turunkan dan menjalar ke bawah bermain2 di permukaan V nya. Dia semakin menggelinjang dan aku semakin bernafsu melihat rona mukanya akupun semakin liar menghisap, menarik, meremas dan kadang mempermainkan lidahku di putingnya sambil tanganku yang dibawah meraba area V nya. Ouugghhhhhh sayang……ooughhhh aku ga tahan dan tiba2 dia mendapatkan orgasmenya yang pertama.<br />Kemudian sasaranku turun. Aku ciumi dari perutrnya kemudian aku permainkan lidah di pusarnya, dia sedikit kegelian sambil tanganku yang satu tetap meremas tetenya.<br />Aku semakin ke bawah dan sampilah di selangkangannya. Aku ciumin pahanya kiri kanan, terus makin ke bawah ke daerah V nya aku permainkan dengan lidah dia semakin menggeliat, memohon, dan pandangan matanya membuat aku semakin bernafsu melihat dia begitu memohon.<br />Oooughhhhh sayang masukin jari kamu plssss aku pingin……<br />Aku masih mempermainkan lidah di sekeliling V nya dan tanganku yang satu mempermainkan tetenya meremas, menarik putingnya kadang aku pilin2. tangan yang satu tetap bermain di permukaan V nya.<br />Oughhhh sayang….masukin jari kamu dong plsssss!!!<br />Aku suka sekali melihat dia memohon dan akhirnya aku tidak tega. Aku masukin 2 jari sambil aku permainkan lidah aku di klentitnya. Aku tusuk2 permukaannya pakai lidah sedangkan tanganku bermain di area dalam. Keluar masuk seirama dengan lidah aku.<br />Dia mengerang, menjerit pantatnya sesekali mengangkat dan kadang bergoyang dengan liarnya.<br />Kepala aku ditekan dengan ganasnya sampai aku sulit bernafas. Aku gerakkan kepalaku naik turun sambil menusukkan lidah aku di area Vnya dan mengocoknya dengan jari.<br />Oughhhhhh…aaaaggghhhh sayang jarinya jangan dilepasin, kocok aku pls…aku suka ini….akkkhhhhhh<br />Pantanya semakin liar naik turun kadang memutar dan tangannya kadang menjambak kadang menekan kepala.<br />Tiba tiba dia aughhhh sayang…badannya bergetar dan dia orgasme dia menyiram aku dengan cairan kepuasannya.<br />Ini tidak aku hentikan sekarang aku isap kuat2 semua cairannya dan aku tarik2 kelentitnya. Dia meronta, kadang2 kepalanya mengangkat melihat aksi yang aku lakukan dan tanganya tetap menekan2 kepalaku seolah2 tidak mau dilepaskan.<br />“Oughhh sayang ini milik kamu semua” dan jariku tetap di dalam bermain2 dan kadang dia menjepit dengan kuatnya. Aku permainkan lagi lidah aku. Aku tusuk dengan sekuatnya bersamaan dengan jari dia merontah oooughhhhh…..<br />Berikutnya aku meminta dia menungging…<br />“Sayang kamu nungging ya????”<br />Dan dia pun menungging dalam keadaan dia begitu aku isap seluruh daerah Vnya dari belakang dan aku sedot cairan kepuasan yang masih tersisa. Kemudian aku permainkan lidah aku dari belakang. Dia menggelinjang dan berteriak oughhhhh sayang….<br />Kemudian aku masukkan lagi 2 jari dari belakang sambil terus aku ciumi dia jariku dengan kuat menyodoknya dari belakang dia semakin liar pinggulnya, badannya semua bergerak, dan tangaku yang satunya mempermainkan teteknya.<br />Dia mengigau menjepit sayang….kocok yang dalam ouughhh aku suka<br />akupun memenuhi keinginannya sambil lidah tetap bermain2 dari belakang. Tiba2 dia meremas bantal dan dia menempelkan wajahnya di bantal dia berusaha menjerit aaaauuugggggggghhhhhhhh……saaaaaa…..yyyaaaangggg aaaaggghhhhhh cairannya keluar banyak sekali sampai meleleh di tanganku. Akhirnya aku masukkan lagi kepala aku keselangkangannya.<br />Kemudian kami sama2 berbaring kelelahan. Dia tersenyum dan aku cium keningnya.<br />Kamu suka? Aku Tanya dia. “Iya..tks sayang” dan dia mengecup bibir aku<br />Akhirnya kamipun tertidur sambil berpelukan.<br />Besoknya aku bangun pagi2 sekali setelah membersihkan badan aku langsung keluar mencari sarapan untuk kami berdua dan sambil membeli obat penurun panas.<br />Kami sarapan bersama dan sebelum aku berangkat kerja aku cium keningnya tapi ternyata dia lebih ganas dengan mencium bibirku. Trus dia memberikan senyum “Tks untuk yang semalam”. Akupun tersenyum sambil menyuruhnya meminum obat.<br />Hubungan kami berlanjut begitu lama dan bersukur tanpa pernah ada masalah. Aku kasi dia kebebasan untuk bergaul dan dia juga begitu kami sangat menghargai dan menikmati hubungan ini dan kami tetap keept agar jangan sampai orang lain tahu. Aku menjadi lebih sering tinggal di kostnya secara tidak langsung pekerjaan aku yang bertambah banyak jadi aku pulang kadang 2 atau tiga hari sekali.<br />Hampir setiap malam kami berekspresi mewujudkan kasih sayang kami.<br />Pernah suatu hari aku ambil cuti 2 hari yang bertepatan dengan libur dia kuliah. Kami pergi ke tempat yang kami sudah idam2kan sejak SMA karena keindahannya. Kami menyawa hotel.<br />Aku berendam di kamar mandi tiba-tiba dia datang. Dia menyabuni seluruh badan aku dan yang paling lama dia menyabuni tetekku. Kadang ditekan, kadang di remas membuat aku tidak tahan. Aku tarik dia ke bathtub, kami berciuman sangat lama kemudian aku raba kebawah, dia mulai mendesah…nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-86648068749008943382009-01-31T20:25:00.000-08:002009-01-31T20:26:41.114-08:00kakak<span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Dua minggu pertama sejak aku meniduri Kak Rina dan Kak Rani tak pernah lewat begitu saja. Kencan biasanya kami lakukan pagi hari antara pukul 09.00–12.00 WIB. Saat itu Yanti dan anak-anak Kak Rani ke sekolah, suami Kak Rani ke kantor. Suami Kak Rina sudah hampir 1 bulan ini kanvas ke luar kota, ke Surabaya, Malang dan beberapa kota besar lainnya di Jawa Timur.<br />Sementara itu hubunganku dengan Yanti tetap berjalan seperti biasanya, aku bahkan semakin sering meniduri Yanti di rumahnya. Kak Rina benar-benar memberi kesempatan penuh kepada kami untuk bercumbu dan berkencan sepuas hati. Pernah aku sengaja meniduri Yanti di sofa ruang tamu, Kak Rina melihat dengan mata kepala sendiri saat aku menghujani memek Yanti dengan serbuan kontolku yang membuat nikmat Yanti.<br />Saat aku dan Kak Rina berkencan, maka semua gaya yang aku lakukan dengan Yanti harus aku praktekan. Rupanya Kak Rina punya hobby mengintip, katanya menambah gairahnya saat kami bersama. Pada hari ke-10 sejak aku pertama kali meniduri Kak Rina dan Kak Rani, kami bertiga pergi dan kencan di suatu hotel di Jl. Setiabudi. Hari itu hari Sabtu, sekitar pukul 13.00 WIB, kami bertiga sudah ada di salah satu kamar.<br />Kami mulai permainan tersebut dengan oral antara Kak Rina dan Kak Rani. Di atas tempat tidur mereka saling menjilati memek dalam posisi 69. Kak Rina di atas sedang Kak Rani di bawah. Mereka berdua benar-benar sudah lupa.., tak lama kemudian aku melibatkan diri. Pertama-tama memek Kak Rina aku jilati, sementara kontolku dikulum dan disedot oleh mulut Kak Rani.<br />Selang beberapa lama, kumasukkan penisku ke kemaluan Kak Rina. Kugenjot keras-keras pinggulku, sehingga Kak Rina bergoyang hebat maju mundur mengimbangi gerakkanku. Lidah Kak Rani tak henti-hentinya menjilati memek Kak Rina, tak dapat kubayangkan betapa nikmatnya Kak Rina, dia mengerang, menjerit dan memekik kecil saat menikmati hunjaman kontolku di liang vaginanya.<br />Beberapa kali kontolku kutarik keluar, dan kumasukkan ke mulut Kak Rani yang ada di posisi bawah, wuuah.., nggak bisa kuceritakan seperti apa nikmatnya. Dikulum dan dikocok pelan penisku, setelah agak berkurang dorongan maniku yang sepertinya sudah pengin keluar, kumasukkan lagi penisku ke memek Kak Rina.<br />Sampai akhirnya Kak Rina mengerang dan mendengus keras, menarik seprei keras-keras seolah hendak merobeknya dan akhirnya terlepaslah puncak gejolak nafsunya dalam genjotanku. Kuganti posisi, memek Kak Rani yang telentang di bawah kugenjot keras-keras dengan penisku, dinding memek Kak Rani sungguh nikmat, dan berbau harum.., Kak Rani tak kalah keras erangan dan jeritannya, pantatnya melonjak-lonjak mendorong memeknya menyambut kehadiran kontolku di dalam vaginannya, sementara lidahnya tetap menghujani memek Kak Rina.<br />Jika aku merasa hampir keluar, cepat-cepat aku cabut penisku dan segera kusorongkan ke mulut Kak Rina yang segera menhisap dan melumat kontolku di dalam mulutnya, setelah berkurang denyutan di penisku aku masukkan lagi ke memek Kak Rani. Begitu berulang-ulang, hingga akhirnya saat puncak kepuasan aku dapat.<br />Aku tumpahkan air maniku ke dalam memek Kak Rani. Kak Rani benar-benar menikmati denyutan kontolku di dalam memeknya dan dengan ikhlas menerima kiriman benih spermaku di rahimnya. Keringat mengalir keluar dari dalam tubuh kami dengan deras, bercampur dan membasahi seprei. Tetesan air maniku dan mani Kak Rani juga menetes di atas kasur. Kami berbaring kelelahan, kurangkul tubuh Kak Rani, juga Kak Rina. Mereka berdua benar-benar puass.., dan menikmati betul moment indah nikmat kami tersebut. Setelah beberapa saat kami istirahat, kami ulangi lagi permainan kami. Aku buat mereka berdua mabuk kepayang, hingga akhirnya aku lontarkan spermaku di rahim Kak Rina.<br />Lima belas menit istirahat, satu babak permainan lagi kami lakukan. Dan setelah itu kami berkemas pulang karena hari sudah menjelang maghrib. Tak terasa kami kencan hampir 4 jam lebih di kamar hotel itu. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan. Turun dari angkot kami masih bersama dan di mulut gang kami berpisah. Aku segera pulang ke rumah. Sesampai di rumah aku terkejut, Yanti sudah menungguku di kursi ruang tamu, sejak Yanti menjadi kekasihku dia kuberi satu anak kunci rumah dan kamarku. Jadi di rumah kontrakkanku Yanti merasa seperti di rumah sendiri. Saat itu temen satu kost sedang pulang ke daerah asalnya, biasanya setiap hari Sabtu minggu ke-empat. Yanti duduk sendiri sambil membaca majalah di sofa ruang tamu.<br />Begitu melihatku segera dia bangkit dari duduknya dan segera menghampiri aku, celaka betul.., aku bakalan nggak bias istirahat rupanya..<br />Kututup pintu rumah dan segera kukunci, aku tahu bahwa sebentar lagi pertempuran seru bakalan terjadi antara aku dan Yanti. Sebelum dia memberondongku dengan berbagai pertanyaan, segera kugelandang dia masuk ke kamar dan langsung kukunci mulutnya dengan ciuman penuh nafsu. Yanti terbuai dengan ciumanku, dan langsung dia lepas seluruh pakaiannya juga pakainku. Selanjutnya pertempuran dengan musuh dan medan yang baru aku mulai. Aku serbu memeknya dengan genjotan dan hentakkan penisku.<br />Erangan dan rintihannya keluar dari mulutnya.<br />Selang 20 menit kemudian kami capai puncak kenikmatan bersama, tubuh kami lemas, keringat bercucuran dan tak henti-hentinya mulut dan bibir kami saling pagut.<br />Yanti bangkit dan menindihku dengan posisi terbalik 69, memeknya tepat di mukaku dan mulutnya sigap menghisap dan mengocok penisku, memeknya yang berlendir aku jilati, dia menerang-erang, eegghhm..uugh.., eughmm.., sambil terus dikulumnya kontolku.<br />Akhirnya kontolku kembali tegak berdiri, Yanti mengambil inisiatif, ia jongkok di atas tubuhku, kontolku dipegang dan digesek-geseknya didinding luar memeknya, badannya menghadapku, sehingga dengan mudah kuraih payudaranya dan aku hisap puting susunya. Pelan-pelan dimasukkan penisku ke dalam memeknya, dengan mudah kontolku menyeruak masuk ke dalam memeknya, menggesek dinding dalam vaginannya. Yanti nampak histeris, langsung digoyang-goyangnya badannya naik turun dengan cepat, dari mulutnya terdengar erangan dan terkadang pekikan.<br />Aku memberi respons setiap gerakkannya, penisku masih cukup kuat rupanya melakukan senggama satu babak lagi dengan Yanti. Tubuh Yanti terlonjak-lonjak di atas tubuhku saat kugenjot pantatku naik-turun, penisku menggesek-ngesek liang kemaluannya.., membuat Yanti merasakan kenikmatan yang luar biasa.., matanya kadang terpejam kadang menedlik saat menikmati hunjaman kontolku di memeknya. Semakin lama gerakannya semakin menggila dan akhirnya.. tubuhnya terdiam kejang di atas tubuhku, pelukannya semakin erat dan semakin keras erangannya.. Kupercepat gerakan pantatku, agar segera dapat kuutumpahkan air maniku ke dalam vaginanya.., akhirnya.. Dengan suatu sentakan yang keras.. aku lontarkan spermaku masuk menyembur keras di dalam memeknya.., ouhh.. nikmat.. Yanti..<br />Hari sudah malam, sekitar pukul 21.00 WIB permainan babak kedua kami berakhir. Kami berbaring saling memeluk, tutbuh kami basah oleh keringat. Nampak senyum kepuasan terpancar dari bibir Yanti.., dengan penuh mesra kucium bibr Yanti dan sekujur mukanya. Aku bisikkan ke telinganya bahwa aku menyayanginya.., dia cubit perutku dan dicium mulutku dengan lembut.., kami bercumbu.. Saling menumpahkan rasa kasih dan sayang kami masing-masing. Kuminta dia tidur menemaniku malam ini, dengan sepenuh hati diiyakannya ajakanku.<br />Saat kami bercumbu, terdengar perutku berkeruyuk, tanda minta diisi. Aku bangkit dan segera keluar ke dapur.., Yanti mengikutiku dan membantuku menyiapkan makan malam. Dengan cekatan dan trampil, Yanti menghangatkan sayur dan nasi, khusus untukku dia goreng telor mata sapi, biar tambah kuat katanya sambil ketawa cekikikan..<br />Aku gemas sekali, kupeluk tubuhnya dan kuciumi lehernya. Tubuh Yanti mengelinjang menahan geli. Sessat kemudian makan malampun siap sudah, kami segera menyantap de-ngan cepat, seolah tak mau kehilangan waktu percuma untuk bermesraan.<br />Yanti memang pandai merawat tubuhnya, dia makan tidak terlalu banyak, sehingga bentuk tubuhnya tetap nampak indah. Selesai makan dibereskan meja dan dicucinya piring dan gelas yang kotor. Aku menemaninya di dapur, sambil tak hentinya tanganku yang nakal menggodanya, kuremas payudaranya, pantatnya, dan kugesek-gesek memeknya, yang masih tertutup celana panjang hitam ketat. Terasa lipatan celah memeknya ditanganku, rupanya Yanti nggak mengenakan celana dalam. Sambil kuper-erat pelukanku ke tubuhnya, kuperkeras gosokan tanganku dimemeknya, sementara tengkuknya kuciumi, sehingga Yanti semakain terbakar nafsunya. Diputarnya badanya sehingga kami saling berhadapan, dirangkulnya kepalaku dan kami berciuman panjang.<br />Dielus-elus bagian depan celanaku yang menutupi kontolku, reseleting celanaku dibukanya dan tangannya langsung menyusup masuk ke dalam CD-ku. Dipelorotkan CD-ku sehingga penisku lepas dan tegak berdiri, langsung Yanti jongkok menghisap dan mengulum penisku dengan mulutnya. Kubiarkan sejenak aksinya, sesaat kemudian aku raih tubuhnya untuk bangkit dan langsung kubopong ke kamar.<br />Aku berjalan ke kamar sambil membopong Yanti, celana dan CD-ku masih melorot, sehingga penisku mencuat tegak menggesek-nggesek pantatnya, persis kayak robot jalanku.<br />Segera kubaringkan tubuhnya di tempat tidurku, kulepas semua pakaiannya, sehingga tak ada selembar benangpun lagi yang melekat ditubuhnya. Sambil melepas pakaian, akau terus mengamati Yanti yang sudah terlentang di tempat tidur tanpa busana. Dibuka dan ditutupnya pahanya, sehingga nampak celah nikmatnya menutup dan merekah menggo-daku.. Kutindih tubuhnya, dan langsung tanpa ba..bi..bu.. kumasukkan kontolku ke dalam memeknya.., terdengar Yanti mengerang-ngerang.. nikmat.. Ouuh.. ooh.. Maass.. ough.. Mass.. Saat kugenjotkan kontolku menggesek dinding dalam liang vaginanya.<br />Kembali keringat kami bercucuran.., padahal di luar cuaca dingin. Kami coba berbagai posisi yang sering kami lihat di Blue Film., sampai akhirnya pada posisi Yanti di bawah kugoyang dan kukocok penisku sekuat-kuatnya, erangannya semakin keras dan pantatnya semakin keras menekan ke atas, seolah ingin melahap semua batang penisku. Dan sambil mengerang keras, Yanti mengejan melepaskan rasa nikmat yang dia alami Kuteruskan genjotanku dan.. Akhirnya.. kubuang dan kupancarkan lagi spermaku ke dalam memeknya. Ouugh..enak..Yanti.. oough..puuass..mass.. ooh..<br />Jam berdentang 11 kali, pertanda waktu saat itu adalah pukul 11 malam. Kami berbaring sambil berpelukan, memeknya menenpel di perutku. Tak lama kemudian kami terlelap tidur.. dalam keadaan tanpa busana.<br />Saat kubangun pagi, kulihat Yanti masih tertidur pulas. Nampak senyum tersungging di bibirnya. Kucumbu Yanti dalam keadaan masih tidur, penisku tegak berdiri.. siap melahap kembali lubang nikmatnya. Pelan-pelan kurenggangkan pahanya.. Dan kujilati memeknya.., tubuhnya menggelinjang.. dan segera kutindih, penisku kuarahkan ke memeknya.. langsung bless masuk ke dalam memeknya. Dalam keadaan antara tidur dan tidak kugenjot terus memeknya.., tak lama kemudian dia terbangun dan segera mencari mukaku.., diraih dan dipeluknya aku.. Kembali ciuman hangat Yanti menerpa seluruh wajahku, akhirnya berhenti saat bibir kami saling berpagut lama. Rintihan.. eranngannya kembali terdengar.., mengiringi keluarnya air mani memeknya.. saat dicapainya klimaks..<br />Tak terasa waktu menunjuk pukul 09.00 WIB. Segera kami beranjak bangun dan keluar kamar menuju kamar mandi. Bibik pembantuku terperanjat melihat Yanti keluar dari kamarku.. Yanti tersenyum dan menghampiri bibik, entah apa yang dikatakan Yanti kepadanya.., namun nampak bibik. manggut-manggut..mengiyakan..<br />Begitulah hari-hari kulewatkan.., kubuang waktu belajarku percuma.. aku habiskan waktuku hanya untuk bersenang-senang dengan mereka bertiga. Hingga akhirnya.. Pada suatu hari saat aku dan Kak Rani kencan di kamarku.., Kak Rani mengatakan padaku bahwa dia sudah 2 bulan ini tak menstruasi Aaduhh.. gawat..kataku.., Kak Rani begitu yakin bahwa aku adalah ayah calon bayi yang dikandungnya. Kak Rani bilang, bahwa saat aku memperkosanya.. dia baru saja memasuki masa subur.., dan dia tidak memakai kontrasepsi.., selama 2 minggu kemudian dia nggak mau melayani suaminya.., Kak Rani merasa dirinya kotor dan sudah nggak berarti lagi.. padahal selama 2 minggu tersebut justru aku hampir tak pernah absen menidurinya.<br />Kak Rani minta pertanggungan jawabku dan mengajaku kawin lari.. Pada awalnya aku juga sempat bingung, namun dengan penuh kelembutan dan kesabaran kuberi pengertian tentang hakekat hubunganku dengannya, bahwa aku dan dia hanya sekedar melepaskan hasrat berahi.., mencari kepuasan sesaat. Akhirnya aku berjanji bahwa sekiranya bayi tadi lahir dan mengakibatkan hubungan Kak Rani dengan suaminya retak.., maka aku akan menikahinya.., namun jika tidak ada kejadian apa-apa, maka kuminta Kak Rani mau memilih keluarganya.. dan melupakan segala affair yang telah terjadi.<br />Kak Rina kuberitahu tentang kondisi Kak Rani.., dia mendukung rencanaku. Akhirnya hari yang dinanti tiba.. Kak Rani melahirkan di Barromeus.., seorang bayi laki-laki.. dengan berat sekitar 3,5 kg, dan panjang 58 cm. Kutengok Kak Rani di ruang perawatan, tubuhnya masih lemah dan pucat.., namun dia nampak bahagia.. Ditariknya tanganku, danb dibisikinya aku.., nugie.. bayi ini anakmu nugie.., darah dagingmu. Aku terse-nyum, sambil kugenggam tangannya kuucapkan selamat atas kelahiran putra ke-3. Kata Kak Rani suaminya sangat bahagia mendapatkan seorang bayi laki-laki yang selama ini dia tunggu-tunggu. Artinya amanlah rahasia kami.., affair kami.. dan perselingkuhan kami..<br />Selama Kak Rani hamil 8 bl hingga 3 bulan usia bayi, affairku dengan Kak Rani terhenti. Waktuku banyak kuhabiskan bersama Yanti atau Kak Rina. Suatu hari aku berkunjung ke rumah Kak Rani sambil menengok sang bayi (anakku). Kak Rani ada di kamar menyusui sang bayi. Kulihat anakku melahap susu Kak Rani, aku duduk di ranjang sebelah Kak Rani. Si bayi sehat, montok dan lucu, kulitnya putih dan bersih persis seperti kulit Kak Rani, alisnya lebat kayak alisku.. Kuamati Kak Rani, sunnguh pintar benar Kak Rani merawat tubuh.., tubuhnya sudah langsing dan nampak kecantikan wajahnya. Pelan-pelan pahanya kuraba dan kuelus pelan, Kak Rani menatapku dan mengatakan jangan.. nugie.. jangan kau siksa lagi batinku dengan hal seperti itu lagi.. Aku hentikan rabaanku.. Dan aku minta ma’af padanya, ma’af Kak Rani.. kau benar.. tak semestinya aku berbuat seperti itu kepadamu.. Kak Rani bangkit dan diletakkannya bayi tadi ke Box Bayi dalam keadaan tidur.<br />Perlahan didekatinya aku.., dan dipeluk serta diciumnya aku.., nugie.. kau tak tahu.. betapa aku merindukanmu.., aku selalu membayangkanmu.. Aku terkadang iri saat membayangkan kau sedang meniduri Rina, sementara aku menyusui bayiku ini.. ya.. anakmu.. nugie..<br />Hati kecilku selalu mengatakan: jangan lagi kau berbuat seperti itu, namun suara hatiku yang lain terasa mendorongku untuk mengulangi apa yang telah kita lakukan nugie.. aku benar-benar bingung dan amat rindu padamu nugie..<br />Pelan-pelan kugeser berdiriku, badanku semakin merapat ke badannya.., dan secara otomatis aku memeluk pinggangnya.., dan mencium lembut bibirnya.. Kami berdua menikmati betul ciuaman itu, bahkan secara perlahan kugeser posisi kami semakin mendekati tempat tidur.. Dengan dorongan pelan kurebahkan tubuh Kak Rani di dipan, kaki kirinya ditekuknya, sehingga tersembul jelas paha Kak Rani yang putih, juga CD putih yang menutupi memeknya terlihat jelas.. Segera tanganku bergerak menyelusup masuk ke dalam CD-nya.., kembali suara erangan Kak Rani terdengar di telingaku.., setelah sekian lama tak terdengar. Dan akhirnya.. Kembali kami bergumul, menumpahkan rasa rindu dan melapiaskan nafsu kami yang sudah sekian lama tertahan.<br />Pada saat kami asyik bercumbu, tiba-tiba pintu terbuka.., kami kaget dan cepat berpakai-an alal kadarnya.., aku piker habis sudah riwayatku.., karena kami pasti akan diarak keliling kampung.. Hatiku menjadi lega, karena rupanya Kak Rina yang berdiri di depan kami. Dia tersenyum dan tertawa melihat apa yang sedang kami lakukan, segera dia masuk dan menutup pintu kamar dan selanjutnya bergabung dengan kami dalam berasyik-masyuk. Kubagi kesempatan bercumbu dengan kedua wanita kakak-beradik tersebut dengan adil, sampai kami mencapai klimaks kepuasan bersama.<br /><br /><span style="font-style:italic;"></span><span style="font-style:italic;"></span></span></span>nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-73557705954221162272009-01-31T20:20:00.000-08:002009-01-31T20:24:49.237-08:00MAYA MANTAN PACARKUMaya mantan pacarku<br /><br />Uncategorized - - Posted on May, 9 at 8:22 pm<br /><br />saya tergolong orang yang memiliki nafsu seks yang besar sehingga saya sering mencari partner wanita yang bisa menerima penyaluran nafsu saya. Tapi walaupun begitu saya lebih tertarik melakukannya dengan wanita yang bisa betul-betul menikmati rasanya bercinta, bukan karena membeli di tempat-tempat prostitusi. Rasanya bagi saya berbeda sekali, saya kurang bisa menikmati rasa bercinta di tempat-tempat prostitusi dan hal tersebut sudah pernah saya lakukan sebanyak 2 kali di tempat prostitusi yang berbeda.<br /><br />Sering kali saya memberikan bacaan dari site in kepada rekan-rekan wanita saya yang terbilang ‘dekat’ dengan saya. Salut untuk tim web ini yang tetap eksis menyajikan bacaan seputar pengalaman sex ;D Berikut ini saya ingin berbagi pengalaman saya kepada rekan-rekan tentang pengalaman sex saya dengan mantan pacar saya yang saya anggap pengalaman ini paling berkesan di antara pengalaman sex saya yang lain.<br /><br />*****<br /><br />Kota BL, Senin-31 Desember 2007 Pukul 13.00<br /><br />Sama-samar kudengar suara hujan dari kamar hotel yang kubooking bersama teman-teman untuk acara tahun baru nanti malam. Kupandangi kamar yang bertarif 700 ribu dengan pandangan kagum dan bangga karena bisa menginap di hotel mewah bintang lima yang baru berdiri sejak 5 bulan yang lalu. Interior yang mewah dan suasana yang romantis serta ciri khas kebudayaan daerah yang jelas terpampang membuatku merasa nyaman untuk tinggal di kamar berduaan dengan pasangan, begitu yang terlintas di benakku.<br /><br />Perlahan saya bangkit dari tempat tidur berukuran king size yang telah kududuki selama 5 menit. Pandanganku yang semula menonton acara MTV kualihkan ke arah jendela. Saya berjalan menuju jendela, memandang keluar melihat kotaku yang disiram oleh hujan yang telah berlangsung selama selama dua pekan. Dingin hujan ditambah dengan dinginnya AC membuat diriku merasa bergolak untuk menikmati kehangatan dari seorang wanita yang telah lama menjadi partnerku untuk urusan sex.<br /><br />Klik..<br /><br />Kudengar suara kunci pintu diputar dan pintu kamar mandi terbuka diiringi dengan langkah seorang gadis yang keluar dari kamar mandi. Maya, begitu nama gadis partner sexku. Sebenarnya kami pernah berpacaran selama kurang lebih tiga tahun yang selalu disertai putus sambung sehingga akhirnya kami menyadari bahwa kami tidak dapat bersatu disebabkan oleh perbedaan prinsip. Namun karena masih memiliki rasa sayang kami akhirnya berkomitmen untuk menjadi ’sahabat’ yang saling membantu termasuk untuk urusan sex.<br /><br />“Loh, kok belum dibuka sih bajunya say. Lagi liat apa?”<br />“Hhmm.. Gak liat apa-apa kok. Cuman lagi liat pemandangan kota aja.” jawabku.<br /><br />Maya berjalan ke arahku dan kemudian memelukku dari belakang. Kurasakan dadanya yang berukuran 36-B menghimpit punggungku. Rasa hangat kurasakan di punggungku, kudekap tangannya yang melingkari dadaku. Memang tinggi badan kami sepadan, yaitu 168 cm. Yang berbeda hanya beratnya saja, Maya 48 Kg dan saya 55 Kg.<br /><br />“Say, udah lama yah kita ga berduaan seperti ini. Saya kangen banget ama kamu.” bisik Maya.<br />“Namanya juga tinggal berjauhan. Masak kamu tega sih nyuruh saya tiap hari bolak balik S-BL. Emangnya saya penjabat? Kalo pengacara iya. He.. He.. He..” candaku.<br />“Ihh.. Nihh orang. Asal aja ya ngomongnya.” sambil berkata demikian Maya memasang tampang cemberut sambil melayangkan cubitan ke arah pinggang dan tanganku.<br /><br />Secara refleks kubalikkan badanku dan kutangkap kedua tangannya. Sambil senyum kutatap kedua matanya dan perlahan kucium bibirnya yang merah merona. Dengan mata terpejam Maya menerima ciumanku dan kedua tangannya perlahan-lahan memeluk leherku. Kedua tanganku kuarahkan ke bongkah pantatnya yang montok dan kuremas-remas. Ternyata Maya hanya mengenakan celana dalam berenda warna merah dan buah dadanya dibiarkan tanpa ditutupi dengan BH. Kurasakan lidah Maya menari bersama lidahku, kami saling berpagutan dengan penuh nafsu.<br /><br />Tiba-tiba..<br /><br />“Aduh..!! Apaan sihh! Sakit tahu!” kulepaskan ciumanku. Kurasakan sakit di bibirku. Maya sengaja menggigit bibir bawahku, raut muka nakal terlihat dari wajahnya yang bersih.<br />“Rasain. Itu balasannya yang udah buat saya kangen selama 6 bulan. Gara-gara suara kamu yang mendesah-desah di telepon saya sampai gak bisa tidur sebelum masturbasi.” jawab Maya sambil tersenyum.<br /><br />Memang selama ini setiap kali kami saling telepon akan ada selingan sex telepon selama 20 menit. Hal itu sering kami lakukan sehingga membuat tagihan telepon kami menjadi bengkak. Maklumlah selama ini kami kuliah di kota berbeda. Maya di kota Sd dan saya di Kota S tetapi setiap 6 bulan saya dan Maya berusaha pulang ke kota kami di BL.<br /><br />“Awas kamu yahh. Kubalas nih..” Langsung kucium bibir Maya dengan penuh nafsu. Maya berusaha mengimbangi ciuman yang kulancarkan sambil tangan kanannya mengelus-elus penisku dari luar celana. Tangan kananku pun tak mau kalah, kuremas buah dada Maya sebelah kanan sambil kupelintir putingnya yang berwarna kecoklatan.<br /><br />Masih saling berciuman, kedua tangan Maya berusaha membuka kancing celana jins biru tua kesayanganku. Setelah berhasil membuka kancing dan resleting celanaku, secara otomatis celanaku jatuh ke bawah melewati kedua kakiku, yang tersisa hanyalah CD-ku saja. Kuangkat kedua kakiku secara bergantian untuk lepas dari celana yang sudah jatuh ke lantai. Maya langsung memasukkan tangannya kedalam CDku, perlahan-lahan tangannya mulai mengelus dan mengocok penisku yang sudah tegak berdiri dari tadi.<br /><br />Kulepaskan ciumanku dan dengan cepat pula kulepaskan kaos yang kupakai serta CD-ku. Begitu melihat penisku yang berdiri tegak ke atas, Maya terlihat kaget.<br /><br />“Gila! Say, kontolmu kok tambah gede? Habis kamu apain?”<br />“Nggak kuapa-apain kok. Paling cuma ngocok aja waktu kita sex di telepon.”<br />“Ah yang bener.. Jangan-jangan kamu sering ngentot ama perempuan lain yahh..”<br /><br />Pertanyaan Maya hanya kujawab dengan senyuman, memang gaya bahasa Maya agak kasar bagiku tapi Maya memang kuajarkan untuk berbahasa kasar ketika kami sedang bercinta karena Maya dulunya adalah gadis alim yang punya nafsu sex yang besar tapi tidak dapat tersalurkan.<br /><br />“Udah jangan ngerusak suasana, mo dilanjutin nga acara ngentotnya? Kalo mau buka donk CD-nya”<br />“Ihh.. Yayangku kok jadi pemarah sih.. Hehehehhe..” Sehabis berkata demikian Maya segera melepas CD-nya. Terlihat bulu kemaluannya yang tercukur tipis dan rapi membuat diriku bertambah nafsu.<br /><br />Kembali kucium Maya dengan penuh nafsu sambil kutuntun Maya ke arah ranjang dan kuremas-remas kedua buah dadanya. Maya pun tidak tinggal diam, kedua tangannya asyik mengelus biji penisku dan mengocok penisku dengan lembut. Kudengar suara napas Maya dan diriku sudah mulai berat seperti habis olahraga selama 2 jam. Begitu sampai di tepi ranjang, Maya menjatuhkan dirinya secara perlahan dengan ditopang oleh kedua tangannya dengan posisi masih dalam keadaan berciuman. Begitu Maya sudah dalam posisi tidur, perlahan ciumanku mulai kuarahkan ke bagian telinganya, turun ke leher dan akhirnya berhenti di dada sebelah kanan. Kuhisap secara bergantian kedua puting milik Maya yang sudah mengeras sambil kuremas-remas dengan penuh nafsu. Tangan Maya mencengkeram kepalaku sambil merintih pelan.<br /><br />“Sstt.. Ah.. Ahh.. Hmm.. Eennaakk Say..”<br /><br />Lidahku mulai menari di kedua puting milik Maya. Kujilat, kusedot-sedot dan kugigit-gigit pelan kedua putingnya secara bergantian. Puting yang sudah mengeras seperti biji kacang atom menambah nafsuku untuk terus bermain di dadanya. Memang untuk ukuran wanita puting susu milik Maya termasuk besar dan saya termasuk lelaki yang lumayan suka dengan puting susu wanita yang besar (karena menurut mitos yang kubaca di majalah, wanita dengan puting susu besar memiliki nafsu sex yang besar pula).<br /><br />Kedua tangan Maya mulai mengacak-acak rambutku. Kuarahkan tangan kiriku ke daerah vaginanya. Perlahan kuarahkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Kurasakan vagina Maya sudah mulai basah. Kumasukkan secara perlahan jari tengahku kedalam lubang vaginanya dan jari tengahku mulai bermain di dalam lubang kenikmatannya. Kedua tangan Maya menjambak rambutku secara tiba-tiba sambil mengeluarkan suara.<br /><br />“Uuhh.. Ahh.. Say udah nga tahan lagi nniihh.. Cepat Masukin kontolnya..!”<br /><br />Rengekan Maya tetap tak kuhiraukan, kumainkan kedua dadanya sambil kupercepat pompaan jari tengahku di dalam lubang kenikmatan milik Maya. Rupayanya Maya sudah tidak tahan, berkali-kali kedua pahanya menjepit tanganku. Selang 5 menit kemudian Maya mengejang, kedua pahanya menjepit tanganku dan rambutku dijambak dengan kuatnya.<br /><br />“Aahh..” Erang kenikmatan Maya.<br /><br />Tanganku penuh dengan cairan kenikmatan yang terasa hangat, jari tengahku pun terasa dipijit perlahan oleh dinding kenikmatan milik Maya. Begitu kedua pahanya mulai longgar kutarik tanganku dan kujilat cairan kenikmatan dari Maya tanpa sisa. Tampaknya saya masih haus dengan cairan kenikmatan milik Maya, segera kuarahkan kepalaku ke vaginanya dan kujilat serta kusedot-sedot vagina milik Maya. vaginanya terasa becek lagi, Maya kembali mengusap-usap kepalaku.<br /><br />“Say, gantian donkk. Maya khan juga pengen ngisap kontolmu, pengen rasain sperma kamu.”<br />“Ya udah kita ganti posisi ke 69 aja. Saya di bawah yahh..”<br /><br />Kami pun berganti posisi, saya tidur telentang dan Maya naik diatas perutku. vagina Maya yang terlihat basah dengan warna merah kecoklat-coklatan diarahkan ke mukaku. Segera kusambar vagina, kujilat, kusedot-sedot, dan kumainkan lidahku di vagina Maya. Maya sendiri asyik dengan kontolku, perlahan dikocok dan dihisap kontolku dengan lembut disertai dengan permainan lidah Maya di seputar kepala kontolku. Kurasakan rasa dingin bercampur nikmat setiap kali Maya memainkan lidahnya di seputar kepala kontolku. Tanpa bisa kucegah kutembakan cairan spermaku kedalam mulut Maya, Maya langsung berhenti menghisap kontolku. Setelah selesai kukeluarkan spermaku Maya menelan semua spermaku dan menjilat sisa-sisa sperma yang ada di kontolku.<br /><br />“Satu sama yahh..” Maya tersenyum sambil mengedipkan matanya.<br />“Spermamu banyak juga, saya sampe sempat eneg waktu nelannya..” Sambil berkata demikian Maya berlutut di samping tubuhku.<br />“Iya udah dua minggu nggak ngocok biar bisa keluarin di mulut kamu ama di dalam memek kamu.”<br />“Daasarr..! Masukkin ya kontolnya..” ujarnya sambil meraih kontolku dan mengarahkannya ke vagina miliknya.<br />“Iya, masuukin aja. Saya udah nggak tahan nih..”<br /><br />Kontolku masuk dengan mudahnya di vagina Maya yang sudah basah oleh cairannya sendiri dan cairan ludahku. Setelah masuk semuanya, Maya mulai perlahan naik turun diatas kontolku. Dengan posisi Maya diatas dia terlihat sexy, kedua payudaranya ikut naik turun mengikuti irama Maya yang memompa kontolku. Kupeluk pinggangnya dan perlahan kugoyangkan kedua pinggulku mengikuti irama goyangan Maya. Tak lama kemudian Maya terlihat begitu liar, dia menggoyang pinggulnya dengan cepat dan ditopangkannya kedua tangannya ke dadaku.<br /><br />“Cepookk.. Cepokk.. Ceepookk..”, ternyata vagina Maya sudah becek sekali sehingga menimbulkan bunyi dan tak berapa lama kumudian Maya mengalami orgasmenya yang kedua.<br /><br />Maya pun merebahkan tubuhnya ke dadaku yang bidang, kurasakan kontolku dipijat-pijat dengan perlahan oleh dinding vagina Maya. Kubiarkan Maya menikmati sisa-sisa orgasmenya. Setelah nafas Maya mulai teratur segera kubalikkan tubuhnya dan kini posisi kami adalah missionary. Maya hanya bisa menatapku sambil tersenyum, kupompakan kontolku dengan perlahan sambil mencium bibir Maya. Semakin lama kupercepat pompaan kontol dengan hitungan 10x pompa cepat 1x tusukan yang dalam (teknik ini kupelajari semalam sebelumnya dari sebuah majalah bacaan dewasa). Rupanya Maya sangat menikmati teknik yang kulakukan padanya.<br /><br />“Ehh.. Hhmm.. Say.. Enakk..”<br />“Teerruuss sayy.. Teerruuss.. Ahh..”<br />Tiba-tiba.., “Saayy..” teriak Maya.<br /><br />Saya masih terus memompa vagina Maya, tak kuhiraukan teriakan dan cakaran Maya di punggungku. Kucium bibir Maya dan kemudian kualihkan ke payudaranya. Kunikmati kedua puting coklat Maya seperti saya menikmati es krim. Rasa pegal dikedua tanganku mulai terasa, perlahan kurebahkan badanku diatas tubuh Maya dan kucium bibirnya dengan nafsu. Maya tampak begitu nafsu menyambut ciumanku, dia menyedot lidahku dan memainkan lidahnya didalam rongga mulutku. Puas dengan ciuman dibibir kuarahkan ciumanku kekupingnya. Kumainkan lidahku di lekukan telinganya, hal ini membuat Maya tambah naik nafsunya.<br /><br />“Say.. Geellii.. Aahh..”<br />“Sayy.. Lebbihh dallaamm lagii.. Teruusshh..”<br /><br />Racauan Maya tak kudengar lagi karena tiba-tiba kurasakan kontolku hendak memuntahkan ‘peluru’ yang sudah lama kutahan.<br /><br />“May.. Saya mo keluar nihh..”<br />“Sama-sama.. Saya juga mo keluar kokk..”<br /><br />Kupercepat pompaanku dan tak lama kemudian.. Kutekan pinggulku dengan kuat ke dalam vagina Maya dan kulepaskan sperma yang sudah siap untuk bertemu dengan induknya. Sekejap rasa nikmat, puas dan lega menjadi satu membuat diriku seperti terbang ke langit kesembilan.<br /><br />“Saayy.. Saya.. Sayaa.. Aahh..”<br /><br />Kedua paha Maya menjepit pinggulku, Maya pun mengalami orgasme yang ketiga. Kubiarkan Maya memelukku, kudengar suara nafas Maya yang terengah-engah seperti lari 5 km. Berangsur-angsur nafas Maya mulai kembali normal. Perlahan kuangkat tubuhku, kulihat Maya tersenyum dengan bahagia. Kucium bibirnya dan kurebahku tubuhku disampingnya. Maya memelukku sambil tangannya mengelus-elus kontolku (Sejenak saya berpikir mengapa kontolku tidak lemas setelah berhubungan dengan Maya, apa memang nafsuku sedang tinggi. Tapi tak kuhiraukan kejanggalan tersebut karena hari ini saya memang akan bercinta sampai puas dengan Maya).<br /><br />“Say, tadi itu enak banget. Saya ampe keluar empat kali. Kamu emang perkasa..”<br />“Loh.. Bukannya tiga kali? Tadi kamu tiba-tiba teriak kenapa?”<br />“Ihh.. Kamu ini. Tadi itu pas ngentot pertama saya keluar trus keluar lagi barusan. Jadi selama ngentot tadi saya keluar 2 kali.” Maya tersenyum malu ketika mengatakan hal tersebut<br />“Jadi hari ini saya yang menang yahh.. Hehehhehe..”<br />“Iya, kamu yang menang. Kontol kamu enak banget say. Tambah gede dan juga kamu tambah pintar aja. Sapa yang ngajarin?”<br />“Ada dehh.. RAHASIA. Tapi memek kamu juga enak, kelihatannya tambah sempit. Beda ama waktu kita ngentot pertama kali. Makasih yahh..! CUP..” ujarku sambil kukecup keningnya tanda ucapan terimakasih dan sayang. Tampak raut muka Maya tersipu malu bercampur senang dan memelukku dengan lebih erat lagi.<br />“Yang penting kamu bisa membuat saya puas itu sudah cukup kok.”<br /><br />Setelah itu permainan kami lanjutkan seharian di kamar mandi, di ranjang, di atas kursi tamu, di depan jendela yang menghadap ke kota serta di lantai kamar beralaskan selimut hotel yang tebal. Total permainan kami saat itu adalah sekitar 8 kali.<br /><br />Akhirnya Maya kuantar pulang ke rumah pukul 21.45 dan saya kembali ke hotel tempat saya melakukan ‘olahraga’ nikmat bersama Maya karena malam itu saya mengadakan pesta tahun baru bersama teman-temanku. Sepanjang jalan kuputar lagu Stinky yang berjudul ‘Cinta Suci’ secara berulang-ulang dan saya pun dengan suara lemas ikut menyanyikan lagu tersebut.<br /><br />Tamatnasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-89205145300899918832009-01-31T20:16:00.000-08:002009-01-31T20:17:56.160-08:00manusiaAku, Istriku dan Mantan Pacarku<br /><br />Uncategorized - - Posted on November, 5 at 8:46 pm<br /><br />Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel ‘S’, kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).<br /><br />Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona “Maya..” kataku setengah gugup. “Ayo masuk,” pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).<br /><br />Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.<br />“Ini Maya, Mah kenalin,” mereka pun saling berjabat tangan.<br />“Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?” kata Maya kemudian.<br />Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,<br />“Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!”<br />Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, “Aaahh.. aahh..” dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. “Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus..” Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.<br /><br />“Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih..” lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, “Bleess.. sleepp..” begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang “Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh..” Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, “Enak Mas cairan istrimu ini,” katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, “May, aku pengen..” Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.<br /><br />Lalu “Bleess..” penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. “Jilati Mas..” pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, “Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh..” cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan “dildo”, aku dan istriku baru tahu waktu itu.<br /><br />Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. “May.. terus..” Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, “Aauugghh..” teriak istriku. “Enak Mas.. lebih enak dari punyamu..” katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, “Bleess..” Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.<br /><br />Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, “Ahh.. May.. sayang..” Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, “Aagghh sa.. kit..” istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, “Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la..” kembali cairan panas menyerang penisku.<br /><br />Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.<br /><br />Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!<br /><br />Tamatnasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-26905844320686435112009-01-26T06:03:00.000-08:002009-01-26T06:08:02.111-08:00<span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"></span></span><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwaZqPJOWVPUlkpbTV1FdPISLMOI1UHEB5zDEDLu1ruNzu5Vym0mqqewl33anGaqzIOWX4jk1YZ604Rkmsk' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe>nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-62840846385777343432009-01-26T05:33:00.000-08:002009-01-26T05:38:37.812-08:00makalahMozilla/5.0 (Windows; U; Windows NT 5.1; en-US; rv:1.8.0.4) Gecko/20060508 Firefox/1.5.0.4 - Build ID: 2006050817nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-17661173831935239112009-01-25T10:28:00.000-08:002009-01-25T10:36:31.291-08:00yqu tuby<script src="http://www.gmodules.com/ig/ifr?url=http://www.google.com/ig/modules/youtube.xml&up_channel=BloggerHelp&synd=open&w=320&h=390&title=&border=%23ffffff%7C3px%2C1px+solid+%23999999&output=js"></script>nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-91364920404527577952009-01-25T10:14:00.000-08:002009-01-25T10:16:08.883-08:00sayangMozilla/5.0 (Windows; U; Windows NT 5.1; en-US; rv:1.8.0.4) Gecko/20060508 Firefox/1.5.0.4 - Build ID: 2006050817nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-29147528555896281342009-01-25T10:07:00.000-08:002009-01-25T10:09:53.264-08:00potoMozilla/5.0 (Windows; U; Windows NT 5.1; en-US; rv:1.8.0.4) Gecko/20060508 Firefox/1.5.0.4 - Build ID: 2006050817nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8787154041125986722.post-63737683990511718242009-01-25T09:59:00.000-08:002009-01-25T10:05:28.381-08:00lagu<span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">center><a href="http://www.zwani.com/graphics/islam/"><img src="http://images.zwani.com/graphics/islam/images/islam1.gif" style="" /> </span>alt="zwani.com myspace graphic comments" border=0></a><br /><a href="http://www.zwani.com/graphics/islam/" target="_blank">Graphics for Islam Comments</a></center</span>nasarudinhttp://www.blogger.com/profile/08218894132646144833noreply@blogger.com0